PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari tentang peracikan
dan pembuatan obat. Dalam dunia farmasi ada beberapa ilmu yang
digunakan untuk mendukung pembuatan dan peracikan obat tersebut, salah
satunya adalah farmakognosi. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu
yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji
seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin
pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser
atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup
berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya
peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan
kesulitan bagi
para
peminat
obat
tradisional
adalah kurangnya
diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat
ditanam sendiri oleh pemakainya ( Djauhariya dan Hernani, 2004).
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta
beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan
sebagai suatu tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan
yang baikdengan objek yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian
dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu
usaha atau bisnis tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak
keuntungan serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
khususnya sebagai konsumen.
Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan
berkhasiat obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di
dalamnya serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut
yang
Tujuan Percobaan
1. Memahami dan mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai bahan
obat
2. Memahami dan mengetahui tanaman yang dapat dijadikan simplisia.
I.3
Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai
bahan obat.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanaman yang dapat dijadikan
simplisia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
2.
3.
2.
asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari
tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau
kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak
boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya
zat pengotor lainnya.Pada perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut
dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia
yang belum ditetapkan susut pengeringannya.Sedangkan susut
pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap
termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan
lain, dilakukan pada suhu 150 oC hingga bobot tetap.
II.2.3 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari
alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki,
dengan langkah langkah sebagi berikut (Team teaching, 2014):
1.
Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin).Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya.misalnya jangan
menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh
waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan
lingkungan
tempat
tumbuhnya,
pada
umumnya
waktu
proses pertumbuhannya
berhenti.
b. Bagian Tanaman
1) Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan
10) Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
2.
dan
memisahkan
bagian
tanaman
yang
tidak
Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda
asing, materi/sampel dijemur dulu 1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan
4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk
(4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses
pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam
jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik
tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang
dari 10 %.
dari
kandungan
zat
aktif
simplisia,
kering
dilakukan
sebelum
pewadahan
simplisia
dikehendaki
yang
tidak
tersortir
pada
saat
sortasi
II.3
Uraian Tanaman
b.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Hemigraphis
Spesies
: Hemigraphis alternata
Kandungan Kimia
Keji beling (Strobilanthes cripus) mengandung zat kimia yang
baik bagi kesehatan antar lain kalium, narium, kalsium, asam silikat,
alkaloida, saponin, flavonoida dan polilenoi.
c.
Manfaat
Manfaat keji beling antara lain mengobati kencing batu, obat
sembelit, mengobati kencing manis, mengobati diabetes mellitus.
Klasifikasi
Tanaman coklat
b.
Divisi
: Spermatophyta
Anak Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak Kelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Sterculiaceae
Marga
: Theobroma
Jenis
: Theobroma cacao L.
Kandungan Kimia
Cokelat terbuat dari biji cocoa yang kaya akan senyawa
beraroma bernama falovonoids, yang juga terdapat di daun teh,
dalam
cokelat
disinyalir
berfungsi
flavanol
(antioksidan)
dalam
cokelat
10
b.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma xanthorrhiza
Kandungan kimia
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman
dan obat, diperoleh sejumlah zat / senyawa dalam rimpang temulawak
antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu
tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan
kurkumin 2,29%.Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga
kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida
tannin, saponin dan steroid
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar
3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren, mirsen,p-toluil metikarbinol,
pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren,
borneol,
tumerol,
xanthorrhizol,
sineol,
isofuranogermakren,
efek
karminativum,
sehingga
mengkonsumsi
11
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon aristatus
b. Manfaat
Kumis
kucing
dapat
digunakan
untuk
memperlancar
12
b.
Klasifikasi
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Asterales (Campanulatae)
Familia
: Asteraceae
Genus
: Gynura
Species
Kandungan kimia
Tanaman sambung nyawa mengandung flavonoid, sterol tak
jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, asam klorogenat,
asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi
benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji isolasi
flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu
kaemferol (suatu flavonol), flavonol, dan auron. Diduga juga
keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7, 8
(cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B.
c.
Manfaat
Secara tradisional, sambung nyawa digunakan sebagai obat
penyakit ginjal, infeksi kerongkongan, menghentikan pendarahan, dan
penawar racun akibat gigitan binatang berbisa. Skrining fitokimia
daun sambung nyawa diduga berkhasiat sebagai anti kanker, antara
lain kanker kandungan, kanker payudara, dan kanker darah.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae.
Division
: Magnoliophyta.
Class
: Magnoliopsida.
Ordo
: Piperales.
Family
: Piperaceae.
13
b.
Genus
: Piper.
Species
: P. Betle
Kandungan kimia
Tanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung
sejumlah zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia.
Daun sirih memiliki rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau
yang tajam. Rasa dan aroma ini disebabkan dari kavikol dan
bethelphenol dalam minyak asitri yg terkandung didalam daun sirih.
Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis sirih itu
sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai
kebagian daun, serta kondisi dari daun. Secara umum, daun sirih
mengandung minyak asitri yang berisikan senyawa kimia seperti fenol
serta senyawa turunannya antara lain kavikol, kavibetol, eugenol,
karvacol, dan allipyrocatechol. Kandungan daun sirih lainnya yaitu
karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin,
patin dan asam amino.
c.
Manfaat
1. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk membersihkan
mata.
2. Daun sirih juga dapat menghilangkan bau ketiak.
3. Bisa untuk mengobati gigi dan gusi bengkak. Daun sirih hijau,
dipercaya bisa untuk mengobati keputihan.
4. Mampu mengobati luka bakar.
5. Menghilangkan gatal-gatal di kulit.
6. Daun Sirih Hijau juga bisa untuk mengobati eksim, atau penyakit
kulit lainnya.
7. Cairan daun Sirih hijau, bisa untuk obat semprot hama dan tidak
mematikan tanaman. Penyakit dan kutu yang menyerang tanaman
bisa sirna.
8. Sirih Hhijau, daunnya juga dipercaya bisa untuk mengobati
demam berdarah.
14
b.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L
Kandungan kimia
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung
tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun
jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti minyak
atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat,
asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (dalam 100
gr), yaitu Kalori 49 kal; Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg;
Vitamin C 87 mg; Kalsium 14 mg; Hidrat Arang 12,2 gram; Fosfor 28
mg; Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg; Lemak 0,3 gram; dan Air 86 gram.
c.
Manfaat
Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa
sepat pada buah yang berfungsi untuk memperlancar sistem
pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus.
Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan
keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur
pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan
keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan
kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan tekanan
darah tinggi (hipertensi). Menurut Dr. James Cerda dengan memakan
jambu biji 0,5 1 kg /hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit
15
ke
posko
masing-masing.
Selama
di
posko
peserta
16
masakan sederhana sampai pada pukul 17.00 WITA. Setelah itu para
peserta melakukan persiapan untuk kegiatan malam inagurasi. Tepat pukul
19.00 WITA acara malam inagurasi dilangsungkan dengan berbagai
penampilan dari tiap-tiap kelompok PKL yang berlangsung sampai pukul
23.00 WITA.
Jumat, 20 Juni 2014 pukul 07.00 WITA seluruh peserta mengepak
dan mengatur barang-barang untuk kembali ke lingkungan FIKK. Tetapi
sebelum itu para peserta berfoto bersama dengan pemilik rumah atau
posko yang ditempati serta memberikan bingkisan sebagai cendra mata
dan tanda terima kasih. Setelah itu, pada pukul 08.00 WITA seluruh
peserta dikumpulkan di lapangan desa Taludaaa dan kembali ke
lingkungan FIKK.
17
BAB III
METODE PEMBUATAN SIMPLISIA
III.1
Gambar 1. Gunting
Gambar 2. Cutter
Gambar 3. Linggis
Gambar 4. Parang
Gambar 5. Wadah
18
2. Bahan
Gambar 1. Air
Gambar 2. Alkohol
Gambar 3. Kapas
Gambar 4. Kardus
Gambar 5. Koran
Gambar 7. Selotip
19
III.2
Cara Kerja
1) Disiapkan sampel yang akan dibuat simplisia
2) Disortasi basah sampel tersebut
3) Dicuci sampel pada air yang mengalir
4) Dilakukan perajangan pada sampel
5) Dikeringkan sampel dengan bantuan matahari
6) Disortasi kering
7) Dipotong-potong sampel dan dibagi menjadi dua yaitu haksel dan
serbuk
8) Diblender sampel sampai menjadi serbuk
9) Diayak serbuk sampai mendapatkan serbuk yang paling halus
10) Dimasukkan serbuk ke dalam pot salep dan haksel dimasukkan dalam
toples kaca
11) Diberi etiket
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan,mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai
data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga
dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf
atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen (Team
teaching, 2014)
Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga
memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu diperoleh atau
didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu
berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali (Team teaching,
2014)
Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya,
penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita
mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah,
mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk
pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.
Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan
tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolonganpenggolongan dari
tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat
tradisional.
Adapun hasil dari praktik kerja lapangan farmakognosi tentang obat
tradisional di desa taludaa, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang
dipercaya khasiatnya oleh masyrakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja lapangan
ini yaitu untuk mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia, dimana
simplisia tersebut akan diuji dalam praktikum farmakognosi nantinya. Adapun
jenis-jenis tanaman obat yang diperoleh adalah daun pepaya, daun sirsak, daun
pisang, daun alvokat.
21
berikutnya
yaitu
perajangan.
Perajangan
dilakukan
untuk
22
setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jemis simplisia). Semakin tipis perajangan
maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung
minyak menguap. Perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur (Team teaching, 2014).
Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini
yaitu untuk mendapatkan simplisia yang awet dan tahan lama, mengurangi kadar
air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme, mudah disimpan dan
dihaluskan. Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan. Cara alami berupa
pengeringan dengan sinar matahari langsung terutama bagian yang keras (kayu,
kulit biji, biji) dan zat aktif relatif panas. Cara alami yang kedua yaitu dianginanginkan tanpa terkena matahari langsung. Pengeringan buatan menggunakan alat
yang diatur suhu dan kelembapan (Team teaching, 2014).
Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa
simplisia sehingga tidak ada mikroorganisme tumbuh, dengan merendam
simplisia ke dalam alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen
POM, 1979).
Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu pewadahan atau
penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan ci tempat menjamin
terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas
yang berwarna gelap dan tertutup kedap. Harus memperhatikan suhu, kelembapan
udara dan sirkulasi udara.
23
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
V.2
Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan, PKL kedepannya dapat diisi
dengan
kegiatan
positif
lainnya
sehingga
kegiatan
PKL dalam
24
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Makassar: UMI Press
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa
Swara
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Team teaching. 2014. Buku Praktek Kerja Lapangan. Gorontalo: UNG Press
25