Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PENETAPAN KADAR H2O2 DALAM PERHIDROL (HIDROGEN


PEROKSIDA)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

 CLAUDIA GABRELLA LEVEN (G031191003)


 MOH. AFDHOL FADLURRAHMAN (G031191011)
 RIFQI FAYYADH ANSAR (G031191015)
 IDUL ARYANI (G031191024)
 INSAN PURNAMA HASIBUAN (G031191041)
 ARDELIA INDRIANI HERMAWAN (G031191077)
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : NURHILMI HALISA R

LABORATORIUM ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Dari sejarahnya, oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana yang

didasarkan pada reaksi redoks. Reaksi-reaksi yang melibatkan oksidasi reduksi lebih

sering digunakan dalam analisa titrimetrik daripada reaksi-reaksi asam basa,

pembentukan kompleks atau pun pengendapan ion-ion dari berbagai unsur hadir

dalam wujud oksidasi yang berbeda-beda mengakibatkan timbulnya banyak

keyakinan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Kebanyakan dari reaksi-reaksi ini

yang layak digunakan dalam analisa titrimetrik dan aplikasinya sangat beraneka

ragam.

Oksidasi adalah kehilangan satu atau lebih elektron yang dialami oleh suatu

atom, molekul, atau ion. Sementara reduksi adalah perolehan elektron. Tidak ada

elektron bebas dalam sistem kimiawi yang biasa dan kehilangan elektron yang

dialami oleh suatu spesies kimiawi selalu disertai oleh perolehan elektron pada

bagian yang lainnya. Istilah reaksi transfer elektron terkadang dipergunakan untuk

reaksi-reaksi redoks.

Titrasi permanganometri ini sering digunakan dalam dunia farmasi, khususnya

dalam penentuan kadar suatu senyawa berdasarkan reaksi redoks untuk pembuatan

sediaan-sediaan obat. Misalnya dalam bentuk kapsul, tablet, maupun injeksi serta
menetukan kadar besi dalam tubuh dengan cara mengobatinya. Contoh sediaan

obatnya yaitu sangobion, cymafort, mirabion, dan desabion.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1 PEMBAHASAN
1. Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah salah satu metode analisis volumetri untukmenentukan
kadar suatu reduktor yang berdasarkan reaksi redoks. Sebagaioksidator, sekaligus
sebagai zat standar digunakan larutam kalium permanganat (larutan standar) yang
berwarna ungu. Titrasi permanganometri menggunakan larutan baku kalium
permanganate (KmnO4). Kalium Permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat
bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Dalam
larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion
manganat (Mn2+) yang berwarna hijau (Rivai, 1995).

Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat
karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan otensial elektroda sangat
tergantung pada pH. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang
disebabkan kelebihan permanganat. Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan,
setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO4- dengan
ion Mn2+ hasil titrasi (Rivai, 1995).

Reaksi yang terjadi antara kalium permanganat dengan hidrogen peroksida dan
asam sulfat pada proses titrasi permanganometri adalah:

2KMnO4 + 5H2O2 + 3H2SO4 2KMnSO4 + H2O + 5H2SO4 + 5O2


Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk
beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan titran
selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi
berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran dapat
ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai pada tetesan
dimana warna merah menjadi warna merah jambu (Harjadi,W.1990).

2. H2O2

Hidrogen peroksida merupakan pereaksi oksidasi yang baik dengan potensial


standar positif yang besar. Dalam kondisi normal hydrogen peroksida sangat stabil
dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1 % pertahun. Penggunaan hydrogen
peroksida dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang inti
menghasilkan oksigen.

H2O2 + 2H+ + 2e- 2H2O

E0 = 1,77 Volt

Rumus kimia dari hydrogen peroksida adalah H2O2. Sifat fisik hydrogen
peroksida antara lain berbentuk cair, tidak berwarna dan memiliki bau pedih.
Hydrogen peroksida memiliki titik lebur -25,70 C, titik didih 1070 C dan PH < 3,5.
Sifat kimia dari hydrogen peroksida antara lain mudah larut dalam air, mudah
terbakar dan memiliki potensi mengoksidasi (Merck, 2014).

3. KMnO4
KMnO4 atau kalium permanganat merupakan senyawa yang memiliki
oksigen dan juga memiliki valuasi yang berfungsi sebagai pengikat unsur di
sampingnya dan merupakan salah satu fungsionalnya yang bisa berperan memecah
masalah sesuatu contohnya pada pemecahan etilen yang berperan dimana dengan
ikatan valuasinya bisa memutuskan ikatan tersebut sehingga menghasilkan
perubahan. KMnO4 dapat digunakan untuk menghambat pematangan buah, karena
bersifat oksidator kuat, karena daya oksidatornya kuat maka KMnO4 dapat
mengoksidasi etilen.
Sifat Fisik :
 Bau : Tidak Berbau
Rasa : manis, astringent.
 Molekul berat : 158,03 g/mol
 Warna: Ungu.
 Densitas : 2.703 g/cm3.
Spesifik Gravity: 2,7 @ 15 C (Air = 1).

Sifat Kimia :
 Properti dispersi : Dilihat kelarutan dalam air, aseton metanol.
 Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, aseton. Sebagian larut dalam air
dingin, air panas. Larut dalam Asam Sulfat

Fungsi KMnO4 dalam proses titrasi yaitu untuk menetapkan kadar reduktor
dalam suasan asam sulfat pekat hingga didapatkan konsentrasi permanganat yang
juga dapat digunakan sebagai bahan titrasi untuk mengamati perubahan warna dari
larutan tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Dalam hal ini KMnO4 juga
berfungsi sebagai indikator. Karena KMnO4 sebagai oksidator kuat yang mudah
digunakan.

4. H2SO4

Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat merupakan senyawa kimia
yang paling banyak diproduksi dibandingkan dengan senyawa kimia lain.

Sifat Fisika :

 Titik leleh (°C) : 10


 Titik didih (°C) : 290
 Tekanan uap (mmHg) : 1 (146 °C)
 Berat jenis cairan : 1,84 (100 persen)
 Berat jenis uap : 3,4 (udara = 1)

Sifat Kimia :

 Reaksi dengan basa membentuk garam dan air


H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O
 Reaksi dengan garam menghasilkan garam yang mudah menguap
H2SO4 + NaCl → NaHSO4 +HCl
 Asam Sulfat pekat merupakan agen dehidrasi yang kuat dan berbahaya
pada kontak dengan kulit
 Asam sulfat dapat mengasamkan garam dan menghasilkan asam yang
lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan
menghasilkan asam asetat, CH3COOH, dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH

Fungsi dari penambahan H2SO4 sebelum dan sesudah reaksi atau sebelum


titrasi dilakukan agar menambah jumlah ion H+ sehingga menambah keasaman
larutan dan memudahkan untuk mengetahui titrasi sudah mendapati titik ekuivalen
(perubahan warna). H2SO4 juga dapat memberikan suasana asam pada larutan
KMnO4 sehingga senyawa KmnO4 mengalami reduksi menjadi ion mangan (II).

Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi argentometri

1. Pengaruh pH

Kelarutan pada endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah
akan dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena terdapat penggabungan
proton dengan anion endapannya.

2. Pengaruh hidrolisis

Jika garam dari asam lemah akan dilarutkan dalam air, maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi H+, dimana hal ini akan menyebabkan kation garam
tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan pada
garam tersebut.

3. Pengaruh ion kompleks

Kelarutan garam yang tidak dengan mudah larut akan semakin meningkat
kelarutannya dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan
kation garam tersebut.

4. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, sehingga meningkatnya
suhu maka pembentukan endapan akan semakin berkurang disebabkan
banyak endapan yang berada pada larutannya.

5. Sifat alami pelarut

Garam anorganik dapat dengan mudah larut dalam air jika dibandingkan
dengan pelarut organik yang lain seperti alkohol atau asam asetat.
Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat digunakan untuk
memisahkan campuran antara dua zat yang berbeda. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatu zat, begitu juga dengan zat
yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.

6. Pengaruh ion sejenis

Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang


mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.

II.2 Hasil

Reaksi:
a. 2 KMnO 4 +5 H 2 O 2 +3 H 2 SO 4 → K 2 SO 4 +2 MnSO 4 +8 H 2 O+5 O 2
b. 2 H 2 O 2 → 2 H 2 O+O 2

- Pembuatan larutan H 2 O2 3% sebanyak 500 ml (tersedia H2O2 50%)


V 1 × C1 =V 2 × C2
500 ml ×3 %
V 1=
50 %
V 1=30 ml
Jadi, untuk membuat larutan H 2 O2 3% sebanyak 500 ml, dibutuhkan H 2 O2
50% sebanyak 30 ml.

- Pembuatan larutan H2SO4 4 N sebanyak 500 ml (H2SO4 98%, bj 1,8 g/ml)


% ×bj ×1000
M H 2 SO 4=
Mr H SO
2 4
98
× 1,8 ×1000
100
¿
98
¿ 18 M

N H 2 SO 4=M H 2 SO4 × valensi


¿ 18 ×2
¿ 36 N

V 1 × C1 =V 2 × C2
500 ml × 4 N
V 1=
36 N
V 1=55,56 ml

- Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N sebanyak 500 ml


g= L× N × BE KMnO 4
¿ 0,5 ×0,1 ×31,6
¿ 1,58 g

- Kadar H 2 O 2 dalam Perhidrol


fp × V × N × BE H 2 O 2
Kadar H 2 O 2= ×100 %
10000
100
× 0,7 ×0,1 ×17
10
¿ ×100 %
10000
¿ 0,119 %
BAB III

KESIMPULAN

Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip titrasi berdasarkan reaksi reduksi oksidasi yaitu titrasi
permanganometri menggunakan larutan baku kalium permanganate
(KmnO4). Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat
dapat tereduksi menjadi ion manganat.
2. kadar H2O2 dalam perihidrol secara permanganat diperoleh hasil
sebesar 1,58 gram.
3. Kadar H2O2 dalam perihidrol diperoleh hasil sebesar 0,119%.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanita, wahyu. 2009. Validasi dan Pengembangan Penetapan Kadar Tablet Besi
(II) Sulfat dengan Metode Titrasi Permanganometri dan Sebagai Pendamping.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : SURAKARTA.

Permana, Satya. 2014. Laporan Praktikum Kimia Umum. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil Bandung: Jawa Barat.

Merck. 2017. Lembar Data Keselamatan Bahan Hidrogen Peroksida. Hal: 8-10.
Merck.com.

Ganjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Staf Kimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Jurusan Kimia FMIPA,
Universitas Udayana: Bukit Jimbara, Bali

Tutuarima, T. (2017) “Sifat Fisik Dan Kimia Marmalade Jeruk Kalamansi (Citrus
Microcarpa) : Kajian Konsentrasi Pektin Dan Sukrosa Physical And
Chemical Properties Of Marmalade Citrus Of Calamondin (Citrus Microcarpa)
: Study of Pectin and Sucrose Concentrations”,EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 18(02), pp. 164-172. doi:
https://doi.org/10.24036/eksakta/vol18-iss02/73.

Anda mungkin juga menyukai