Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK II
(ASIDIMETRI-ALKALIMETRI)

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI HIDRA

NIM : 17 3145 453 060

KELAS : 17-B

KELOMPOK : IV

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKes MEGA REZKY
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah
dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi
dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-
asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat,
asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri
yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam.
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan
warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin
(Haryadit, 2011).

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana menentukan konsentrasi HCl dan NaOH?
2) Bagaimana menentukan kadar asam asetat dalam cuka?
3) Bagaimana menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda?

C. Tujuan Percobaan
1) Mengetahui cara menentukan konsentrasi HCl dan NaOH.
2) Mengetahui cara menentukan kadar asam asetat dalam cuka.
3) Mengetahui cara menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic
soda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur
jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu
larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang
menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis
volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu
reaktan dimasukkan ke dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah
satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala dalam mililiter dan
sepersepuluh mililiter.
Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi,
larutan ini diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam labu
Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke
dalam larutan dalam bejana penerima dan yang mengalami perubahan
warna ketika reaksi berakhir. Perubahan warna ini menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini,
penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady,
1987).

B. Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap
(tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik
setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah
basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir
titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut
juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses
titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut
(Haryadi, W. 1990).

C. Asidi Alkalimetri
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :
aA + tT hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi
T. Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya
dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang
diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi.
Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen
dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran
telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan
dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang
bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan
warna.Perubahan warna inidapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik
ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk
penentuan titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini
memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan
basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang
akan ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH--->A- + H2O, dan
BOH + H3O+-->B+ + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida (Underwood dan Day, 2002).
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima
proton (basa).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam
dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi
ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada
titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama
titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titrasi Asam Basa


a. Indikator Titrasi
Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan
titran berhenti/titik ekivalen titran telah tercapai (Underwood dan Day,
2002).
b. Titik Ekivalen/ Titik Akhir Teoritis
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis
disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).
c. Titik Akhir Titrasi
Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah
menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan (Brady, 1987).

E. Indikator Titrasi
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atu
membentuk fluorosen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH
tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari
pH.Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat
organik.Perubahan warna disebabkan oleh resonansi ismer elektron.
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi ynag berbeda dan
akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam
tiga golongan:
a. indikator ftalein dan indikator sulfoftalein
b. indikator azo
c. indikator trifenilmetana (Khopkar, 1985)
a. Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering
digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang
lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna
merah muda terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi
kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak
berwarna.Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari
kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya –
mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna
merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang
pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat! (Rubinson, Judith
F & Rubinson, Kenneth A, 1998:229).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Rabu, 24 April 2018
Pukul : 15.00-15.50 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan antara lain alat-alat gelas yang yang umum
digunakan dilaboratorium, statif dan klem bulp, botol semprot, dan
neraca analitik.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya ialah asam
oksalat, larutan NaOH 0,1 N, asam cuka, boraks, caustic soda, indicator
PP, indicator metal orange, larutan HCl 0,1 N, aquades, dan tissue roll.

C. Cara Kerja
1. Pembekuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan primer
asam oksalat.
a) Dibilas buretyang sudah bersih dengan larutan NaOH yang akan
dipakai, lalu diisi dengan larutan NaOH yang akan dibakukan.
b) Dipipet larutan baku asam oksalat 0,1 N yang telah dibuat sebanyak
25 ml kedalam Erlenmeyer.
c) Ditambahkan 4 tetes indicator PP.
d) Dicatat kolom dalam buret dan diteteskan larutan NaOH dari buret
kedalam larutan asam sampai terjadi perubahan warna, dari tak
berwarna menjadi merah muda.
e) Dicatat keadaan akhir buret dan jumlah NaOH yang dipakai.
f) Ditentukan konsentrasi larutan NaOH.
2. Penentuan asam asetat dalam cuka
a) Ditimbang botol timbang.
b) Dimasukkan cuplikan cuka kira-kira 5 ml dan ditimbang lagi,
kedua penimbangan ini teliti sampai 0,1 mg.
c) Dituang cuplikan seluruhnya kedalam labu ukur 100 ml dan
diencerkan dengan aquades, lalu diimpitkan dan dikocok.
d) Dipipet 25 ml larutan cuplikan dan ditambahkan 4 tetes indicator
PP.
e) Dititrasi larutan dengan larutan baku Natrium Hidroksida dari buret
sampai timbul warna merah jingga.
f) Dihitung persen berat asam asetat dalam cuplikan
3. Pembekuan HCl 0,1 N
a) Diambil 25 ml larutan boraks yang telahdibuat dengan dipipet
kedalam erlenmeyer.
b) Ditambahkan kedalamnya indicator metal orange.
c) Dititrasi dengan HCl yang akan dibekukan hingga indikator
mengalami perubahan.
d) Diratakan volume HCl yang digunakan dan dihitung
normalitasnya.
4. Analisis NaOH dan Na2CO3 dari caustic soda.
a) Dipipet 25 ml larutan caustic soda kedalam Erlenmeyer, lalu
ditambahkan 25 ml aquades.
b) Ditambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan
larutan HCl yang telah dibakukan hingga indicator mengalami
perubahan warna.
c) Dicatat volume HCl yang digunakan, misalnya a ml.
d) Ditambahkan indicator metil orange pada Erlenmeyer yang sama.
e) Dilanjutkan titrasi kembali hingga indicator mengalami perubahan
warna.
f) Dicatat volume HCl yang digunakan, misalnya b ml.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
a. Penentuan konsentrasi NaOH

No. V H2C2O4.2H2O V NaOH Indikator Perubahan

warna

1 50 mL 50 mL PP Putih keruh

2 50 mL 50 mL PP Merah muda

x 50 mL 50 Ml PP

b. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda

No. Larutan contoh V HCl Indicator Perubahan

warna

1 24,4 mL 50 mL PP Bening
2 50,0 mL 50 mL PP Bening
X 49,4 mL 50 mL PP
1 31,5 mL 24,4 mL MO Merah
2 20,5 mL 18,5 mL MO merah
X 41,75 mL 33,65 MO

mL

Reaksi
a. Penentuan konsentrasi NaOH
(COOH)2.2H2O + 2NaOH 2Na2CO2 + 4H2O
b. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda
PP
NaOH + HCl NaCl + H2O
MO
Na2CO3 + HCl NaCl + CO2 +NaHCO3 + HCl
Perhitungan
a. Pembakuan NaOH
1) Normalitas H2C2O4
BE asam oksalat = 63,035 g ek
N H2C2O4. 2H2O = g asam oksalat
BE asam oksalat x larutan
= 63,035 g
63,035 g ek x 0,1
= 0,1 N
2) Penentuan normalitas NaOH
V1 . N1 = V2. N2
50 ml. 0,1 = 50 ml. N2
N2 = 50 ml x 0,1
50 ml
N2 = 0,1
b. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda
HCl yang dipakai dengan indicator PP = 24,55 mL
HCl yang dipakai dengan indicator MO = 31,65
HCl yang dipakai dengan indicator Na2CO3 = 2 (31,65-24,44)
= 2 (7,21)
=14,42 ML
HCl yang dipakai dengan indicator NaOH = 31,65-14,42
=17,23
NaOH dalam contoh = (b-c) mL X N HCl x BE NaOH x FP
mL sampel
Na2CO3 dalam contoh = 17,23 mL x 0,091 meq ml x 40 g ek x 4
24,4 mL
= 10, 28 g L
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang titrasi
asidimetri-alkalimetri, yang dilakukan dengan dua percobaan yaitu
pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan baku primer
asam oksalat dan analisis NaOH dan Na2 CO3 dari caustic soda.
pada percobaan kali ini hal yang pertama dilakukan adalah
pembuatan larutan NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, caustic soda 2 gram, dan
indicator PP. Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N hal yang pertama
dilakukan adalah menimbang 2 gram NaOH lalu dilarutkan dalam 500 ml
aquadest setelah itudilanjutkan pembuatan larutan HCl 0,1 N dalam 4,2
ml aquades, dan dilajutkan lagi dengan pembuatan larutan caustic soda 2
gram dilarutkan dengan aquades 500 ml kemudian pembuatan larutan
indikator PP dengan car ditimbang 0,507 gram dan dilarutkan dengan
aquades 50 ml.
a. Pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan baku
primer
Percobaan ini bertujuan Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan asam
oksalat. Pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan
baku primer ini termasuk titrasi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi
pH titik akhir titrasi ditentuan oleh banyaknya H+ yang berlebihan
dalam larutan, yang besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan
konsentrasi larutan (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6).
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran asam oksalat 25
ml yang telah diketahui 4 tetes indicator phenolftalein. indicator
phenolftalein berfungsi sebagai penanda tercapainya titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi
merah muda disebabkan karena indicator phenolftalein. titik pada saat
indicator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi, dan pada
saat ini titrasi titrasi harus dihentikan. Idealnya bila indicator dan
kondisi titrasi sesuai, maka titik akhit titrasi dan titik ekivalen akan
berimpit atau setidaknya hanya terdapat sedikit perbedaan. Dimana
titik ekivalen adalah titik dimana mol asam dan mol basa sama.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak tiga kali. Tujuan
melakukan titrasi sebanyak tiga kali yaitu untuk dapat
membandingkan volume NaOH yang digunakan setiap melakukan
titrasi. Akan tetapi karena larutan NaOH yang sudah habis sehingga
titrasi hanya dilakukan dua kali atau diplo. Dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan pada titrasi pertama tidak terjadi perubahan warna
yang disebabkan karena kesalahan dalam menentukan volume larutan
dan alat-alat yang digunakan sudah terkontaminasi. Pada titrasi kedua
diperoleh normalitas berturut-turut adalah 37 mL dan 50 mL
sedangkan volume asam oksalat yang digunakan yaitu 25 mL. Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan normalitas yang
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh tidaklah sesuai. Hal ini
dikarenakan pada saat praktikan melakukan titrasi. Dalam melakukan
titrasi, pengocokan sangat berpengaruh hal ini dibuktikan pada saat
melakukan titrasi I dan II dengan volume NaOH yang dipakai sama
tetapi warna dari larutan yang dititrasi tidak sama. Pada titrasi I warna
larutan tidak terlalu menunjukkan warna merah muda sedangkan pada
titrasi II warna larutan menunjukkan merah muda. Selain itu juga hal-
hal yang berpengaruh pada saat titrasi yakni penambahan titran. Pada
penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan
perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus
berubah warna pada titik ekivalen (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6).
Hal ini ditandai dengan perubahan warna yang berlebih pada larutan
yang dititrasi.
b. Analisis NaOH dan Na2 CO3 dari caustic soda
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran caustic soda
25 ml yang telah diketahui tetes indicator phenolftalein. Titik akhir
titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah.
disebabkan karena penambahan indicator metil orange. Titik pada saat
indicator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi, dan pada
saat ini titrasi harus dihentikan. Idealnya bila indicator dan kondisi
titrasi sesuai, maka titik akhit titrasi dan titik ekivalen akan berimpit
atau setidaknya hanya terdapat sedikit perbedaan. Dimana titik
ekivalen adalah titik dimana mol asam dan mol basa sama.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini yaitu didapatkan normalitas dari


NaOH yaitu 0,1 N dan normalitas Na2CO3 yaitu 0,1 N. Normalitas
didapatkan dengan massa padatan setiap senyawa dibagi dengan biloks
elektron dikalikan dengan elektron pentittrasi dibagi dengan 1 liter air.
Proses titrasi antara asam dan basa dapat ditunjukkan dengan
menggunakan indikator berupa indikator metil orange dan fenolftalein.

B. Saran
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang titrasi
asidimetri-alkalimetri, yang dilakukan dengan dua percobaan yaitu
pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan baku primer
asam oksalat dan analisis NaOH dan Na2 CO3 dari caustic soda sebaiknya
dilakukan secara hati-hati pada saat titrasi. Agar tidak terjadi kesalahan
pada saat menitrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara.
Tangerang.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1985. KonsepDasar Kimia Analitik. UI Press. Depok
Rubinson, Judith dan Kenneth A. 1998. Contemporary in Analytical Chemistry.
John Wiley & Sons. Toronto

Underwood,A.L. dan R. A. Day Jr. 2002. Analisa Kimia Kuantiataif Edisi


Keempat. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai