Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona
khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan
beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya
dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional umumnya hanya didasarkan
atas pengalaman atau warisan tanpa mengetahui kandungan kimianya secara
detail. Tumbuhan tersebut jika ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan
kimia aktif biologis, dengan kekayaan tersebut pemerintah dan aparatur
negara mengusahakan adanya jurusan yang mampu memanfaatkan kekayaan
tersebut. Salah satu jurusan yang memanfaatkan kekayaan tersebut adalah
jurusan Farmasi.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formula obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi atau
pembekuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani
disebut Farmakon yang berarti medika atau obat. (Syamsuni, 2006)
Pada farmasi kita dapat mempelajari kimia analisis. Kimia analisis
adalah studi pemisahan, identifikasi,dan kuantifikasi komponen kimia dalam
bahan alam maupun buatan. Analisa kualitatif memberikan indikasi identitas
spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan analisis kuantitatif menentukan
jumlah komponen tertentu dalam suatu zat. Dalam kimia analisis kita
mempelajari asidi alkalimetri. Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana
suatu volum larutan standar ditambahkan kedalam larutan dengan tujuan
mengetahui komponen yang tidak dikenal (Day Underwood, 1999).
Dalam kimia analisis kita mempelajari permanganometri. Permanganomertri
termaksud dalam metoda titrimetri dimana permanganometri merupakan
suatu titrasi yang di dasarkan pada pengukuran reaksi oksidasi dari ion
permangat itu sendiri. Dimana pada percobaan yang di lakukan pada saat
praktikum di gunakan oksidator kuat yaitu kalium permangat. (Raymond’s.
2001).
Di mana pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi di mana terjadi
peneriman atau penangkapan elektron serta penambahan hidrogen (H) dan
pelepasan oksigen (O) atau turunnya bilangan oksidasi sedangkan oksidator
merupakan suatu reaksi dimana terjadi pelepasan elektron hidrogen (H) dan
penerimaan oksigen (O). (W. Hardjadi.1985).
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara menentukan kadar menggunakan metode permanganometri
dan menghitung kadar HCOOH dan Fe pada sampel.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini yaitu Agar Mahasiswa
menentukan kadar menggunakan metode permanganometri dan menghitung
kadar HCOOH dan Fe pada sampel.
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan adalah berdasarkan pada reaksi (Reduksi
Oksidasi) dimana larutan (KmnO4) bersifat oksidator dari larutan uji dan
sampel bersifat reduktor dan redaksi pada larutan baku KmnO4 sampai tetap
warna pink.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi
redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam
analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak (Underwood, 2002)
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi
selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal,
dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu
tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume
dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan
untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam
reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4,
+6, dan +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1N atau lebih besar:
MnO4- + 8H++ 5e →Mn2+ +4 H2O E0= + 1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen
unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2
sesuai persamaan:
3Mn2+ +2MnO4- +2H2O→ 5MnO2(s)+ 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan
dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2
yang semula ada dalam permanganat, terbentuk akibat reaksi antara permanganat
dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada
dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi, dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non pereduksi)
untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi, dan jika
disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah
selama beberapa bulan (Underwood, 2002).
Senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4) merupakan standar primer yang baik
untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa dapat diperoleh dengan tingkat
kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik. Reaksinya
berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai
sekitar 600C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat,
namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II)
bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya
diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek
katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk
membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada
gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalent.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah:
5C2O42-+ 2MnO4-+ 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Fowler dan Bright menyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan
menganjurkan agar hampir semua permanganat ditambahkan secara cepat ke larutan
yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut
dipanaskan sampai 600C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini (Underwood, 2002).
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai
sebuah standar primer. Dengan kehadiran besi, oksidsi akan berjalan lebih cepat.
Meskipum besi(II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion
yang belakangan ini disebut teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan
semacam ini tidak ditemukan di dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam
larutan asam klorida. Sebuah larutan mangan(II) sulfat, asam sulfat, dan asam fosfat,
disebut larutan pencegah, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan
ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat
(Underwood, 2002).
Penentuan titrimetrik kalsium dalam kapur sering kali digunakan sebagai
latihan untuk mahasiswa. Kalsium mengendap sebagai oksalat, CaC2O4. Setelah
penyaringan dan pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat (Underwood, 2002).
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada
mana dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hidrogen. Asam sulfat pekat yang
panas, menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:
2Fe + 3H2SO4 +6H+ 2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O (Shevla,1985 : 257)
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-
oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron
diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses
reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu zat, sedangkan reduksi
adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi oksidasi ditandai dengan
bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya. Kalium permanganat
secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak
sebagai indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium
permanganat sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus
distandarisasi terlebih dahulu, untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat
dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium
tetraoksalat, dan lain-lain. Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok
digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka
kemungkinan akan terjadi reaksi seperti di bawah ini:
2 MnO4- + 16 H+ + 10 Cl- ↔2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan
klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan
dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida
tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian
bertambah cepat.
Ion-ion mangan juga dapat beraksi dengan permanganat membentuk mangan
dioksida menurut reaksi:
2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH.
Dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat.
Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkali kuat,
maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat:
MnO4- + e- →MnO42-
Dan reaksi kedua yang berlangsung relatif lambat:
MnO42-+ 2H2O + e-↔MnO2+ 4 OH
Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion barium
yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka reaksi pertama dapat
berjalan baik sekali. (Hamdani, 2012)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P, dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.2.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Rumus Struktur :
H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai sumber air bagi organisme yang ada
Kegunaan : Zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
2.2.3 Asam Sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Berat Molekul : 98,07

Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau
sangat tajam dan korosif. Bobot jenis lebih kurang
1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol dengan
menimbulkan panas
Khasiat : Untuk sintesis kimia
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.4 Formalin (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : FORMALDEHID
Nama Lain : Formalin
Rumus Molekul : CH2O
Berat Molekul : 30,03 g/mol

Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, uap dapat mengeluarkan air
mata, baunya sangat merangsang selaput lendir
hidung dan tenggorokan.
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95
%).
Khasiat : Sebagai pengawet
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
sebaiknya pada suhu diatas 20oC.
2.2.4 Kalium Permanganat (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium Permanganat
Rumus Molekul : KMnO4
Berat Molekul : 158,03 g/mol
Pemerian : Hablur, ungu tua, hampir tidak tembus oleh cahaya
yang diteruskan dan berwarna biru metalik
mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan, kadang-
kadang disertai warna merah tambaga tua; stabil di
udara
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih
Khasiat : Bahan obat pembersih luka
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.5 Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Rumus Struktur :
O

Na H

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk


pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras,
rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan di udaram akan cepat menyerap karbon
dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Khasiat : Sebagai bahan industri
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.3 Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan baku
Ditimbang seksama 3,3 gram KMnO, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 1000
ml. Kemudian dilarutkan dengan air suling, dipanaskan larutan selama 15
menit,kemudian ditutup dan sisimpan selama dua hari. Setelah itu, disaring dengan
saringan asbes.
2. Standarisasi larutan KMnO
Dengan asam oksalat ditimbang seksama 200 mg asam oksalat yang telah
dikeringkan pada suhu. Kemudian dilarutkan dalam 100 ml air suling, lalu
ditambahkan H2SO4 setelah itu dipanaskan pada suhu 70C, kemudian dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga timbul warna merah muda yang stabil selama
15 menit. Lalu dihitung normalitasnya.
3. Penetapan kadar H2O2
Diukur larutan sampel H2O2 sebanyak 2 ml menggunakan gelas ukur, kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 20 ml H2SO4 encer 0,1 N. lalu
dititrasi dengan KMnO sampai berwarna merah muda. Diulangi perlakuan diatas
sebanyak dua kali.
4. Penetapan kadar HCOOH
a. Cara lieben
1. Menimbang 2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan
masukkan dalam labu takar 100 mL, kemudian menambahkan aquadest
sampai tanda.
2. Memipet 10 mL larutan HCOOH dengan pipet volume dan masukkan
kedalam Erlenmeyer
3. Menambahkan aquadest 50 mL, 1 potong kertas lakmus dan larutan
NaOH 10⁰C sampai basa, memanaskan sampai temperatur 50⁰C
4. Menitrasi larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO 0,1 N sampai
endapan MnO2 yang berwarna coklat terbentuk
5. Mengulangi tahap prcobaan diatas 3 kali (nomor 2 sd 4) mencatat dan
menghitung rata-rata volume KMnO yang digunakan.
b. Cara Jhon.
1. Menimbang 2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan
memasukkan dalam labu takar 100 mL, kemudian menambahkan
aquadest sampai tanda.
2. Memipet 10 mL larutan HCOOH dengan pipet volume dan memasukkan
kedalam Erlenmeyer, menambahkan aquades 50 mL, 1 potong kertas
lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa
3. Menitrasi larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO 0,1 N sampai
endapan MnO2 yang berwarna coklat terbentuk
4. Memanaskan sampai temperatur 50⁰C, menambah 10 mL H2SO4 4N dan
memanaskan lagi. Menambah asam oksalat ± 0,1 gram dan menitrasi lagi
kelebihan asam oksalat dengan larutan standar KMnO 0,1 N
5. Mengulangi tahap percobaan diatas 3 kali (nomor 2 sd 4) mencatat dan
menghitung rata-rata volume KMnO yang digunakan
c. Prosedur penentuan kadar besi (Fe)
1. Sebanyak 10 mL sampel Fe 0,01 N dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 10 mL H2SO4 1 N dan 2 mL H3PO4 85⁰C.
3. Dilakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO 0,05 N hingga
didapat larutan dengan warna merah rasa yang stabil
4. Dicatat volume KMnO yang terpaksa.
5. Diulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali
6. Dihitung kadar Fe dalam sampel
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 18 Maret 2019 tepatnya pukul 07.00
WITA. Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah Laboratorium Kimia
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur
5. Neraca analitik
6. Pipet
3.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Kertas lakmus
3. Asam Cuka
4. Formalin
5. Parasetamol
6. Kalium permanganat
7. Natrium oksalat
8. Asam oksalat
9. Kanji
3.3 Cara Kerja
1. Pembuatan larutan baku
a. Ditimbang seksama 3,3 gram KMnO
b. Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml.
c. Dilarutkan dengan air suling
d. Dipanaskan larutan selama 15 menit
e. Ditutup dan disimpan selama dua hari
f. Disaring dengan saringan asbes
2. Standarisasi larutan KMnO
a. Ditimbang seksama 200 mg asam oksalat yang telah dikeringkan
b. Dilarutkan dalam 100 ml air suling
c. Ditambahkan H2SO4 dan dipanaskan pada suhu 70o
d. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga timbul warna merah muda
yang stabil selama 15 menit
e. Dihitung normalitasnya
3. Penetapan kadar H2O2
a. Diukur larutan sampel H2O2 sebanyak 2 ml menggunakan gelas ukur
b. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 20 ml H2SO4 encer
0,1 N
c. Dititrasi dengan KMnO sampai berwarna merah muda
d. Diulangi perlakuan sebanyak dua kali
4. Penetapan kadar HCOOH
a. Cara Lieben
 Menimbang 2 gram Asam cuka menggunakan botol timbang dan
memasukkan dalam lanu takar 100 ml, kemudian menambahkan
aquades sampai tanda
 Memipet 10 ml larutan asam cuka dengan pipet volume dan
memasukkan kedalam Erlenmeyer
 Menambahkan aquades 50 ml, 1 potong kertas lakmus dan larutan
NaOH 10% sampai basa.
 Menitrasi larutan asam cuka dengan larutan standard KMnO4 0,1
N sampai endapan berwarna coklat terbentuk
b. Cara John
 Menimbang 2 gram formalin menggunakan botol timbang dan
memasukkan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian menambahkan
aquades sampai tanda
 Memipet 10 ml larutan formalin dengan pipet volume dan
memasukkan kedalam Erlenmeyer, menambahkan aquades 50 ml,
1 potong kertas lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa
 Menitrasi larutan formalin dengan larutan standard KMn04 0,1 N
sampai endapan warna coklat terbentuk
 Menambah 10 ml H2SO4 4N dan menambah asam oksalat 0,1
gram dan menitrasi lagi kelebihan asam oksalat dengan larutan
standard KMn04 0,1N
c. Penentuan kadar besi (Fe)
 Sebanyak 10 ml sampel Fe 0,01N dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer
 Ditambahkan 10 ml H2SO4 1 N dan 2 ml H3PO4 85%
 Dilakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO 0,05 N
hingga didapat larutan dengan warna merah rosa yang stabil
 Dicatat volume KMnO4 yang terpakai
 Diulangi percobaan diatas sebanyak tiga kali
 Dihitung kadar Fe dalam sampel
BAB IV

PERHITUNGAN DAN REAKSI

4.1. Perhitungan
4.1.1. Perhitungan pada Asam Asetat
a. Perhitungan Normalitas
Asam yang ditimbang = 2 gram
Mr = 60
Volume air = 100 ml

𝑔𝑟 1000
𝑁= ×
𝑚𝑟 𝑝

2 1000
= ×
60 100

= 0,33 𝑁

b. Perhitungan Persen Kadar

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000

100 𝑚𝑙 × 0,33 𝑁 × 𝐵𝐸
=
10 𝑚𝑙 × 1000
1980
= × 100%
10.000

= 19,8%

4.1.2. Perhitungan Pada Formaldehida (formalin)


a. Perhitungan Normalitas
Formaldehida (formalin)
Formaldehida yang ditimbang = 2 gram
Mr H2CO = 30
Volume air = 100 ml

𝑔𝑟 100
𝑁= ×
𝑀𝑟 𝑝
2 𝑚𝑔 1000
= ×
30 100
= 0,66%

b. Perhitungan Persen Kadar

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑠𝑛 × 𝐵𝐸
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 =
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000

150 𝑚𝑙 × 0,66 𝑁 × 30
= × 100%
10 × 1000

1980
= × 100%
10.000

= 19,8%
4.1.3. Perhitungan Pada Kadar Besi (Fe)
N = 0,01 N

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝐵𝐸
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = × 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000

10 𝑚𝑙 × 0,01 × 28
= × 100%
10 × 1000

= 0,02%
4.2. Reaksi
N Ket
Identifikasi Sampel Reaksi Hasil
o. .
HCOOH+NaOHHCOO
Na+H2O
Kadar Asam Berawarna (+)
1. HCOOH 3HCOONa+2KmnO4Na
Asetat cokelat
2CO3+K2CO3+H2O+NaHC
O3+2MnO2
2MnO2+H2CO+H2SO4
Kadar Berwarna
2. HCOOH MuSO4+H2OMuSO4+ (+)
formaldehida cokelat
H2+2CO2
2Fe+3H2SO4+6H+2Fe+
3
+SO4+6H2O+5Fe2++Mn Berwarna
2. Kadar besi Fe O4- Merah (+)
t8HT5Fe3++MnO4+4H2 rosa
O
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil

5.1.1 Penetapan kadar 5.1.2 Penetapan Kadar 5.1.3 Penetapan Kadar Besi
HCOOH HCOOH (Fe)

5.2 Pembahasan
pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang titrasi
permanganometri. Titrasi permanganometri harus dilakukan di tempat yang
gelap(tidak boleh terkena cahaya). Karena jika terkena cahaya maka akan terjadi
pengendapan sehingga terbentuk MnO2 yang solid. Jika sudah terbentuk ini maka
harus disaringkarena kalau masih terdapat endapan ini maka harus disaring karena
kalau masih terdapat endapan ini maka permanganate tidak dapat mengoksidasi Fe.
Sebelum dilakukan percobaan, yang pertama kali dilakukan adalah
melarutkan zat KMnO4 dengan air suling. Larutan KMnO4 digunakan sebagai titran
dan juga indikator.
Pada percobaan ini pertama kali dilakukan penetapan kadar terhadap Kalium
Permanganat dengan menggunakan sampel Asam Karboksilat yang dilarutkan
dengan aquades. Lalu tambahkan beberapa tetes Larutan Asam Karboksilat ke dalam
Erlenmeyer dan tambahkan larutan NaOH dan mengukur PH sampai Basa Larutan
HCOOH di titrasi dengan larutan KMnO4 sampai berbentuk endapan berwarna
cokelat (Underwood, 2002).
Percobaan kedua yaitu Larutan HCOOH yang telah ditetesi larutan NaOH
sampai basa. Dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai berbentuk endapan berwarna
cokelat. Dan tambahkan dengan asam oksalat. Setelah melakukan pembakuan
terhadap kalium permanganatnya dilakukan titrasi terhadap sampel menggunakan
larutan Asam Sulfat (Vogel, 1985).
Prosedur penentuan kadar besi menggunakan sampel obat yang mengandung
besi. Sampel obat dilarutkan dengan aquades lalu di larutkan dengan Asam Sulfat
dan Asam Fosfat. Larutan yang telah dicampur sampai homogen di titrasi perlahan-
lahan dengan KMnO4 hingga mendapatkan warna merah rosa stabil.(achmadi, 2004)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk menentukan kadar
menggunakan metode permanganometri, didapatkan kadar pada asam cuka dan
formalin sebesar 19,8% dan pada obat ramabion didapatkan kadar 0,02 % dengan
perubahan warna pada asam cuka dan formalin menunjukkan perubahan warna
menjadi coklat, sedangkan pada sampel obat ramabion menunjukkan perubahan
warna menjadi merah rosa, dan pada indikator kanji menjadi warna biru.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan praktikum Farmasetika Dasar agar lebih maksimal. Baik itu
menyediakan fasilitas, transportasi dan administrasi lainnya
prosedur kegiatan dengan baik.
6.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat laboratorium
agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih maksimal
6.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Farmasetika Dasar sehingga praktikum dapat menjalankan
Dapus
Day, R,. A,. dan A,. L,. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta
: Erlangga
Vogel, G. 1985. Kimia Analisis. PT Kalman Media Pustaka : Jakarta
Achmadi, seminar. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai