Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari tentang peracikan
dan pembuatan obat. Dalam dunia farmasi ada beberapa ilmu yang
digunakan untuk mendukung pembuatan dan peracikan obat tersebut, salah
satunya adalah farmakognosi. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu
yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji
seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin
pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser
atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup
berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya
peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan
kesulitan bagi

para

peminat

pengetahuan dan informasi

obat

tradisional

adalah kurangnya

yang memadai mengenai berbagai jenis

tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk pengobatan


penyakit tertentu ( Dalimartha, 2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja
mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus
meningkat.kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang
semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat.masyarakat
semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan
memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan dengan mengonsumsi produk alami ( djauhariya dan
hernani, 2004).
Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi
obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini
disebabkan obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter,dapat

diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat
ditanam sendiri oleh pemakainya ( Djauhariya dan Hernani, 2004).
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta
beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan
sebagai suatu tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan
yang baikdengan objek yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian
dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu
usaha atau bisnis tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak
keuntungan serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
khususnya sebagai konsumen.
Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan
berkhasiat obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di
dalamnya serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut

yang

memberikan ciri khas. Namun, tidak semua pula tumbuhan berkhasiat


yang memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan
berkhasiat obat. Oleh karena itu diadakannya praktek kerja lapangan ini
untuk mengetahui berbagai macam tumbuhan berkhasiat.
I.2

Tujuan Percobaan
1. Memahami dan mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai bahan
obat
2. Memahami dan mengetahui tanaman yang dapat dijadikan simplisia.

I.3

Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai
bahan obat.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanaman yang dapat dijadikan
simplisia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Uraian Lokasi PKL


Pelaksanaan PKL kali ini diikuti oleh angkatan 2013 baik S1
maupun D3 jurusan Farmasi. Seluruh peserta menempati rumah warga
yang dibagi dalam 12 posko. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17-20
Juni 2014 di desa Taludaa, kecamatan Bone Pantai, kabupaten Bone
Bolango, provinsi Gorontalo. Desa itu masih terlihat asri dan sejuk serta
dikelilingi oleh gunung, dan pesisir pantai, bahkan lokasi posko kami tepat
berhadapan dengan pantai. Oleh karena itu suhu disana terasa dingin.
Karena di Taludaa dikelilingi oleh gunung-gunung, maka tidak heran
apabila di desa ini terdapat banyak tanaman obat, baik itu terdapat di
pekarangan rumah warga maupun yang terdapat di gunung. Beberapa jenis
tanaman yang terdapat di daerah ini memiliki fungsi dan khasiat yang
sangat baik untuk dijadikan bahan obat yang dibuat dalam bentuk
simplisia. Suasana di desa Taludaa sangat nyaman, masyarakat di desa
tersebut sangat ramah dan mereka menerima kedatangan kami dengan
baik.

II.2

Uraian Tentang Simplisia

II.2.1 Pengertian Simplisia


Simpisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM,1979).
II.2.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu (Team teaching, 2014):
1.

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian


tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan
cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara
tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.

2.

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan


atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.

3.

Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican


(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu
benda organik asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau
keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini (Amin, 2010):
1.

Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian


tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian
sedemikian nilai batasnya disebut monografi.

2.

Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh


hewan, kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda

asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari
tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau
kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak
boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya
zat pengotor lainnya.Pada perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut
dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia
yang belum ditetapkan susut pengeringannya.Sedangkan susut
pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap
termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan
lain, dilakukan pada suhu 150 oC hingga bobot tetap.
II.2.3 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari
alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki,
dengan langkah langkah sebagi berikut (Team teaching, 2014):

1.

Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin).Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya.misalnya jangan
menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh
waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan
lingkungan

tempat

tumbuhnya,

pada

umumnya

waktu

pengumpulan sebagai berikut :


1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum
buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna
mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat
mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil
daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.0012.00.
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu
dipetik sebelum buah masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis
(bulbus), dikumpulkan sewaktu

proses pertumbuhannya

berhenti.
b. Bagian Tanaman
1) Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan

cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya,


untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa
fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2) Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya
dan potong-potong kecil.
4) Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik
satu persatu secara manual.
5) Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
6) Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
7) Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
8) Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,
dipetik dengan tangan.
9) Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.

10) Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
2.

Pencucian dan Sortasi Basah


Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan
simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan
sebagainya),

dan

memisahkan

bagian

tanaman

yang

tidak

dikehendaki.Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian


tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3.

Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda
asing, materi/sampel dijemur dulu 1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan
4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk
(4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses
pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur.

4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam
jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik
tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang
dari 10 %.

3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin


dibuat serbuk.
a. Pengeringan alamiah
Tergantung

dari

kandungan

zat

aktif

simplisia,

pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:


1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang
keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung
zat aktif yang relatif stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga,
daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak
stabil oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat
diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5.

Pewadahan dan penyimpanan simplisia


Sortasi

kering

dilakukan

sebelum

pewadahan

simplisia

bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang


tidak

dikehendaki

yang

tidak

tersortir

pada

saat

sortasi

basah.Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan


pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari
simplisia.Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna
gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan yang memadai
terhadap isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan agar tidak
berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan penyimpanan simplisia
harus diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara
ruangannya.

II.3

Uraian Tanaman

II.3.1 Keji beling (Dalimartha, 2006)


a.

b.

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Scrophulariales

Famili

: Acanthaceae

Genus

: Hemigraphis

Spesies

: Hemigraphis alternata

Kandungan Kimia
Keji beling (Strobilanthes cripus) mengandung zat kimia yang
baik bagi kesehatan antar lain kalium, narium, kalsium, asam silikat,
alkaloida, saponin, flavonoida dan polilenoi.

c.

Manfaat
Manfaat keji beling antara lain mengobati kencing batu, obat
sembelit, mengobati kencing manis, mengobati diabetes mellitus.

II.3.2 Daun coklat (Dalimartha, 2006)


a.

Klasifikasi
Tanaman coklat

b.

Divisi

: Spermatophyta

Anak Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Anak Kelas

: Dialypetalae

Bangsa

: Malvales

Suku

: Sterculiaceae

Marga

: Theobroma

Jenis

: Theobroma cacao L.

Kandungan Kimia
Cokelat terbuat dari biji cocoa yang kaya akan senyawa
beraroma bernama falovonoids, yang juga terdapat di daun teh,

kebanyakan buah-buahan dan sayur-sayuran. Sampai saat ini, lebih


dari 4000 macam flavonoid yang telah diidentifikasikan. Tumbuhtumbuhan mensintesis senyawa yang dapat larut dalam air ini dari
asam amino phenylalanine dan asetat. Flavonoids berperan sebagai
antioksida, menetralkan efek-efek buruk dari radikal bebas yang
dapat menghancurkan sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh. Satu
setengah ons batang cokelat hitam kira-kira memiliki 800 miligram
antioksida, kira-kira sama jumlahnya seperti yang terdapat di dalam
secangkir teh hitam.
Karbohidrat yang dibentuk oleh senyawa kimia dalam coklat
menghasilkan serotonin, yang membantu stimulasi otak sehingga kita
merasa santai dan tenang.
Dengan mengonsumsi coklat, tubuh akan menghasilkan
antioksidan yang membantu mencegah serangan jantung dan
mempertahankan daya tahan tubuh. Peneliti dari Univeristy California
menemukan kandungan senyawa flavan-3-ols dalam coklat yang
terbukti dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
c. Manfaat
Beberapa manfaat cokelat dunia pengobatan masih menjadi
bahan penelitian di dunia saat ini. Di antaranya adalah:
1. Mengobati Batuk
Theobromine

dalam

cokelat

disinyalir

berfungsi

menyembuhkan batuk secara lebih baik dibandingkan obat batuk.


2. Mengurangi Resiko Stroke
Penelitian dari Universitas California mengungkapkan
bahwa cokelat memiliki pengaruh yang sama dengan aspirin
sebagai anti pembekuan darah. Cokelat membantu mencegah
pembekuan darah, sehingga mengurangi resiko terjadinya stroke.
3. Mencegah tekanan darah tinggi
Senyawa

flavanol

(antioksidan)

dalam

cokelat

diindikasikan dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi.

10

II.3.3 Temulawak (Dalimartha, 2006)


a.

b.

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma xanthorrhiza

Kandungan kimia
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman
dan obat, diperoleh sejumlah zat / senyawa dalam rimpang temulawak
antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu
tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan
kurkumin 2,29%.Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga
kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida
tannin, saponin dan steroid
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar
3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren, mirsen,p-toluil metikarbinol,
pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren,
borneol,

tumerol,

xanthorrhizol,

sineol,

isofuranogermakren,

zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan


atlantone.
c. Manfaat
1. Penambah Nafsu Makan
Kandungan minyak atsiri dalam temulawak ternyata
memberikan

efek

karminativum,

sehingga

mengkonsumsi

temulawak dapat berguna untuk meningkatkan nafsu makan.


Inilah alasan mengapa temulawak sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi anak-anak.
2. Mengobati Sakit Maag

11

Kandungan serbuk rimpang ternyata mempunyai khasiat


untuk memperbaiki dan menetralkan produksi asam lambung.
Bahkan maag akut sekalipun akan berangsur-angsur sembuh jika
kita telaten meminum air sari temulawak.
3. Menjaga Kesehatan Organ Hati
Rimpang temulawak memiliki efek hepatoprotektor yaitu
sebagai detoksin (anti racun) pada organ hati manusia.
4. Memperbanyak Produksi ASI
5. Menghilangkan Jerawat
6. Mengatasi Gangguan Ginjal
II.3.4 Kumis kucing (Dalimartha, 2006)
a.

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Orthosiphon

Spesies

: Orthosiphon aristatus

b. Manfaat
Kumis

kucing

dapat

digunakan

untuk

memperlancar

pengeluaran air kemih (diuretik), rematik, batuk, masuk angin,


sembelit, sakit pinggang, anti radang, radang ginjal, batu ginjal,
kencing manis, albumiria, syphilis, hipertensi, infeksi ginjal akut dan
kronis, kencing manis, kencing batu, menghilangkan panas dan
lembab, infeksi kandung kemih (Cystitis), encok (Gout arthritis),
nyeri sendi, kencing berdarah, dan asam urat.

12

II.3.5 Sambung nyawa (Dalimartha, 2006)


a.

b.

Klasifikasi
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales (Campanulatae)

Familia

: Asteraceae

Genus

: Gynura

Species

: Gynura procumbens (Lour) Merr

Kandungan kimia
Tanaman sambung nyawa mengandung flavonoid, sterol tak
jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, asam klorogenat,
asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi
benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji isolasi
flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu
kaemferol (suatu flavonol), flavonol, dan auron. Diduga juga
keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7, 8
(cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B.

c.

Manfaat
Secara tradisional, sambung nyawa digunakan sebagai obat
penyakit ginjal, infeksi kerongkongan, menghentikan pendarahan, dan
penawar racun akibat gigitan binatang berbisa. Skrining fitokimia
daun sambung nyawa diduga berkhasiat sebagai anti kanker, antara
lain kanker kandungan, kanker payudara, dan kanker darah.

II.3.6 Sirih (Dalimartha, 2006)


a.

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae.

Division

: Magnoliophyta.

Class

: Magnoliopsida.

Ordo

: Piperales.

Family

: Piperaceae.

13

b.

Genus

: Piper.

Species

: P. Betle

Kandungan kimia
Tanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung
sejumlah zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia.
Daun sirih memiliki rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau
yang tajam. Rasa dan aroma ini disebabkan dari kavikol dan
bethelphenol dalam minyak asitri yg terkandung didalam daun sirih.
Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis sirih itu
sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai
kebagian daun, serta kondisi dari daun. Secara umum, daun sirih
mengandung minyak asitri yang berisikan senyawa kimia seperti fenol
serta senyawa turunannya antara lain kavikol, kavibetol, eugenol,
karvacol, dan allipyrocatechol. Kandungan daun sirih lainnya yaitu
karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin,
patin dan asam amino.

c.

Manfaat
1. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk membersihkan
mata.
2. Daun sirih juga dapat menghilangkan bau ketiak.
3. Bisa untuk mengobati gigi dan gusi bengkak. Daun sirih hijau,
dipercaya bisa untuk mengobati keputihan.
4. Mampu mengobati luka bakar.
5. Menghilangkan gatal-gatal di kulit.
6. Daun Sirih Hijau juga bisa untuk mengobati eksim, atau penyakit
kulit lainnya.
7. Cairan daun Sirih hijau, bisa untuk obat semprot hama dan tidak
mematikan tanaman. Penyakit dan kutu yang menyerang tanaman
bisa sirna.
8. Sirih Hhijau, daunnya juga dipercaya bisa untuk mengobati
demam berdarah.

14

9. Daun sirih mampu untuk mengobati Asma


10. Daun sirih mampu mengobati radang tenggorokan
II.3.7 Jambu biji (Dalimartha, 2006)
a.

b.

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Psidium

Spesies

: Psidium guajava L

Kandungan kimia
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung
tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun
jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti minyak
atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat,
asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (dalam 100
gr), yaitu Kalori 49 kal; Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg;
Vitamin C 87 mg; Kalsium 14 mg; Hidrat Arang 12,2 gram; Fosfor 28
mg; Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg; Lemak 0,3 gram; dan Air 86 gram.

c.

Manfaat
Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa
sepat pada buah yang berfungsi untuk memperlancar sistem
pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus.
Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan
keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur
pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan
keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan
kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan tekanan
darah tinggi (hipertensi). Menurut Dr. James Cerda dengan memakan
jambu biji 0,5 1 kg /hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit

15

jantung dapat berkurang sebesar 16 %. Dalam jambu biji juga


ditemukan likopen yaitu zat nirgizi potensial lain selain serat. Likopen
adalah karatenoid (pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat
dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti
oksidan. Riset-riset epidemologis likopen pada studi yang dilakukan
peneliti Itali, mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut, tekek,
kerongkongan, lambung, usus besar dan dubur, jika mengkonsumsi
likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji yang daging
buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis
mempunyai efek memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa
jenis kanker.
II.4

Uraian Kegiatan PKL


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) farmakognosi angkatan
2013 dilaksanakan di desa Taludaa, kecamatan Bone Pantai, pada tanggal
17-20 Juni 2014. Kegiatan ini diawali dengan persiapan keberangkatan
pada pukul 07.00 WITA di kampus 3 FIKK. Setelah itu menuju ke lokasi
menggunakan mobil angkutan yang perjalananya menyita waktu 5 jam.
Tiba di lokasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tepat pukul 12.00
WITA.
Saat tiba di lokasi, kami diguyur hujan sehingga acara penyambutan
oleh jajaran pemerintah desa Taludaa ditiadakan. Seluruh peserta segera
dikerahkan

ke

posko

masing-masing.

Selama

di

posko

peserta

diperintahkan untuk menyiapkan dan mengatur barang-barang serta alat


yang akan dipakai untuk mencari sampel simplisia keesokan harinya.
Rabu, 18 Juni 2014 pukul 07.00 WITA, para peserta PKL berkumpul
di lapangan desa Taludaa untuk persiapan pengambilan sampel. Peserta
PKL berangkat ke lokasi pengambilan sampel yang diarahkan oleh asisten
masing-masing pada pukul 07.30. Setelah semua sampel diperoleh yaitu
daun papaya, daun sirsak, daun pisang, dan daun alvokad, para peserta
PKL kembali ke posko masing-masing tepat pada pukul 12:00 WITA, yang
dilanjutkan dengan pengolahan sampel sampai pukul 16.30 WITA.

16

Kemudian pukul 19.00 WITA seluruh peserta berkumpul di posko utama


untuk diresponsi umum. Pada pukul 22.00 WITA peserta kembali ke posko
masing-masing untuk istrahat dan mempersiapkan diri untuk kegiatan
besok.
Kamis, 19 Juni 2014 pukul 06.00 WITA, para peserta PKL
melaksanakan senam pagi di lapangan desa Taludaa. Setelah senam pagi,
pada pukul 09.00-12.00 WITA para peserta mengikuti kegiatan penanaman
apotik hidup dan tanaman obat keluarga di kebun yang telah disiapkan.
Kegiatan selanjutnya pada pukul 13.00 WITA

adalah lomba menu

masakan sederhana sampai pada pukul 17.00 WITA. Setelah itu para
peserta melakukan persiapan untuk kegiatan malam inagurasi. Tepat pukul
19.00 WITA acara malam inagurasi dilangsungkan dengan berbagai
penampilan dari tiap-tiap kelompok PKL yang berlangsung sampai pukul
23.00 WITA.
Jumat, 20 Juni 2014 pukul 07.00 WITA seluruh peserta mengepak
dan mengatur barang-barang untuk kembali ke lingkungan FIKK. Tetapi
sebelum itu para peserta berfoto bersama dengan pemilik rumah atau
posko yang ditempati serta memberikan bingkisan sebagai cendra mata
dan tanda terima kasih. Setelah itu, pada pukul 08.00 WITA seluruh
peserta dikumpulkan di lapangan desa Taludaaa dan kembali ke
lingkungan FIKK.

17

BAB III
METODE PEMBUATAN SIMPLISIA
III.1

Alat dan Bahan


1. Alat

Gambar 1. Gunting

Gambar 2. Cutter

Gambar 3. Linggis

Gambar 4. Parang

Gambar 5. Wadah

18

2. Bahan

Gambar 1. Air

Gambar 2. Alkohol

Gambar 3. Kapas

Gambar 4. Kardus

Gambar 5. Koran

Gambar 6. Sasak Bambu

Gambar 7. Selotip

19

III.2

Cara Kerja
1) Disiapkan sampel yang akan dibuat simplisia
2) Disortasi basah sampel tersebut
3) Dicuci sampel pada air yang mengalir
4) Dilakukan perajangan pada sampel
5) Dikeringkan sampel dengan bantuan matahari
6) Disortasi kering
7) Dipotong-potong sampel dan dibagi menjadi dua yaitu haksel dan
serbuk
8) Diblender sampel sampai menjadi serbuk
9) Diayak serbuk sampai mendapatkan serbuk yang paling halus
10) Dimasukkan serbuk ke dalam pot salep dan haksel dimasukkan dalam
toples kaca
11) Diberi etiket

20

BAB IV
PEMBAHASAN
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan,mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai
data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga
dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf
atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen (Team
teaching, 2014)
Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga
memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu diperoleh atau
didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu
berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali (Team teaching,
2014)
Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya,
penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita
mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah,
mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk
pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.
Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan
tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolonganpenggolongan dari
tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat
tradisional.
Adapun hasil dari praktik kerja lapangan farmakognosi tentang obat
tradisional di desa taludaa, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang
dipercaya khasiatnya oleh masyrakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja lapangan
ini yaitu untuk mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia, dimana
simplisia tersebut akan diuji dalam praktikum farmakognosi nantinya. Adapun
jenis-jenis tanaman obat yang diperoleh adalah daun pepaya, daun sirsak, daun
pisang, daun alvokat.

21

Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan


secara umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau
memanen bagian tanaman obat. Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, pada
bagian daun dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-12.00, bertujuan untuk
menjaga kesegarannya karena pada waktu itulah terjadi proses fotosintetis terjadi
dengan sempurna. Untuk bagian bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah
mekar, buah dipanen dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum
masak, biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna, dan bagian akar,
rimpang, umbi, umbi lapis dikumpul sewaktu proses pertumbuhannya berhenti
(Team teaching, 2014).
Cara pengambilan tanaman berbeda pada setiap bagian, bagian kulit
batang atau kika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil dari cabang utama sampai
leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter berbeda. Bagian Kayu
diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-potong kecil.
Bagian daun diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk. Daun
muda dipetik satu persatu secara manual. Bagian bunga dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan. Bagian
akar diambil bagaian yang berada dibawah permukaan tanah, dipotong-potong
dengan ukuran tertentu. Bagian rimpang dicabut dan dibersihkan dari akar,
dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Buah dapat berupa buah yang
masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan. Biji diambil dari buah
yang masak sempurna, dikupas kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci (Team teaching, 2014).
Tahap berikutnya yaitu pencucian atau sortasi basah. Pencucian dan sortasi
basah dimaksudkan untuk membersihkan tanaman atau simplisia dari bendabenda asing dari luar. Dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
Tahap

berikutnya

yaitu

perajangan.

Perajangan

dilakukan

untuk

mempermudah proses pengeringan dan pewadahan. Setelah di cuci dan


dibersihkan dari kotoran dan benda asing. Sampel di jemur dulu kurang lebih 1
hari kemudian di potong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang

22

setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jemis simplisia). Semakin tipis perajangan
maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung
minyak menguap. Perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur (Team teaching, 2014).
Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini
yaitu untuk mendapatkan simplisia yang awet dan tahan lama, mengurangi kadar
air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme, mudah disimpan dan
dihaluskan. Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan. Cara alami berupa
pengeringan dengan sinar matahari langsung terutama bagian yang keras (kayu,
kulit biji, biji) dan zat aktif relatif panas. Cara alami yang kedua yaitu dianginanginkan tanpa terkena matahari langsung. Pengeringan buatan menggunakan alat
yang diatur suhu dan kelembapan (Team teaching, 2014).
Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa
simplisia sehingga tidak ada mikroorganisme tumbuh, dengan merendam
simplisia ke dalam alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen
POM, 1979).
Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu pewadahan atau
penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan ci tempat menjamin
terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas
yang berwarna gelap dan tertutup kedap. Harus memperhatikan suhu, kelembapan
udara dan sirkulasi udara.

23

BAB V
PENUTUP
V.1

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1.

Tekhnik pembuatan simplisia adalah:


a. Pengumpulan bahan/ pemanenan
b. Sortasi basah
c. Pencucian
d. Perajangan
e. Pengeringan
f. Sortasi kering
g. Pengemasan atau penyimpanan

2.

Beberapa tanaman yang dapat dijadikan bahan obat adalah Keji


beling, Daun coklat, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih, Sambung
nyawa, dan Jambu biji.

V.2

Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan, PKL kedepannya dapat diisi
dengan

kegiatan

positif

lainnya

sehingga

kegiatan

PKL dalam

kesehariannya akan lebih bermanfaat. Agar praktikan tidak hanya berdiam


diri di posko melainkan lebih aktif beraktivitas di lingkungan PKL.

24

DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Makassar: UMI Press
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa
Swara
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Team teaching. 2014. Buku Praktek Kerja Lapangan. Gorontalo: UNG Press

25

Anda mungkin juga menyukai