Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmakognosi adalah salah satu rumpun ilmu farmasi yang mempelajari


sumber bahan obat yang berasal dari bahan alami (tumbuhan, mikroba, sarang,
mineral, dan hewan). Jadi awal mula farmakognosi mempelajari bahan mentah
obat atau crude drug (Saifudin, 2014).

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk obat, belum


mengalami pengolahan apapun, dan jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain,
simplisia umumnya merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat
berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau simplisia
mineral (Suharmiati & Maryani, 2013).

Amilum merupakan salah satu bentuk penyimpanan gula yang terdiri dari
unit-unit glukosa yang tersusun linier. Amilum terdiri dari dua macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa
(kira-kira 20-28%) dibagian dalam dan sisanya amilopektin dibagian tepi
(Kumalawati, dkk, 2018)

Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang sering ditemukan


diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau gugusan gula. Tanin
merupakan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan berpembuluh, memiliki
gugus fenol, dan memiliki rasa sepat. Saponin adalah glikosida triterpena dan
sterol.. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, seringkali bersifat optic
aktif, kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
pada suhu kamar (Khotimah, 2016).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar seorang farmasis dapat


mengetahui tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat dan mengetahui
kandungan kimia dalam tumbuhan yang bisa digunakan sebagai zat aktif dari
sediaan farmasi. Hal ini lah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum
farmakognosi.
I.2 Maksud Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan 1

Memahami cara pembuatan simplisia yang baik dan serta memahami


identifikasi bahan baku simplisia

I.2.2 Maksud Percobaan 2

1. Memahami cara identifikasi simplisia yang mengandung amilum


secara organoleptik.
2. Memahami cara pemeriksaan mikroskopik pada berbagai jenis
amilum.

1.2.3 Maksud Percobaan 3

1. Memahami berbagai jenis simplisia secara organoleptic.


2. Memahami cara pemeriksaan mikroskopik pada berbagai jenis
simplisia

I.2.4 Maksud Percobaan 4

1. Memahami kandungan kimia pada simplisia


2. Memahami cara mengidentifikasi kandungan senyawa aktif alkaloid,
saponin, glikosida antar kurion yang terdapat pada simplisia.
I.3 Tujuan Percobaan

I.3.1 Tujuan Percobaan 1

Mengetahui cara pembuatan simplisia yang baik dan serta mengetahui


identifikasi bahan baku simplisia

I.2.2 Tujuan Percobaan 2

1. Mengetahui cara identifikasi simplisia yang mengandung amilum


secara organoleptik.
2. Mengetahuicara pemeriksaan mikroskopik pada berbagai jenis
amilum.

1.2.3 Tujuan Percobaan 3

1. Mengetahui berbagai jenis simplisia secara organoleptic.


2. Mengetahui cara pemeriksaan mikroskopik pada berbagai jenis
simplisia

I.2.4 Tujuan Percobaan 4

1. Mengetahui kandungan kimia pada simplisia


2. Mengetahuicara mengidentifikasi kandungan senyawa aktif alkaloid,
saponin, glikosida antar kurion yang terdapat pada simplisia.
I.4 Prinsip Percobaan

I.4.1 Prinsip Percobaan 1

Prinsip percobaan ini yaitu pembuatan simplisia yang benar, dengan


menggunakan bahan baku yaitu tanaman daun kirinyuh (Chromolaena
odorata) yang mana prosesnya dimulai dari pengambilan sampel, sortasi
basah, pencucian, perajangan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan.

I.4.2 Prinsip Percobaan 2

Prinsip percobaan pada pengamatan amilum adalah dengan


menggunakan mikroskop pada berbagai jenis amilum oryzae (pati beras),
amylum maydis (pati jagung), amilum solani (pati kentang) dan amilum
tritici (pati gandum) dengan perbesaran lensa (10 x 10) lalu didokumentasi.

I.4.3 Prinsip Percobaan 3

Prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu menguji sampel


tanaman yaitu tanaman kirinyuh (Chromolaena odorata) dengan pengujian
secara organoleptic yang mengamati bau, rasa, warna dan bentuk simplisia
pada pengujian mikroskopik dengan mengamati jaringan – jaringan
simplisia dengan tambahan klorohidrat LP 10% pada perbesaran ( 4 x 10 )\

I.4.4 Prinsip Percobaan 4

Prinsip percobaan kali ini yaitu dengan mengidentifikasi kandungan


alkaloid dengan menggunakan campuran aquadest dan peraksi
dragendorf.Pengamatan kandungan saponin dengan penambahan aquadest
panas dan dilakukan pengocokan dan mengamati buih yang terbentuk.
Mengidentifikasi pada flavonoid dengan menggunakan campuran aquadest,
serbuk Mg dan HCl pekat serta pengidentifikasi kandungan tannin dengan
menggunakan perubahan yang terjadi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk obat, dan


jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan (Suharmiati & Maryani, 2013).

Menurut (Kurnia, 2013) setelah dilakukan pemanenan bahan baku


simplisia, maka tahapan penanganan pasca panen adalah sebagai berikut.

a. Sortasi basah, tahap ini perlu dilakaukan karena bahan baku simplisia harus
benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku
simplisia yang dimaksud bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan
ini perlu dilkakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau
bagian tumbuhan lain yang terikut.
b. Pencucian, sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, dan ledeng
(PAM).
c. Perajangan, agar proses pengeringan berlangsung dengan cepat.
d. Pengeringan, merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia
tahan lama dalam penyimpanan.
e. Sortasi kering, untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan
simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses sebelumnya.
f. Pengepakan dan penyimpanan, penyimpanan harus teratur, rapi, untuk
mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk
memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya.

Amilum merupakan salah satu bentuk penyimpanan gula yang terdiri dari
unit-unit glukosa yang tersusun linier. Amilum terdiri dari dua macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa
(kira-kira 20-28%) dibagian dalam dan sisanya amilopektin dibagian tepi.
Amilosa merupakan molekul yang lurus terdiri, dari atas 250-300 unit D-
glukosa yang berkaitan dengan ikatan α 1,4 glikosidik yang cenderung
menyebabkan molekul tersebut dianggap berbentuk seperti uliran (helix),
sehingga molekulnya meyerupai rantai terbuka. Amilopektin terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4 glikosidik dan
sebagai ikatan 1,6 glikosidik. Adanya ikatan 1,6 glikosidik menyebabkan
terjadinya cabang. Sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Butir-butir amilum mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-
macam. Perbedaan ini didasarkan pada letak hilus dalam butir amilum. Hilus
adalah titik permulaan terbentuknya amilum. Sedangkan lamella adalah garis-
garis halus yang mengelilingi hilus (Kumalawati, dkk, 2018)

Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu,
kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol. Sebagai
data pelengkap dilakukan pemeriksaan organoleptik, mikroskopik, makrokopik,
serta identifikasi kimia simplisia. Uji makroskopik bertujuan untuk menentukan
cirri khas simplisia dengan pengamatan secara langsung berdasarkan bentuk
simplisia dan cirri-ciranya. Uji mikroskopik dilakukan dengan cara meletakkan
serbuk simplisia daun diatas objek glass yang ditetesi klorahidrat dan diamati
dibawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel
atau jaringan tanaman serbuk simplisia (Mayasari & Laola, 2018).

Menurut (Aslamiah & Haryadi, 2014) Proses identifikasi fitokimia pada


masing-masing ekstrak dengan menggunakan pereaksi yang sesuai dan
memperoleh hasil sebagai berikut.

a. Identifikasi tannin, membentuk senyawa larut dalam air berwarna hitam


kehijauan atau biru gelap.
b. Identifikasi alkaloid, dengan penambahan pereaksi dragendroff terbentuk
endapan merah jingga, dengan penambahan pereaksi Meyer tidak terbentuk
endapan putih kekuningan yang berarti hasilnya negative mengandung
alkaloid, dan pada pereaksi Bouchadrat terbentuk endapan coklat yang
menyatakan hasilnya positif.
c. Identifiakasi saponin, terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang 10
menit.
d. Identifikasi flavonoid, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu
menunjukkan adanya flavonoid.
II.2 Deskripsi Tanaman

1. Tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )


Chromolaena odorata merupakan tumbuhan berkayu tahunan, daunnya
berbetuk segitiga dengan bau yang khas. Percabangan yang berhadapan,
perbungaan yang berwarna putih.Penyebaran meliputi 50 -1000 m diatas
permukaan laut. Akar , tunggang, besar mendalam, tunggang bercabang,
tumbuh lurus kebawah, warna kekuning-kuningan. Batang, berbentuk bulat,
tegak lurus, terdapat rambut, batang pokok terlihat jelas. Daun, tangkai
daun setengah lingkatan, helai daun bagian bawah telebar sehingga
berbentuk segitiga, daun bertulang melengkung, warna daun hijau tua,
permukaan daun yang berbulu halus dan rapat, daun majemuk menyirip
genap. Terdapat senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid, tannin 2.56%,
flavonoid (eupatorin) dan limonene. Sumber pupuk organic dan pengendali
gulma rumput teki diperkebunan, digunakan sebagai pakan ternak,
mengamdung asam amino yang lengkap. Obat anti inflamasi, sifat
antijamur, dan antibakteri. Penyembuhan penyakit hati, kanker hati.
II.3 Uraian Bahan

1. Aquadest ( FI Edisi III, 1979 ; 96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Aquadest/air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau


tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
2. Alkohol (FI Edisi III, 1979 ; 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol /Alkohol
RM/BM : C2 H5 OH / 49,69
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,jernih mudah menguap


dan mudah bergerak, bau khas,rasa
panas,mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform p, dan dalam eter p.
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7%, v/v
atau 92,0% v/v dan tidak lebih dari 95,2% v/v
atau 92.7 % C2H5OH
3. Asam Klorida ( FI Edisi III, 1979 ; 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROXYDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl / 36,46
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasa dan


merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih, larut dalam etanol
(95%) P ; mudah larut dalam gliserol
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut perubahan warna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Asam klorida mengandung tidak kurang dari
35,0% dan tidak lebih dari 38,0% HCl
4. FeCl3 (FI Edisi III,1979 ; 112)
Nama Resmi : FERI CHLORIDA
Nama Lain : Besi (Ⅲ) klorida
RM / BM : FeCl3 / 162,5
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,


bebaswarna jiggadan garam hidrat yang telah
berpengaruholeh kelembapandiencerkan
dengan 2 bagian air asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam air berpotensi warna jingga
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100%
5. Khoralhidrat (FI Edisi III, 1979 ; 142)
Nama Resmi : CHLORALIHYDRAS
Nama Lain : Khoralhidrat
RM / BM : C2H3CL3O2 / 165,40
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur trasparan, tidak meleleh basah; tidak


berwarna ; bau tajam dank has; rasa kaostik
dan agak pahit. Melebur pada suhu lebih
kurang 55° dan perlahan-lahan menguap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam minyak
zaitun; mudah larut dalam etanol (95%),
dalam kloroform P dan dalam eter P
Khasiat : Hipnotikum ; sedativum
Kegunaan : Sebagai perjelas preparat / sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk
Persyaratan kadar : khoralhidrat mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 102,5%
C2H3Cl3O2
II.4 Uraian Sampel

1. Pati Padi (FI Edisi III, 1979 ; 93)


Nama resmi : AMYLUM ORYZAE
Nama lain : Pati Padi
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak
berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -

2. Pati Jagung (FI Edisi III, 1979 ; 93)


Nama resmi : AMYLUM MAYDIS
Nama lain : Pati Jagung
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk sangat hablur putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
3. Pati Kentang (FI Edisi III, 1979 ; 93)
Nama resmi : AMYLUM SOLANI
Nama lain : Pati Kentang
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk halus, putih dan tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -

4. Pati Gandum (FI Edisi III, 1979 ; 93)


Nama resmi : AMYLUM TRITICI
Nama lain : Pati Gandum
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk hablur, putih dan tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
II. 5 Klasifikasi Tanaman

1. Tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata ) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobiontha
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Acanthaceae
Genus :Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata

2. Pati Padi (Oryza sativa L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
3. Jagung (Zea mays L.) (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

4. Kentang (Solanum tuberosum L.) (www.plantamor.com)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
5. Gandum (Triticum aestivum L. ) (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Triticum
Spesies : Triticum aestavium L.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.3 Waktu dan Tempat

III.3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 1

Praktikum ini dilakukan pada ;

Hari/Tanggal : Kamis, 29 November 2018

Waktu : 13.00 – Selesai

Tempat : Laboratorium Farmakognosi -Fitokimia

III.3.2 Waktu dan Tempat Praktikum 2

Praktikum ini dilakukan pada ;

Hari/Tanggal : Kamis, 6 Desember 2018

Waktu : 13.00 – Selesai

Tempat : Laboratorium Farmakognosi -Fitokimia

III.3.3 Waktu dan Tempat Praktikum 3

Praktikum ini dilakukan pada ;

Hari/Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018

Waktu : 13.00 – Selesai

Tempat : Laboratorium Farmakognosi –Fitokimia


III.3.4 Waktu dan Tempat Praktikum 4

Praktikum ini dilakukan pada ;

Hari/Tanggal : Kamis, 20 Desember 2018

Waktu : 13.00 – Selesai

Tempat : Laboratorium Farmakognosi -Fitokimia


III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

1. Cutter
2. Parang
3. Gunting
4. Blender
5. Ayakan
6. Pot plastic 100 gram
7. Kamera
8. Mikroskop
9. Objek glass
10. Botol drop
11. Deck glass
12. Lap kasar
13. Lap halus
14. Pipet tetes
15. Neraca analitik
16. Labu ukur
17. Botol kaca
18. Penangas air
19. Stopwatch
20. Tabung reaksi
21. Rak tabung reaksi
22. Sendok tanduk
23. Gelas ukur
24. Korek Api
25. Gegep
III.2.2 Bahan

1. Kantong plastic
2. Etiket
3. Alcohol
4. Air
5. Karung
6. Kardus
7. Koran
8. Tissue
9. Kloralhidrat LP 10%
10. Masker
11. Handscoon
12. Label
13. HCl
14. Dragondorf
15. Magnesium
16. Fe Cl3

III.2.3 Sampel

1. Tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )


2. Amilum Kentang (Solanum tuberosum L.)
3. Amilum Padi (Oryza sativa L)
4. Amilum Maydis (Zea mays L.)
5. Amilum Tritici (Triticum aestivum L.)

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Percobaan 1
1) Pembuatan Simplisia
a) Dipanen tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )
dimasukkan kedalam karung
b) Disortasi basah, dimana diambil hanya bagian daun dari
tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )
c) Dicuci dengan air hingga bersih
d) Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk
menghilangkam kadar air dari pencucian
e) Dirajang daun Kirinyuh ( Chromolaena odorata ) dengan
gunting / cutter menjadi ukuran lebih kecil
f) Dikeringkan dengan cara tidak langsung / diangin-anginkan
hingga benar-benar kering
g) Disortasi kering dengan memilah daun yang baik
h) Dilakukan penimbangan pada sampel
i) Diblender sebagian sampel hingga halus lalu diayak
j) Dimasukkan kedalam pot salep simplisia haus dari simplisia
rajangan
2) Pembuatan Herbarium
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dicuci tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )
c) Diangin-anginkan tanaman Kirinyuh ( Chromolaena odorata )
d) Disemprotkan etanol pada seluruh bagian tanaman Kirinyuh (
Chromolaena odorata )
e) Ditutup dengan kertas kuarto dan Koran
f) Ditutup dengan kardus dan diisolasi
g) Disimpan dibawah benda berat selama seminggu
h) Delaminating dan didokumentasikan

III.3.2 Percobaan II

a) Diidentifikasi amilum secara organoleptik


b) Disiapkan alat dan bahan
c) Diambil amilum dengan sendok tanduk, lalu dilettakkan diatasobjek
gelas
d) Diteteskan satu tetes aquadest lalu tutup dengan deck gelas
e) Diamati sampel dengan menggunakan mikroskop
f) Digambar hasil pengamatan tyang diperoleh dan dilengkapi
keterangan (description) masing-masing sampel

III.3.3 Percobaan III

1. Uji organoleptic
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil serbuk simplisia secukupnya
c) Diuji secara organoleptic serbuk simplisia tersebut meliputi
waran, bau, rasa dan bentuk.
2. Uji mikroskopik
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil serbuk simplisia secukupnya
c) Diletakkan diatas objek glass dan ditetesi kloralhidrat LP 10%
d) Difiksasi dengan pemanasan diatas nyala api Bunsen
e) Ditutup dengan cover glass
f) Diamati serbul simplisia diatas mikroskop dengan perbesaran
4×10
g) Didokumentasikan hasil pengamatan

3. Pembuatan Kloralhidrat
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Disiapkan kloralhidrat
c) Ditimbang sebanyak 10gram
d) Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
e) Ditambahkan aquadest sampai tanda batas
f) Dikocok hingga homogeny
g) Dimasukkan dalam botol kaca dan diberi label pada botol
III.3.4 Percobaan IV

1. Identifikasi Alkolid
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Ditambahkan H2O pada simplisia
c) Disaring menggunkan kertas saring
d) Diambil 1-2 ml filtrat ke tabung reaksi
e) Diteteskan 1-2 ml tetes dragondref
f) Diamati perubahan warna merah, orange dan kuning.
2. Identifikasi Saponin
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditambahkan 10 ml aquadest pada simplisia
c) Dikocok selama 10 menit dan didiamkan selama 10 menit.
d) Diamati adanya buih.
3.Identifikasi Flavanoid
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditambahkan H2O dan serbuk Mg pada simplisia
c) Dibagi menjadi 2 taubung A dan tabung B
d) Ditambahkan HCl pekat pada tabung 2
e) Diamati perubahan warna

4.Identifikasi Tannin
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Ditambahkan H2O panas pada simplisia
c) Dibagi menjadi 2 tabung pada A dan tabung B
d) Ditambahkan sedikit Fe Cl3
e) Diamati warna hitam kehijauan atau hitam kecoklatan
III.4 Skema Kerja

III.4.1 Percobaan I

1) Simplisia

Alat dan Bahan

Pemilihan bahan baku

Sortasi basah

Pengubahan bentuk (perajangan)

Pengeringan
Sortasi kering

Penimbangan

Penggalingan menjadi serbuk

Penyimpanan

Etiket
III.4.2 Percobaan II

Alat dan Bahan

Diambil sampel, diletakkan

Cover glass Cover glass Cover glass

Letakkan
Objek Glass

Aquadest
Ditetesi

Deck Glass
Ditutupi

Mikroskop

Amati

Catat hasil
III.4.3 Percobaan III

1. Organoleptik

Alat dan Bahan

-Diambil

Serbuk simplisia secukupnya

-Diuji organoleptik
Warna, bau, rasa dan bentuk

2. Mikroskopik

Alat dan Bahan

-Diambil

Serbuk simplisia secukupnya

-Diletakkan
-Di tetesi Kloralhidrat LP 10%

Objeck glass

-Difiksasi
Nyala api Bunsen
-Ditutup
Cover glass
-Diamati
Mikroskop perbesarana 4 kali 10

Dokumentasikan
III.4.4 Percobaan 4

A. Identifikasi Alkolid

Alat dan Bahan

Simplisia + H2O

Saring

- diambil
1-2 ml filtrate ke tabung reaksi

1-2 tetes dragondorf

Merah, orange dan kuning

B. Identifikasi Saponin

Alat dan Bahan

Simplisia + 10 ml aquadest panas

- Dikocok 10 menit
- Diamkan 10 menit

Tabung Reaksi

Amati Buih

C. Identifikasi Flavanoid
Alat dan Bahan

Simplisia + H2O + serbuk Mg

Tabung 1 Tabung 2

- ditambahkan

HCl pekat

Warna merah kuat, orange dan kuning

D. Identifikasi Tannin

Alat dan Bahan

Sampel + H2O panas

Tabung 1 blanko Tabung 2

- 3 tetes

FeCl3
- diamati

- terkondensasi
terhidrolisis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.3 Percobaan I

1. Tabel Pengamatan
Nama
Nama Bobot Bobot % %
No Tanaman dan Nama
Simplisia Awal Akhir Rendamen Residu
Latin

1. 600 90
Saliara Lantana 15 % 85%
gram gram
(Lantana camara L) folium

2. Tapak liman Elephant 1480 100


6,756 % 93,24%
(Elephantopus scaber opus gram gram
L) folium

3. Sambiloto Androgr 270 70


25,92 % 74,07%
(Andrographispanicul aphis gram gram
ata) folium

4. Tabernae
Mondokaki 3500 800
montana 22,85 % 97,71%
(Tabernaemontana gram gram
folium
divaricate)

5. Kirinyuh Chromol 1500 70


4,66 % 95,33%
(Chromolaena aena gram gram
odorata) folium

No Nama Nama Bobot Bobot % %


Tanaman dan Nama Simplisia Awal Akhir Rendamen Residu
Latin

2300 900
6. Jambu (Psidium Psidium 39,23 % 96,08%
gram gram
guajava) folium
2. Analisis Data
a. Tanaman Saliara (Lantana camara L)
90
% Rendamen = 600 x 100 % = 5 %
600−90
% Residu = x 100 % = 5 %
600

b. Tanaman Tapak liman (Elephantopus scaber L)


100
% Rendamen = 1480 x 100 % = 6,576 %
1480−100
% Residu = x 100 % = 93,24 %
1480

c. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)


70
% Rendamen = 270 x 100 % = 25,92 %
270−70
% Residu = x 100 % = 74,07%
270

d. TanamanMondokaki (Tabernaemontana divaricate)


800
% Rendamen = 3500 x 100 % = 22,85 %
3500−800
% Residu = x 100 % = 97,71 %
3500

e. Tanaman Kirinyuh (Chromolaena odorata)


70
% Rendamen = 1500 x 100 % = 4,66 %
1500−70
% Residu = x 100 % = 93,33 %
1500

f. Tamaman Jambu (Psidium guajava)


900
% Rendamen = 2300 x 100 % = 39,13 %
2300−900
% Residu = x 100 % = 96,08 %
2300

3. Hasil pengamatan (Dokumentasi)


No Perlakuan Gambar Keterangan

Pengambilan bahan
Daun
baku di Desa Sibedi
1 kirinyuh(Charomolaena
Kec. Marawola Kab.
odorata)
Sigi

Pemisahan tanaman
dari tanah,
2 Sortasi basah kerikil,rumput dan
bagian tanaman yang
tidak diggunakan

Dilakukan dengan air


bersih yang mengalir
3 Pencucian untuk membersihkan
kotoran yang melekat
pada tumbuhan

Agar proses
pengeringan
4 Perajangan
berlangsung dengan
cepat

Untuk menurunkan
kadar air pada sampel
5 Pengeringan

Untuk memisahkan
bagian tanaman yang
6 Sortasi kering rusak , gososng dan
kotoran yang melekat
saat pengeringan
Penghalusan dilakukan
7 Penghalusan
dengan cara diblender

Agar sampel dapat


8 Penyimpanan
bertahan lama
IV.1.2 Percobaan II

No Hasil Pengamatan Literature Keterangan


Amilum Oryzae
1. Hilus

1 2. Lamela

( 4 x 10 ) ( 10 x 10 ) ( Mulyani, 2006 )

Amilum Maydis
1. Hilus

( 4 x 10 ) ( 10 x 10 ) ( Mulyani, 2006 )

Amilum Tritici
1. Hilus
2. Lamela

(
4 x 10 ) ( 10 x 10 ) ( Mulyani, 2006 )

IV.4.3 Percobaan III

1. Uji Organoleptik
No. Sampel Gambar Keterangan
1. Tapak Liman Warna : Hijau
(Elephantopus Rasa : Tidak berasa
scaber L.) Bau : Tidak berbau
Bentuk : Daun jorong,
runcing dan berbulu
2. Mondokaki Warna : Hijau
(Tabernaemontana Rasa : Asam
divaricata) Bau : Harum
Bentuk : Tebal, bentuk
elips memanjang
3. Sambiloto Warna : Hijau
(Andrographis Rasa : Sangat pahit
paniculata) Bau : Tidak enak
Bentuk : lanset dan
pangkal meruncing
4. Saliara Warna : Hijau
(Lantana camara Rasa : Pahit, Sejuk
L.) Bau : Berbau
Bentuk : oval,
runcing, tepi bergerigi
5. Kirinyuh Warna : Hijau
(Chromolaena Rasa : pahit
odorata) Bau : Khas
Bentuk : Segitiga, dan
meruncing
6. Jambu biji Warna : Hijau
(Psidium guajava Rasa : Pahit
L.) Bau : Berbau
Bentuk : Bulat oval
dan ujung tumpul
2. Uji Mikroskopik

No. Simplisia Hasil Pengamatan Literatur


1. Tapak Liman
(Elephantopus
scaber L.)

2. Mondokaki
(Tabernaemontana
divaricata)

3. Sambiloto
(Andrographis
paniculata)

4. Saliara
(Lantana camara
L.)

5. Kirinyuh
(Chromolaena
odorata)

6. Jambu biji
(Psidium guajava
L.)
IV.4.4 Percobaan IV

Identifikasi Pendahuluan
No Sampel
Alkaloid Saponin Flavonoid Tanin

1. Kirinyuh
(Chomolaena
Odorata)

+ + + +
IV.2 Pembahasan percoban

IV.2.1 Pembahasan percobaan 1

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk


obat, dan jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan (Suharmiati & Maryani, 2013).

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami


cara pembauatan simplisia dan cara mengidentifikasi bahan baku
simplisia.

Pada praktikum kali ini, praktikan membuat simplisia dengan


bahan baku yang berasal dari tanaman kirinyuh (Chromolaena odorata
L.). Adapun langka-langkah pembuatan simplisia yang telah dilakukan
yaitu pengambilan sampel di Desa Sebedi, Kec. Marowali, Kab. Sigi,
Sulawesi Tengah. Setalah pengambilan sampel, selanjutnya dilakukan
sortasi basah yang bertujuan untuk memisahkan bagian tanaman yang
akan diambil dari rumput, tanah, krikil dan pengotor lainnya.
Kemudian dicuci tanaman dengan air mengalir agar kotoran yang
masih tertinggal setelah sortasi basah hilang sempurna.Setelah itu
sampel diubah bentuknya tergantung dari jenis sampel yang
digunakan. Adapun bagian tanaman yang digunakan yaitu daun,
sehingga pengubahan bentuknya dilakukan denga cara merajang daun
tersebut. Setelah perajangan selesai tahap selanjutnya yaitu
pengeringan, tujuan dari pengeringan ini adalah untuk menurunkan
kadar air pada sampel dengan cara diangin-anginkan. Setelah sampel
mengering dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk
membersihkan bahan dari bahan-bahan yang terlalu gosong, rusak atau
dibersihkan dari kotoran saat pengeringan.Setelah itu sampel
dihaluskan dengan menggunakan blender tujuannya agar sampel
berubah menjadi serbuk.Selanjutnya serbuk sampel diayak tujuannya
yaitu untuk memisahkan serbuk yang masih kasar, dan terkahir yaitu
serbuk dimasukkan ke dalam pot salep yang telah diberi label / etiket
tujuannya agar sampel dapat bertahan lama.
Tumbuhan Kirinyuh mengandung protein yang tinggi (21-36%),
Kirinyuh juga mengandung Asam Amino lengkap (Suwahyono, 2017).

Kirinyuh berkhasiat melegakan luka-luka pada kulit atau melecur


terkena api atau air panas, membuang cacing didalam perut dan
melawaskan kencing bagi anak-anak.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu jenis-jenis simplisia nabati


yang telah banyak diteliti, baik untuk dijadikan bahan baku obat
modern dalam bentuk kapsul atau tablet dan untuk obat-obatan
tradisional seperti jamu.
IV.2.2 Pembahasan percobaan II

Amilum merupakan salah satu bentuk penyimpanan gula yang


terdiri dari unit-unit glukosa yang tersusun linier. Amilum terdiri dari
dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dibagian dalam dan sisanya
amilopektin dibagian tepi (Kumalawati, dkk, 2018)

Tujuan dari percobaan ini dilakukan yaitu dengan


mengidentifikasi tiap-tiap amilum, seperti amilum orizae, amilum
maydis, amilum solani, dan amilum tritial dengan di teteskan suatu
larutan aquadest dan diamati dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 4.10 dan 10-10.

Pada percobaan ini di lakukan pengamatan pada tiap amilum


dengan cara mengidentifikasi tiap amilum oryzae, amilum
maydis,amilum solani dan amilum tritial secara organoleptis.
Disiapkan alat berupa mikroskop, deck glass, objek glass, sendok
tanduk, pipet tetes. Diambil amilum dengan sendok tanduk, lalu
diletakkan di atas objek glass. Ditetesi secukupnya aquades lalu
ditutup dengan deck glass.Tujuan ditambahkan aquades agar sampel
yang diamati terlihat jelas di mikroskop. Diamati satu sampel dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x10 dan 10x10.
Didokumentasikan hasil pengamatan yang diperoleh dan dilengkapi
keterangan (description) masing-masing sampel.

Pada amilum solani hasil yang diperoleh yaitu bentuknya agak


lonjong (badir) memanjang dan tidak terlihat lamella pada amilum.
Menurut literature (Aini, 2013) pada amilum solani, butiran berbentuk
bulat telur atau tidak beraturan dengan ukuran bervariasi antara 30-100
nm. Hilus terdapat sebagai titik pada bagian yang sempit. Lamella
terdapat eksentris terlihat jelas. Jadi hasil yang didapatkan telah sesuai
dengan literature.
Pada amilum titrici hasil ynag diperoleh yaitu butir tunggal besar,
hilusnya terdapat ditengah tidak jelas dan lamella tidak jelas. Menurut
(Aini, 2013) pada amilum titrici butir tunggal, dilindungi oleh butiran
kecil. Bentuk serupa lensa bundar atau jorong, kadang-kadang
berbentuk ginjal. Hilus terletak ditengah tidak jelas berupa titik atau
celah, lamella tidak jelas. Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
literature.

Pada amilum maydis hasil yang diperoleh yaitu bentuknya bulat


butir Kristal, bergerigi, dan bentuk hilusnya konsetris. Menurut
literature (Aini, 2013) pada amilum maydis butiran hampir bulat.
Butiran polygonal dengan sudut membulat. Garis tengah sampai lebih
kurang 35 cm, hilusnya ditengah berupa titik atau bintang. Jadi hasil
yang diperoleh telah sesuai dengan literatur.

Pada amilum oryzae hasil yang diperoleh bentuknya kecil,


fragmen menyatu berkelompok dan berbentuk bulat telur banyak.
Menurut literature (Aini, 2013) pada amilum oryzae butiran kecil
dengan ukuran 3-12 nm berbentuk majemuk yang berukuran 2-100
butir. Hilusnya tampak dan granul besar dan terdaapaat ditengah.
Lamela tidak jelas. Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
literatur.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu amilum digunakan sebagai


bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi
bahan pengisi, pengikat, dan penghancur pada tablet.
IV.2.3 Pembahasa Percobaan III

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk


obat, dan jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan (Suharmiati & Maryani, 2013).

Tujuan percobaan yaitu mengetahui cara mengidentifikasi


simplisia secara organoleptik dan mengetahui cara pemeriksaan
mikroskopik pada berbagai jenis simplitia.

Prinsip percobaan ini yaitu mengidentifikasi berbagai jenis


simplisia secara organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca
indra dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa setelah itu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada berbagai jenis simplisia,
dilakukan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 4 X 10
simplisia yang diuji berupa serbuk dengan perambahan kloralhidrat
dan divikasi diatas api bunsen dan pemeriksaan ini diketahui jenis
simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik seperti stomata,
sel bata, lapisan gabus dan berkas pengangkut.

Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah yang pertama pada
pembuatan larutan kloralhidrat Lp 10% disiapkan alat dan bahan, dan
disiapkan kloralhidrat lalu ditimbang sebanyak 10 gram, masukan ke
dalam labu ukur 100 ml dan di tambah aquadest 100ml lalu dikocok
hingga homogen dan dimasukan dalam botol kaca dan diberi label
pada botol. Yang kedua pada pengamatan secara organoleptik yaitu
disiapkan alat dan bahan, diambil serbuk simplisia dan diamati warna,
bentuk, rasa sari bau dengan menggunakan panca indra keudian dicatat
data yang diperoleh dari yang ketiga adalah pengamatan secara
mikroskopik, ditiapkan alat dan bahan. Diambil serbuk simplisia dan
diletakan diatas objeck glas, lalu ditetesi dengan kloralhidrat

Lp 10% dan difiksali dengan pemanasan, ditutup dengan deck


glass lalu diamati dan didokumentasikan serta tidak lupa dibandingkan
dengan gambar literatur pembanding.
Alasan menggunakan klorahidrat 10% yaitu untuk menjernihkan
sampel pada saat diaamati dibawah mikroskop. Alasan dikocok agar
larutan tercampur dengan homogen. Alasan difiksusi yaitu untuk
mengawetkan jaringan, mengeraskan jaringan dan mempertahankan
susunan jaringan. Tujuan dari fikfasi dengan barisan yaitu untuk
memantikan bakteri. Alasan digunakan perbesaran 10 X 4 yaitu untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang baik dari segi struktur maupun
bentuknya.

Pada uji organoleptik hasil yang diperoleh yaitu pada sambiloto


(Andrographis paniculata) simplisianya bentuk halus tidak berserat,
warna hijau tua, rasa sangat pekat dan aromanya menusuk tajam. Pada
simplisia saliara (Lantana camara) bentuk halus dan berserat, warna
hijau tua, rasa sepat dan baunya khas menusuk tajam. Pada tapak liman
(Elephantopus scaber) bentuknya tidak terlalu harus, warna hijau agak
mudah, rasa hambar dan beraroma teh. Pada simplisia mondokaki
(Tabernalmontana divaricata) bentuknya halus dan tidak berserat,
warna hijau, agak mudah, rasa agak pahit, beraroma teh. Pada
simplisia kirinyuh (Chcomohlaena odorata) bentuknya halus dan tidak
berserat, warna kehitaman, rasa hambar, dan beraroma teh. Pada
simplisia jambu biji (Psidium guajava) bentuknya halus dan berserat,
warna hijau agak mudah, rasa hambar sepat dan beraroma jambu biji.

Berdasarkan literatur (jaya, j, 2008) pada uji organoleptik tapak


liman (elephantopus scaber) yang bentuknya halus, memiliki sedikit
serat, rasa sepat agak pahit, warna hijau muda dan beraroma seperti teh
hijau. Jadi hasil yang didapatkan sesuai literatur. Berdasarkan literatur
(okama, 2013) pada uji organoleptik Kirinyuh (Chromolaena odorata)
bentuknya halus, warna hijau agak tua, rasa hambar dan cepat, dan
aroma seperti teh, jadi hasil yang diperoleh berbeda pada warna
simpsia yaitu hasil pengamatan bersama kehitaman. Hal ini disebabkan
lama proses pengeringan yang dilakukan di bawah sinar matahari dan
kualitas amplisia yang kurang baik. Berdasarkan literatur (Blutarsi,
2010) Pada uji organoleptik mondokaki (Tabernaemantana divaricata)
yaitu warna agak hijau, aroma seperti teh, rasa pahit, bentuknya halus,
jadi hasil pengamatan sesuai literatur. Berdasarkan literatur (Asliar,
2010) pada uji organoleptik saliara (Lantana camara) bentuk halus
berserat, warna hijau tua, rasa sepat dan hampir pahit, baunya khas,
jadi hasil pengamatan sesuai literatur. Berdasarkan literatur (malky,
2011) pada uji organoleptik Sambiloto (Andrographis paniculata)
bentuk halus dan berserat, warna hijau tua, dan rasa pahat, dan
memiliki aroma yang sangat tajam. Jadi haasil yang diperoleh telah
sesuai dengan literature. Berdasarkan literature (Yanti, dkk, 2017)
pada uji organoleptik jambu biji (Psidium guajava.) yaitu bentuknya
halus memiliki serat warnanya agak hijau, agak pucat, rasa sepat dan
bau khas. Jadi hasil pengamatan sesuai literatur.

Pada uji mikroskopik hasil yng diperoleh yaitu pada Tapak Liman
(Elephantopus scarber) hasil yang diperoleh yaitu pada Tapak Liman
terlihat dari epidermis atas, epidermis bawah, sisik-sisik kelenjar dan
parenkim. Pada Kirinyuh (Chromolaena odorata) terlihat epidermis
dan sisik-sisik. Pada Mondokaki (Tabernaemontana divaricata)
terlihat stomata, trikoma, dan jaringan palisade. Pada Salira (Lantana
camara) terlihat epidermis, parenkim, dan sisik-sisik kehitaman. Pada
uji mikroskopik Sambiloto (Andrographis paniculata) terlihat
epidermis, kutikula, dan sisik-sisik hitam. Pada Jambu Biji (Psidium
guajava) terlihat sel epidermis, stomata, dan trikoma.

Berdasarkan literatur (Jaya, 2018) pada uji mikroskopik Tapak


Liman (Elephantopus scarber) terlihat sel epidermis, sel kelenjar, dan
jaringan parenkim. Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
literatur. Berdasarkan literatur (Okama,dkk, 2013) pada uji
mikroskopik Kirinyuh (Chromolaena odorata) terlihat sel epidermis
dan jaringan polisakarida. Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai
dengan literature. Berdasarkan literatur (Blutarsi, 2010) pada uji
mikroskop Mondokaki (Tabernaemontana divaricata) terlihat
epidermis, stomata, dan trikoma. Tetapi tidak terlihat dengan jelas.
Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai dengan litreratur. Berdasarkan
literatur (asliar, 2010) pada uji mikroskop Salira (Lantana camara)
terlihat jaringan epidermis, dan jaringan parenkim. Jadi hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan literature. Berdasarkan literatur (malky,
2011) pada uji mikroskop Sambiloto (Andrographis paniculata)
terlihat jaringan epidermis dan kutikula. Jadi hasil yang diperoleh telah
sesuai dengan literature. Beradasarkan literature (Yanti, dkk, 2017)
pada uji mikroskopik Jambu Biji (Psidium guajava) terlihat pada
epidermis, stomata, dan trikoma. Jadi hasil yang diperoleh telah sesuai
dengan literature.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dalam mempelajari khasiat


farmakologis suatu tanaman, terlebih dahulu kita dituntut untuk dapat
mengenal dan membedakan berbagai simplisia baik secara
makroskopik maupun mikroskopik melalui proses identifikasi. Hal
inilah yang melatar belakangi dilakukannyaa percobaan ini.
IV.2.4 Pembahasan Percobaan IV

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk


obat, dan jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan (Suharmiati & Maryani, 2013).

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kandungan kimia


pada simplisia dan mempelajari identifikasi kandungan senyawa aktif
alkolid, saponin dan glikosida antarkuinan yang terdapat pada
simplisia.
Prinsip pada percobaan ini dilakukan dengan identifikasi
kandungan senyawa aktif pada tanaman yang mengandung senyawa
aktif alkolid, saponin, flavanail dan tannin pada reagen masing-masing
uji identifikasi. Dari mengamati perubahan warna yang terjadi.
Pecobaan ini dilakukan 4 uji identifikasi senyawa aktif pada
simplisia yaitu identifikasi alkolid, identifikasi saponin, tannin dan
flavonoid. Percobaan di awali dengan mempersiapkan alat dan bahan
pada identifikasi alkolid dilakukan dengan mengambil ½ sendok
tanduk simplisia dan ditambahkan aquadest 2 ml. Alasan ditambahkan
aquadest tersebut, agar dapat melarutkan simplisia sebelum dilakukan
proses penyaringan. Disaring larutan simplisia menggunakan kertas
saring agar hasil filtar dapat diambil. Dimasukan 1-2 ml ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 1-2 ml dragerdof untuk menunjuka
adanya alkolid pada simplisia. Diamati perubahan warna merah,
orange dan kuning. Pada identifikasi saponin, dilakukan dengan
mangambil ½ sendok tanduk simplisia dan ditambahkan 10 ml
aquadest panas untuk melarutkan simplisia dikocok selama 10 menit
agar aquadest dan simplisia dapat mencampur sempurna, lalu
didiamkan selama 10 menit agar perubahan warna lebih mudah untuk
diamati. Diamati perubahan warna yang terjadi dan adanya terbentuk
buih.Pada uji flavonoid dilakukan dengam mengambil ½ sendok
tanduk simplisia dan dimasukan ke dalam tabung raeksi 1 dan 2.
Dibuat dalam tabung yang berbeda, agar tabung 2 dapat menjadi
pembanding dan tabung 1 menjadi blanko pada tabung 1 dan 2
dimasukan serbuk Mg. Pada tabung 2 ditambahkan 1-2 tetes asam
sulfat pekat agar dapat tereduksi bersama serbuk Mg menghasilkan
warna merah kuat,orange dan kuning. Pada identifikasi tannin
dilakukan dengan pengambilan ½ sendok tanduk simplisia dan
dimasukan ke dalam 2 tabung reaksi.Dibuat dalam 2 tabung yang
berbeda agar tabung satu menjadi blanko dan tabung 2 menjadi
pembanding.Dimasukan 10 ml aquadest panas untuk melarutkan FeCl3
dengan senyawa aktif pada simplisia.Lalu ditambahkan 3 tetes FeCl3
pada tabung 2.Alasan ditambahkan FeCl3 karena senyawa tannin dapat
terbentuk ketika direaksikan dengan garam-garam FeCl3 dengan
membentuk warna hitam kehijauan pada tannin yang terhdrolisis dan
berwarna hitam kecoklatan pada tannin yang terkondensasi.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada uji Alkaloid
(Kirinyuh (Crhomolaena odorata) dihasilkan warna kuning
kecoklatan, sehiungga positif mengandung alkaloid. Halini sesuai
dengan literatur (Frastika, Pitopang & Suwastika, 2017) yang
menyatakan bahwa hasil positif alkaloid jika terbentuk warna coklat.
Pada uji Saponin Kirinyuh (Chromolaena odorata) dihasilkan
buih atau busa yang stabil setelah 10 menit, sehingga positif
mengandung Saponin. Halini sesuai dengan literature (Frastika,
Pitopang & Suwastika, 2017) yang menyatakan bahwa hasil positif
jika terdapat busa yang stabil.
Pada uji flavonoid Kirinyuh (Chromolaena odorata) dihasilkan
pada tabung 1 warna kuning yang samar-samar karena tanpa
penambahan HCl pekat yang mana HCl pekat ini digunakan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya sehingga menghasilkan
warna merah pada flavonoid. Pada tabung 2 dihasilkan warna merah
kekuningan, sehingga positif mengandung flavonoid. Hal ini sesuai
dengan literature (Frastika, Pitopang & Suwastika, 2017) yang
menyatakan bahwa apabila terbentuk warna orange, merah, dan merah
bata, atau kuning berarti menandakan kandungan flavonoid.
Pada uji tannin Kirinyuh (Chromolaena odorata) dihasilkan pada
tabung A hanya berbentuk warna hijau karena tanpa penambahan
FeCl3 yang mana untuk menunjukkan adanya tannin dapat diperoleh
dengan penggunaan pereaksi FeCl3%. Pada tabung B dihasilkan warna
hijau kehitaman, sehingga mengandung tannin. Hal ini sesuai dengan
literatur (Frastika, Pitopang & Suwastika, 2017) yang menyatakan
bahwa warna hijau/biru kehitaman menunjukkan kandungan tannin.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dituntut
untuk dapat mengidentifikasi komposisi dari sediaan farmasi dalam
usaha tersebut, maka kita dituntut untuk dapat mengetahui kandungan
kimia dalam suatu sediaan farmasi. Dengan diketahuinya kandungan
simplisia dari sediaan maka kita dapat mengetahui efek terapi dari
kandungan simplisia tersebut.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.1.1 Kesimpulan Percobaan 1

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan untuk obat,


dan jika tidak dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan.
2. Tahap-tahapan dalam pembuatan simplisia , yaitu :
 Pemanenan bahan baku simplisia
 Sortasi basah, pemisahan dan pembuangan bahan organik asing
atau bagian tumbuhan lain yang terikut.
 Pencucian, sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, dan
ledeng (PAM).
 Perajangan, agar proses pengeringan berlangsung dengan cepat.
 Pengeringan, merupakan proses pengawetan simplisia sehingga
simplisia tahan lama dalam penyimpanan.
 Sortasi kering, untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing,
dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses
sebelumnya.
 Pengepakan dan penyimpanan, untuk mencegah resiko tercemar
atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan
pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya.
3. Hasil yang didapatkan pada perhitungan % Rendemen Kirinyuh
(Chromolaena odorata) yaitu 10%, sedangankan % Residunya 90%.
V.1.2 Kesimpulan Percobaan II

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa:

1. Amilum merupakan salah satu bentuk penyimpanan gula yang


terdiri dari unit-unit glukosa yang tersusun linier.

2. Berdasarkan hasil pengamatan pada tiap-tiap amilum yaitu :


 Amilum oryzae memiliki amilum berukuran kecil-kecil.
 Amilum maydis memiliki amilum berbentuk poligonal dengan
hilus berbentuk huruf “Y”.\
 Amilum solani memiliki bentuk khas seperti genangan air dan
terlihat samar-samar
 Amilum tritici memiliki amilum berukuran besar dan dikelilingi
amilum berukuran kecil.
V.1.3 Kesimpulan Percobaan III

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Pada uji organoleptic jambu biji (Psidium guajava ) simplisianya
berbentuk halus dan berserat,warna hijau agak muda,rasa hambar
sepat dan beraroma jambu biji. Pada tapak liman (Elephantopus
scaber) simplisianya berbentuk halus,berserat,rasa agak sepat,dan
warnanya hijau agak muda dan beraroma teh. Pada simplisia
mondokaki (Tabernaemontana divaricata) bentuknya halus , tidak
berserat, warna hijau, rasa agak pahit,dan beraroma the. Pada
simplisia kirinyuh (Chromolaena oderata) bentuknya halus dan
tidak berserat ,warna kehitaman,rasa hambar dan beraroma the.
Pada simplisia saliara (Lantana camara) bentuk halus dan
berserat,warna hijau ,rasa pahit sepat dan beraroma khas. Pada
simplisia sambiloto (Andrographis paninculata) bentuk halus tidak
berserat, warna hijau, rasa sangat pahit dan beraroma menusuk
tajam.
2. Pada uji mikroskopik yang diperoleh yaitu pada tapak liman
(Elephantopus scaber) terlihat epidermis atas, epidermis bawah,
dan sisik-sisik kelenjar. Pada Kirinyuh ( Chromolaena oderata)
terlihat epidermis dan sisik-sisik hitam. Pada Mondokaki
(Tabernaemontana divaricata) terlihat stomata, trikoma, dan
jaringan palisade. Pada saliara (Lantana camara) terlihat epidermis,
parenkim dan sisik-sisik kehitaman. Pada sambiloto (Andrographis
paninculata) terlihat epidermis, kutikula dan sisik-sisik kehitaman.
Pada jambu biji (Psidium guajava) terlihat sel epidermis,stomata
dan trikoma.
IV.1.4 Kesimpulan Percobaan IV
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Simplisia mengandung banyak senyawa aktif seperti alkaloid,
flavonoid, saponin dan glikosida.
2. Berdasarakan pengamatan kandungn simplisia Kirinyuh
(Chromolaena odorata) diperoleh hasil, yaitu :
 Pada uji Alkaloid Kirinyuh (Chromolaena odorata)
dihasilkan warna kuning kecoklatan (+)
 Pada uji Saponin Kirinyuh (Chromolaena odorata)
dihasilkan buih atau busa yang stabil (+)
 Pada uji flavonid Kirinyuh (Chromolaena odorata)
dihasilkan warna merah kekuningan (+)
 Pada uji tanin Kirinyuh (Chromolaena odorata) dihasilkan
hijau kehitaman (+)
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2008. 273 Ramuan tradisional. Jakarta : Redaksi


AgromediaArianti,e, 2014. Mikroskop Sederhana Dari Botol Plastik Sebagai Alat
Pembelajaran Pada Pengamatan Sel. Edubio Tnpika. Aceh.
Ashar, 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol dan Kirinyuh. Surakarta. Ums
Press.
Bamsani, 2010. Skiring Fitokimia Tumbuhan Berpotensi Obat Tradisional. Lampung.
Universitas Lampung.
Bachrudin, Zaenal. 2014. Pengaruh Penambahan Oxygall dalam Membantu
Asimilasi Kolestrol oleh Bakteri Asam Laktat dari Saluran Pencernaan Ikan
Tawes.Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Dalimartha. 2008. 1001 Resep herbal. Jakarta : Pustaka Swadaya

Dalimartha dan Adrian. 2018. Ramuan herbal tumpas penyakit. Jakarta : Pustaka
Swadaya
Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia 1979 Farmakope Indonesia Edisi

ⅢJakarta Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ellis, H. 2013. Clinical Anatomy : Applied Anatomy for Student & Junior
Doctors.Blackwell Publishing: USA.
Fried, G.H & Hademonas, G.J. 2010. Schaum’s Outlines Biologi Edisi
Kedua.Erlangga: Jakarta.
Jaya, 2008. Uji Organoleptik dan Lindungan Vitamin C Pada Jus Jambu.
Surakarta.UMS Press
Saifuddin. A. 2014, Senyawa alam metabolit sekunder. Yogyakarta : Deepublish
Sudewo. B. 2009. Buku pintar hidup sehat cara mas Dewo. Jakarta : Agromedia
Supriyatna. 2012. Prinsip obat herbal. Yogyakarta : Deepublish
James, J. 2008. Prisip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Mulyani, S. 2008. Anatomi Tumbuhan. Kanisius: Yogyakarta.

Rohmayanti.2010. Jurnal Permodelan dan Optimasi Hidrolisis Pati Menjadi


Glukosa dengan Metode Artifisial Neurzl Network Genetic Algorithm.
Universitas Diponegoro:Semarang.
Mulky, 2011. Uji Efektivitas Daun Saliara. Cianjur.Universitas Sunjokarta.
Ohama,dkk. 2013. Uji Aktifitas Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Liman. Pontianak.
UTP.
Pastiniasih, 2011. Analisis Mutu Pangan. Semarang. UNNES.
Purwadi,dkk. 2017. Penanganan Hasil Ternak. Malang. UB Press.
Raihastuti & Soekarno. 2014. Kontrol Kualitas Pangan Hasil Ternak. Yogyakarta.
UGM Press.
www.plantamor.com

Anda mungkin juga menyukai