Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PEMBUATAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
Dian (201604002)
Masriyani (201604012)
Rahmawati (201604018)
Selviana (201604024)
Sri Rahma Yunita (201604008)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII) FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan
canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau
mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan
dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan
tradisional. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan bagi para peminat obat
tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang memadai
mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk
pengobatan penyakit tertentu ( Dalimartha, 2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja
mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus
meningkat.kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang
semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat.masyarakat semakin
sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan
obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
dengan mengonsumsi produk alami ( djauhariya dan hernani, 2004).
Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat
tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan
obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter,dapat diramu sendiri, bahan
baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh
pemakainya ( Djauhariya dan Hernani, 2004).
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta beragam
jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan sebagai suatu
tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan yang baikdengan objek
yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk
dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan
obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen.
Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat
dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di dalamnya serta bentuk
morfologi dari tumbuhan tersebut yang memberikan ciri khas. Namun,tidak
semua pula tumbuhan berkhasiat yang memberikan ciri khas itu dapat
dikategorikan sebagai tumbuhan berkhasiat obat.
Oleh karena itu diadakannya praktek kerja lapangan ini untuk mengetahui
berbagai macam tumbuhan berkhasiat.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan pada praktikum kali ini adalah :
 Untuk dapat mengetahui bahan alam yang mempunyai khasiat obat.
 Untuk mengetahui bagaimana proses dalam pembuatan simplisia dengan
benar.

I.3 MANFAAT
Mahasiswa nantinya dapat mengetahui bagaimana proses dalam pembuatan
simplisia mulai dari pengambilan sampel sampai menjadi simplisia, dan tanaman
apa saja yang dapat digunakan sebagai tanaman obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN SIMPLISISA


Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata
simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk
menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya
atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI
membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan (Gunawan, 2004: 9).
Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan
atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Sebagai
contoh, merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya
disebut Piperis albi fructus. Fructus menunjukkan nama bagian tanaman yang
digunakan yaitu buahnya (Gunawan, 2004: 9).

II.2 PENGGOLONGAN SIMPLISISA


Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau
zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum
berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral)
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni. (Lukas, 2013)

II.3 DASAR PEMBUATAN SIMPLISISA


a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan
cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu
lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang.
Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia
pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk
simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya,
sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami
kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak
berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,
penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang
pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu
sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen,
logam berat dan lain-lain. (Dahlia, 2015)
II.4 CARA PEMBUATAN SIMPLISIA
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam
yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki. Cara pembuatan
simplisia ada beberapa tahapan yaitu sortasi basah, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan (Prasetyo & Entang, 2013) :

1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar
diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa. (Salim,
2013)

Waktu Pengumpulan Atau Panen


Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen,
umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat
tumbuhnya. Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi
masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid
tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang
berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu
pukul 09.00-12.00.
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum
buah masak.
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5.Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus), dikumpulkan
sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.

Cara pengambilan bagian tanaman dari pohonnya biasanya menggunakan


teknik-teknik tertentu diantaranya:
1. Klika batang/klika/korteks

Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran

panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara berselang-seling dan

sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri

atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.

2. Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong
dengan panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-
potong kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara
manual.
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau
mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan
tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.
8. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik
dengan tangan.
9. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan
memotongnya. (Prasetyo, 2013)

2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat bahan-bahan asing seperti kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusa, serta kotoran lain harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal. (Salim, 2013)

3. Pencucian Bahan
Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran
lain yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air mengair, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-sayuran
satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika
dillakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal
hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan
simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika carapengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat
bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah pseudomonas, proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus,
escherichia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia.
Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika
cara pencuciannya dilakukan dengan tepat dan bersih. (Salim, 2013)

4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur lebih dalamkeadaan utuh selama
satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Sebagai contoh alat yang disebut rasingko
(perajangan singkong) yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau
bahan lainnya sampai ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat
digunakan untuk merajang bahan simplisia yang berasal dari akar, umbi,
rimpang dll.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangya zat berkhasiat
yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selamaperajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari. (Salim, 2013)

5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel,masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah
selmati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air
tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi
enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan
antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan
penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan
mati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak
berlangsung bilakadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan
demikian proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik
dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara,
aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan pada
pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik.

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :


1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan
dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh
jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan
tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk.
a. Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras
(kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif
yang relatif stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung,
umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-
lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas
(minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan, menggunakan alat yang dapat diatur suhu,
kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.

6. Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan dan sebenarnya
merupakan tahap akhir pembuatan simplisia . Tujuan sortasi kering ini untuk
memisahkan benda-benda tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. (Salim,
2013)

7. Pengepakan dan Penyimpanan


Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan,
pewadahan persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu,
serta cara pengawetannya penyebab kerusakan pada simplisia yang utama
adalah air dan kelembababan. (Salim, 2013)
II.5 KLASIFKASI TANAMAN
1. Kulit batang kedondong (Anonimus, 2012)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiopermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Spondias
Spesies : Spondias dulcis parkinson

2. Daun sukun (Anonimus, 2012)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Spondias
Spesies : Spondias dulcis . Parkinson
Sa

3. Lengkuas (Anonimus, 2012)


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galangal
4. Daun senggani (Anonimus, 2012)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Clasis : Dicotyledoneae
Subclasis : Dialypetalae
Ordo : Mytales
Famili : Melastomaceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastome

BAB III
METODE KERJA

III.1 ALAT DAN BAHAN


Alat : - Parang (1 buah)
- Pisau (4 buah)
- Gunting (2 buah)
- Karung (5 buah)

Bahan : - Simplisia kulit batang kedondong (456 gram)


- Simplisia Daun sukun (311 gram)
- Simplisia Lengkuas (157 gram)
- Simplisia Daun senggani (346 gram)

III.2 CARA KERJA


 Disiapkan alat yang akan digunakan untuk pengambilan bahan.
 Setelah bahan diperoleh, disortasi basah, dilakukan terhadap tanah dan
kerikil, rumput-rumputan, bahan tumbuhan lain atau bagian tumbuhan
lainm dan bagian tumbuhan yang rusak.
 DItempatkan diatas nampan.
 Dicuci dengan air mengalir hingga bersih, biarkan hingga tiris.
 Diubah bentuk meliputi perajangan (rimpang, daun, herba),
pengupasan(buah, biji-bijian yang besar), pemotongan (akar, batang,
ranting).
 Dikeringkan dengan cara yang sesuai berdasarkan jenis bagian tumbuhan
dan kandungan zat aktifnya.
 Ditimbang lagi dengan seksama dan dicatat beratnya.
 Disortasi kering.
 Dilakukan pengepakan, dimasukkan kedalam kertas payung, diberi label
dan disimpan ditempat kering.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Hasil dari pembuatan simplisia ini berupa simplisia kering yang siap
digunakan untuk metode ekstraksi nantinya yang meliputi simplisia : simplisia kulit
batang kedondong, daun sukun, lengkuas, dan daun senggani.
(Daun senggani) (Daun sukun)
(Kulit batang kedondong) (Lengkuas)
BAB V
PEMBAHASAN

Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman yang


berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali
dinyatakan lain berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Pada pembuatan simplisia
ini diawali dengan pengambilan sampel yang berfungsi sebagai obat baik itu akar,
batang, daun, bunga, buah, biji, umbi dan rimpang.
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
sebelum semuanya pecah agar kualitas biji masih baik dan kandungan zat aktifnya
maksimal.
Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung
maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai
masak. Untuk pengambilan daun, dianjurkan diambil pada saat proses fotosintesis
berlangsung karena kandungan zat aktifnya sudah maksimal.
Pemanenan batang dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen
yang paling baik adalah pada awal musim kemarau karena pada saat musim kemarau
proses pengangkutan zat hara dari tanah keseluruh tubuh tumbuhan berkurang.
Sehingga zat-zat aktif yang dibutuhkan tumbuhan tertumpuk di kulit batang (korteks).
Pemanenan akar dilakukan pada saat akhir pertumbuhan atau tanaman sudah
cukup umur agar tidak menganggu proses pertumbuhan tanaman tersebut.
Setelah sampel diambil lalu disortasi basah yang dimaksudkan
untuk memisahkan sampel dari kotoran-kotoran yang ikut serta pada
saat pengambilan sampel.
Lalu dilakukan pencucian dengan menggunakan air yang mengalir agar kotoran
ikut terbawa dengan air tersebut. Contohnya air PAM atau air sumur hingga sampel
benar-benar bersih.
Kemudian sampel dilakukan pengubahan bentuk dengan tujuan
untuk memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung lebih
cepat.
Proses selanjutnya sampel dikeringkan dibawah sinar matahari dengan
menggunakan kain hitam sebagai penutup. Fungsi kain hitam tersebut untuk
menyerap panas dari sinar matahari. Sampel tidak boleh berkontak langsung dengan
sinar matahari karena akan merusak aktivitas enzim.
Setelah kering sempurna sampel disortasi kering, dipisahkan sampel yang
gosong atau rusak akibat proses sebelumnya. Kemudian sampel dibuat menjadi 2
bentuk yaitu haksel dan serbuk.
Haksel merupakan hasil dari tanaman setelah perajangan dan pengeringan.
Dilihat dari ukurannya, haksel disimpan dalam botol kaca, sedangkan serbuk
merupakan haksel yang dihaluskan dengan cara diblender untuk memperoleh
partikel-partikel serbuk. Setelah jadi serbuk kemudian diayak dan disimpan dalam
wadah pot plastik.
BAB VI
PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN
Pengamanan dimulai dari pra panen, pada saat panen dan pascapanen yang
benar perlu dilakukan untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang bagus
serta dapat disimpan dalam waktu yang lama. Secara umum, tahap pasca panen
meliputi sortasi basah, penimbangan, pencucian, pengecilan ukuran
(perajangan), pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.

VI.I SARAN
Praktik harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar nantinya data
yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, BPOM: Jakarta, hal 3,11.
Dalimartha 2000, Atlas Tumbuhan Obat Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya
DepKes RI, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:661/Menkes/Sk/Vii/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional,
DepKes: Jakarta.
Djauhariya E, Hernani 2004, Gulma berkhasiat obat. Jakarta : Penebar Swadya
Gunawan 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai