Anda di halaman 1dari 25

DESINFEKTAN ORGANIK ANORGANIK DAN

INSEKTISIDA

KELOMPOK 6 :

Siti Marwah Nur G 701 17 035


Nurhakiki B. G 701 16 032
Tuty Alawiah Alias G 701 17 115
Janes Krisly G 701 16 175
Nina Karlina Maaruf G 701 17 209
Desinfektan Insektisida

Organik Anorganik Organik Anorganik

Garam-garam
Senyawa Halogen Organoklorin
beracun seperti
Senyawa Fenol Heterosiklik
:
Zat-zat dengan aktifitas Organofosfat
Arsenat
permukaan Karbamat
Flourida
Basa ammonium kuarterne Dinitrofenol
Tembaga Sulfat
Alkohol, Aldehida, Asam Garam merkuri
Formaldehid
Senyawa logam berat
Oksidansia
DESINFEKTAN

Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah


pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya
dan biasa digunakan pada benda-benda mati
CIRI CIRI DESINFEKTAN

* Aktivitas antimicrobial, Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai


macam mikroorganisme.
* Kelarutan, Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut
lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara
efektif.
* Stabilitas, Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan
beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan
sifat antimikrobialnya
* Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup, Bahwa substansi tersebut harus
bersifat letal bagi mikroogranisme dan tidak berbahaya bagi manusia
ataupun hewan lain.
* Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, Sebaiknya
desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan bau
sedap.
* Berkemampuan sebagai detergen, Suatu desinfektan juga merupakan
detergen yang efeknya juga sebagai pembersih.
* Ketersediaan dan biaya, Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar
dan dengan harga yang pantas.
* Keserbasamaan (homogenity), Dalam penyiapan komposisinya harus
seragam .
• Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh, Aktifitas
desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada lingkungan untuk
penggunaan senyawa yang bersangkutan.
• Kemampuan untuk menembus, Bila substansi dapat menembus permukaan,
maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.
• Tidak menimbulkan karat dan warna, Maksudnya suatu desinfektan
diupayakan tidak menimbulkan warna atau merusak kain.
• Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan
bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi aktif.
MEKANISME KERJA DESINFEKTAN

 Kerusakan pada dinding sel


Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya
atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.

 Perubahan permeabilitas sel


Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini
akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

 Perubahan molekul protein dan asam nukleat


Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan
asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah
keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat
merusak sel tanpa diperbaiki kembali.

 Penghambatan kerja enzim


Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel
merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat
kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
 Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
total pada sel.
PENGGUNAAN DESINFEKTAN

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan


akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari
peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga
membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien.
Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.
Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

 Golongan pertama
Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan
Hepatitis
• Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
• Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
• Fenol-fenol (Dettol).

 Golongan kedua
Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan
Hepatitis B.
• Desinfektan yang melepaskan klorin. Contoh :
Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel),
Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T)
Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).
• Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya
: Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
o Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus
termetilasi, etanol.
o Aldehid : formaldehid (formalin),
glutaraldehid (cidex).
o Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
PENGGOLONGAN DESINFEKTAN

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni :


Senyawa halogen
• Yodium
Secara luas untuk desinfeksi kulit dan
bersifat germisida terhadap hampir semua
kuman pathogen, termasuk fungi dan virus.
Yodium mungkin pula digunakan untuk
mendesinfeksi berbagai barang peralatan
dan untuk sanitasi instrumen tertentu.
• Klor
Elemen berbentuk gas ini berkhasiat
bakterisid kuat yang dalam konsentrasi kecil
dapat dengan cepat membunuh kebanyakan
bakteri, spora, fungi, dan virus. Penggunaan
utamanya adalah sebagai desinfeksi lantai,
air minum, dan kolam renang .
Senyawa Fenol
• Fenol
Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai
desinfektan. Karbol merupakan nama
lain untuk fenol. Fenol juga digunakan
sebagai standar untuk pembanding
dengan desinfektan lain.

• Kresol
Merupakan derivate metal dengan
minimal 50% metakresol, khasiatnya 3
kali lebih kuat daripada fenol,
sedangkan toksisitasnya sama.
Digunakan sebagai desinfektan rumah
tangga dan peralatan, misalnya lysol dan
kreotin.
Zat-zat dengan aktifitas permukaan
• Zat non ionogen
Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya
ringan.

• Zat ionogen
Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif.
oZat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat).
Zat-zat ini memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram
positif, sedangkan terhadap kuman gram negative tidak aktif.
oZat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif
daripada terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap
mycobacteriae, virus dan spora.

• Sabun
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan
memiliki khasiat bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain
Psedomonas, Proteus, dan Salmonella. Sabun sama sekali tidak aktif
terhadap E.coli dan Staphylococcus.
Basa ammonium kuarterne : Quats
Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat
kecuali terhadap basil TBC/lepra, terhadap spora dan
virus kurang aktif. Daya kerjanya lebih lambat daripada
yodium dan etanol.
Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit.
Penggunaan lainnya adalah sebagai desinfektan
instrument ditambah dengan natriumnitrit guna
mencegah timbulnya karat dan antiseptikum pra bedah.
 Alkohol, Aldehida, dan Asam
• Etanol
Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap
bakteri. Etanol dan juga isopropanol pada kadar 60-
80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid
kuat, yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya
meliputi kuman gram negatif dan gram positif,
termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap
spora. Terhadap virus dibutuhkan konsentrasi yang
relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.
Formaldehid
• Formaldehid
Larutan gas ini dalam air
berkhasiat bakterisid, fungisid dan
virusid, termasuk terhadap basail
TBC, tetapi kerjanya relatif lambat
(beberapa jam).

• Asam asetat
Asam cuka berkhasiat bakterisid
dan sangat aktif terhadap
Pseudomonas dan Hemofilus.
Senyawa logam berat
• Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.
• Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap
staphylococci dan streptococci.
• Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.
• Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin
ini memiliki kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.
• Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah

Oksidansia
• Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah
dengan kerja singkat.
• Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.
• Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat
bakteriostatis.
• Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans
mulut
Lain-lain
* Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah.
* Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan
anti gatal.
* Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.
* Gentianviolet, berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram positif, dan
fungisid terhadap beberapa jamur pathogen.
* Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid,
fungisid, virusid dan juga sporosid.
* f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram
negatif, protozoa dan ragi Cadinda albicans.
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan
anorganik. Insekstisida organik mengandung unsur karbon
sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik
umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup
sehingga disebut insektisida hayati.

Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi
lagi menjadi beberapa golongan besar:

1. Senyawa Organofosfat
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam
golongan ini adalah Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl,
Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan
Malathion.
2. Senyawa Organoklorin
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan klorin.Insektisida organoklorin bersifat sangat
persisten, dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahun-
tahun. Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin
sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak buruk
terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan
organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT

3. Karbamat
Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan
banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu
dalam jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan terurai
pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang
sering dipakai adalah bendiokarbamat
4. Pirethrin/ Pirethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat
fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil.
Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk
menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin
5. Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan
dalam siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat
perkembangan normal. Beberapa contoh produknya adalah
Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron
6. Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh
hama serangga.Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel
terlatih karena tingkat toksisitasnya yang tinggi.Contoh-
contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit,
Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida
Insektisida Hayati
a. Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa
sintetik, namun terdapat juga insektisida alami yang berasal dari
bakteri, pohon, maupun bunga.

b. Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang bekerja


dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga
sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida jenis ini sering
dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun dari
molekul diatom Bacillariophyceae
c. Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida anorganik yang dipakai
untuk menarik perhatian semut.

d. Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari


kepala bunga tropis krisan. Senyawa ini memiliki kemampuan
penghambatan serangga yang baik pada konsentrasi rendah.
Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa ini sangat
mahal.

e. Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari


pohon Derris. Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang
menyerang permukaan tubuh hama.
f. Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta
indica). Penggunaan Neem sebagai insektisida hayati dimulai
sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas sistem
pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat
dan kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan
sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis
serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh
dewasa.

g. Bakteri Bacillus thuringiensis memproduksi toksin Bt yang


dapat mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif
pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga
berlubang sehingga berujung pada kematian. Para peneliti telah
berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin
Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang
memakan tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt
merupakan salah satu organisme transgenik yang paling banyak
ditanam di dunia.
Efek penggunaan insektisida
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya
karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang
diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Beberapa petani
bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak
mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini
justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil
panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia.
Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap
tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45
menit akibat pestisida dan/atau insektisida.

Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan


terjadinya pencemaran lingkungan.Hal ini dikarenakan insektisida
tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun,
dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu
ekosistem perairan
Resistensi insektisida
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu
dalam populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk
tetap hidup meski terpapar satu atau lebih senyawa
insektisida.Peningkatan individu ini terutama oleh karena
matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus
berkembangbiak dan meneruskan gen resistensi pada
keturunannya.

Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi


pada tahun 1914 oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur
untuk mematikan hama pada anggrek pada satu minggu pertama
percobaan. Namun ketika dilakukan pengulangan perlakuan
insektisida, 90% hama tetap hidup. Tingkat resistensi serangga
hama pada insektisida terus meningkat seiiring dengan
kemunculan dan pemakaian berbagai jenis insektisida sintetik
pada tahun-tahun berikutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai