PEMBUATAN SIMPLISIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Dian (201604002)
Masriyani (201604012)
Rahmawati (201604018)
Selviana (201604024)
Sri Rahma Yunita (201604008)
I.3 MANFAAT
Mahasiswa nantinya dapat mengetahui bagaimana proses dalam pembuatan
simplisia mulai dari pengambilan sampel sampai menjadi simplisia, dan tanaman
apa saja yang dapat digunakan sebagai tanaman obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar
diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa. (Salim,
2013)
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2. Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong
dengan panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-
potong kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara
manual.
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau
mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan
tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.
8. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik
dengan tangan.
9. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan
memotongnya. (Prasetyo, 2013)
2. Sortasi Basah
3. Pencucian Bahan
Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran
lain yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air mengair, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-sayuran
satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika
dillakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal
hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan
simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika carapengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat
bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah pseudomonas, proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus,
escherichia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia.
Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika
cara pencuciannya dilakukan dengan tepat dan bersih. (Salim, 2013)
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur lebih dalamkeadaan utuh selama
satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Sebagai contoh alat yang disebut rasingko
(perajangan singkong) yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau
bahan lainnya sampai ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat
digunakan untuk merajang bahan simplisia yang berasal dari akar, umbi,
rimpang dll.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangya zat berkhasiat
yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selamaperajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari. (Salim, 2013)
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel,masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah
selmati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air
tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi
enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan
antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan
penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan
mati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak
berlangsung bilakadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan
demikian proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik
dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara,
aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan pada
pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan dan sebenarnya
merupakan tahap akhir pembuatan simplisia . Tujuan sortasi kering ini untuk
memisahkan benda-benda tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. (Salim,
2013)
BAB III
METODE KERJA
Hasil dari pembuatan simplisia ini berupa simplisia kering yang siap
digunakan untuk metode ekstraksi nantinya yang meliputi simplisia : simplisia kulit
batang kedondong, daun sukun, lengkuas, dan daun senggani.
(Daun senggani) (Daun sukun)
(Kulit batang kedondong) (Lengkuas)
BAB V
PEMBAHASAN
VI.1 KESIMPULAN
Pengamanan dimulai dari pra panen, pada saat panen dan pascapanen yang
benar perlu dilakukan untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang bagus
serta dapat disimpan dalam waktu yang lama. Secara umum, tahap pasca panen
meliputi sortasi basah, penimbangan, pencucian, pengecilan ukuran
(perajangan), pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
VI.I SARAN
Praktik harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar nantinya data
yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, BPOM: Jakarta, hal 3,11.
Dalimartha 2000, Atlas Tumbuhan Obat Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya
DepKes RI, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:661/Menkes/Sk/Vii/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional,
DepKes: Jakarta.
Djauhariya E, Hernani 2004, Gulma berkhasiat obat. Jakarta : Penebar Swadya
Gunawan 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta.