Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA 2

PEMBUATAN PERMANGANOMETRI

TANGGAL PRAKTIKUM : 27 APRIL 2017

NAMA KELOMPOK 5 :

1. FITRIA NANDA F. NPM 08.2016.1.01699


2. RACHMAD EDO SYAHPUTRA NPM 08.2016.1.01704
3. HARUN AL RASYID NPM 08.2016.1.01733

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Ucapan terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan kepadaErlinda
Ningsih ,ST,MT. selaku dosen mata kuliah mikrobiologi Industri dan Asisten
Laboratorium yang membantu dalam praktikum ini. Juga tidak lupa kepada pihak-
pihak lain yang dengan tulus dan ikhlas telah membantu praktikum ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam
laporan praktikum ini, baik dari segi penulisan maupun materinya. Namun demikian,
sumbangan kritik dan saran penulis terima untuk menyempurnakan penyusunan
laporan praktikum selanjutnya. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang memerlukan.
ABSTRAK

Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan


jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam
lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi
oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan
alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran.
Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium
permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun. (Shevla, 1995).
Pada teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukkan kadar oksalat atau
besi dalam suatu sampel. Kalium Permanganat merupakan peran oksidator yang
paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana
asam dengan menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Permanganometri juga bisa
digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.(Anonim,
2009).
Sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan kholor. Reaksi ini
terutama kemungkinan akan terjadi dengan garam – garam besi, kecuali jika tindakan
- tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit
berlebih, larutan yang sangat encer, temperature yang rendah, dan titrasi yang lambat
sambil terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal.
Pereaksi kalium permanganate bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium
permanganate dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang
baik untuk permanganat dalam larutan asam. ( Basset, 1994 ).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan
kadar zat. Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana
asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi
dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir
titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam
suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat
(Matasak, 2012).
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling
banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri,
iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan
semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan
senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa
permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar
bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan
sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH
yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi
Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang
sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink
(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-
berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes
lagi MnO4-.

1.2.Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat melakukan titrasi permanganometri.
2. Mahasiswa dapat melakukan Penetapan Asam Oksalat dengan KMnO4 secara
permanganometri.
3. Mahasiswa dapat melakukan Penetapan Hidrogen Peroksida dengan KMnO4
secara permanganometri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh


kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat
yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi
dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan
reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi
ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri, titran yang
digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah
digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan
dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium
oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi
pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan
kelebihan permanganat (Rahayu, 2012).

2.2 Kalium Permanganat


Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator.
Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium
asam 0,1 N :
MnO4- + 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O E° = 1,51 V
Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk
mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III) memerlukan
katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena
reaksi :
2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5 MnO2 + 4 H+
ungu tidak berwarna
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan
MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat
autokatalitik. Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan
adanya MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap Na2C2O4.
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain
(Khopkar, 1985).
Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang
ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air,
lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai
mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu
menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca
yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak
reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan
ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsur pengoksidasi, yang cukup kuat untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2
sesuai dengan persamaan :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan
khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi
mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula
ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan
jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi.
Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos
atau gelas yang disinter untukmenghilangkan MnO2-. Larutan tersebutkemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya
tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan besi dalam biji-biji besi
adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II)
klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi
dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini
dapat dilakukan dengan reduktorJones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor
Joneslebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion
klorida yang masuk . Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering
terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida
ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi
diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (Asroff, 2012).

2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion
Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu
warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Arga, 2011).

2.4 Standar-standar Primer untuk Permanganat


2.4.1 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat
dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi,
stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat
agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai
dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk.
Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena
katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek
katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk
membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana pada
gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride,
yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi
dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan Brightmenyelidiki secara
menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar hampir semua permanganate
ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah
reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan
pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oleh
pembentukan hidrogen peroksida.

2.4.2 Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang
diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion
klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian,
dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah
agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut
larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke
dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah
kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga
menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida.
Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas(Abdillah, 2012).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi
sebagai indicator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn-
tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat
yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔
5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan (Arga, 2011).

2.6 Aplikasi Analisa Permanganometri“Pengujian Air Secara Asam”


Kecenderungan pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat
terutama di perkotaan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu
dikaji dalam rangka pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot
air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk
mengetahui proses pengolahan air minum di depot AMIU, kualitas air minum isi
ulang dari depot AMIU yang banyak beredar saat ini dan mengetahui kondisi
kesehatan lingkungan dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air
minum dari depot AMIU. Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38,
sedangkan untuk sampel air setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air
minum sehingga jumlah sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang
diperiksa meliputi parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes
416 tahun 1990 untuk air baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air
minum. Pemeriksaan sampel air berdasarkan Standard Method for Examination
Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL) Jakarta (Syambas, 2014).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Erlenmeyer 250 mL

Beaker glass 250 mL

Buret 50 mL

Kaca arloji

Spatula

Hot plate

Thermometer

Standard dan klem

3.1.2 Bahan

H2SO4 3 M

Natrium Oksalat 0,1 M

KMnO4 0,02 M

H2O2 0,1 M

Asam Oksalat
1.2 Skema Percobaan

Pembakuan Larutan KMnO4

Pipet 10 mL natrium oksalat 0,1 M

Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL

Tambahkan 6 mL H2SO43M , Panaskan pada temperatur 80-900C.

Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna rose (pink muda)

Catat Volume KMnO4 , lakukan titrasi minimal tiga kali


Penetapan sampel A (asam Oksalat)

Pipet 10 mL larutan sampel asam oksalat

Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL

Tambahkan 6 mL H2SO43M , Panaskan pada temperatur 80-900C.

Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna rose (pink muda)

Catat Volume KMnO4 , lakukan titrasi minimal tiga kali


Penetapan sampel B (Hidrogen Peroksida)

Pipet 10 mL larutan sampel hidrogen peroksida

Masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL

Tambahkan 6 mL H2SO43M , Panaskan pada temperatur 80-900C.

Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna rose (pink muda)

Catat Volume KMnO4 , lakukan titrasi minimal tiga kali


1.3 Gambar Alat
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Volume percobaan Pembakuan larutan Penempatan sampel Penempatan sampel


KMnO4 A dengan asam B dengan hydrogen
oksalat peroksida
pertama 23 ml 35,1 ml 67 ml
kedua 23,1 ml 35,2 ml 66,9 ml
ketiga 23 ml 35 ml
Rata-rata 23 35,1 ml 66,95 ml

4.2. Pembahasan

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi
ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion
Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat. Permanganometri juga bisadigunakan untuk menentukan kadar
belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak
digunakan dalam menganalisa zat-zat organik. Prinsip permanganometri adalah
berdasrkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara
garis besarnya terbagi atas 2 komponen yaitu zat pentiter dan zat yang dititer.
Kalium permanganat (KMnO4) memiliki warna ungu kehitaman berbentuk
kristal. Sifat kimia dari kalium permanganat (KMnO4) adalah (KMnO4) larut dalam
metanol, dapat terurai oleh sinar. (KMnO4) dalam suasana basa dan netral akan
tereduksi menjadi MnO2. Kalium permanganat telah banyak dipergunakansebagai
agen pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal dan tidak
membutuhkan indikator karena KMnO4 dapat bertindak sebagai autoindikator
(reagen yang berfungsi sebagai penandan titik akhir titrasi). Satu tetes 0,1 N
permnganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan
yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Kalium permanganat merupakan
oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi
harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak
terjadi bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada pH.
Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah
kalium permanganat dalam air mendididhnya selama 8 jam atau lebih. Kemudian
endapan MnO2 yang terbentuk disaring. Lalu dibakukan dengan zat baku utama
(larutan standar primer).
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:


1. Permanganometri merupakan titrasi reduksi oksidasi dengan menggunakan
larutan baku permanganat.
2. Titrasi permanganometri harus berlangsung dalam suasana asam karena reaksi
tersebut tidak terjadi bolak balik.
3. Larutan KMnO4 berperan sebagai auto-indikator karena larutan KMnO4 dapat
menyebabkan perubahan warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai
kesetimbangan titrasi.
5.2. Saran

Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :


1. Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.
2. Untuk menghindari terontaminasinya larutan KMnO4 diusahakan agar
percobaan lebih cepat dilaksanakan
3. Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi .
4. Teliti melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. dkk. 1984. Buku ajar VogelKimia analisis kuantitatif anorganik. Kedokteran
EGC. Jakarta.
Day, R. A. Jr dan A. L. Underwood. 1986. Kimia analisis kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas pemeriksaan kimia. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.

http://dedyanwarkimiaanalisa.blogspot.co.id/2009/10/laporan-permanganometri.html

http://kimia-analisi.blogspot.co.id/2013/05/analisa-permanganometri-abstrak.html

http://wiwidhikaru.blogspot.co.id/2015/06/laporan-oh-laporan-permanganometri.html

Abdillah, Indah. 2012. Titrasi Permanganometri. http://catatankimia.com/. Diakses pada tanggal


22 Maret 2014.

Arga, Puput. 2011. Titrasi Permanganometri. http://syadharzyarga.blogspot.com/. Diakses pada


tanggal 23 Maret 2014.

Asroff. 2012. Titrasi Permanganometri. http://esek-esek.pun.bz/. Diakses pada tanggal 22 Maret


2014.

Ayu, Nana. 2009. Laporan Praktikum Titrasi Permanganometri. http://2.bp.blogspot.com/. Diakses


pada tanggal 22 Maret 2014.

Dahlia, 2009. TugasKelompok Kimia Analitik I Permanganometri. Universitas Negeri Makassar:


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Khopkar, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia analitik. Depok : UI Press.

Matasak, Jerwyyiana. 2012. Permanganometri.http://jeforanal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal


22 Maret 2014.

Rahayu, Mira. 2012. Titrasi Permanganometri. http://mira-rahayu.blogspot.com/. Diakses pada


tanggal 23 Maret 2014.
Sheva, G. 1995. Vogel Buku Teks Analis Anorganik Kuantitatif. Kalman Media Pustaka : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai