TITRASI PERMANGANOMETRI
Asisten Praktikum:
Tiara Indah Fitrianingrum
Kelompok :V
Anggota : 1. Della Sabilla (2107111516)
2. Irfan Sarhadi Akbar (2107112757)
3. Khairunnisa Putri Syafia (2107112750)
4. Wanda Arsi Nij’mah (2107112765)
1
2
2.1 Titrasi
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan
sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
tersebut disebut larutan baku atau titran. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan
basa disebut titrasi asam-basa. Titrasi bertujuan untuk menentukan secara
kuantitatif suatu zat dalam larutan dengan zat atau larutan lain yang
konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai
titik stoikiometri (Chang, 2004).
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan dari zat yang akan dianalisis. Secara umum, larutan standar ada dua jenis.
Pertama, larutan standar primer yang menjadi acuan dalam proses standarisasi.
Kedua, larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan distandarisasi
dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel. Standarisasi
perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika
disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang dipilih
biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama, misalnya
saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah. Setelah
proses standarisasi, dilanjutkan dengan proses analisa larutan sampel. Adapun
syarat terjadinya reaksi titrasi dengan baik apabila reaksinya berlangsung cepat,
bila perlu dapat digunakan katalis untuk mempercepat reaksi, reaksi berlangsung
sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas, dan tidak terjadi reaksi sampingan
yang dapat mengganggu jalannya reaksi (Atkins, 1990).
3
4
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun,
kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi
seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya
(Apriyanti dan Apriyani, 2018).
Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana
asam dengan pemanasan. Sisa KMnO 4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.
Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode
permanganometri didasar kan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi
oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun
reaksi yang terjadi sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e Mn2+(aq) + 4H2O(l) ……......(2.1)
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Sari, 2018).
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir darititrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atauterbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agenagen pereduksi di dalam air, mengarah
pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkansubstansi-substansi yang dapat
direduksi, dan penyaringan melalui asbestosatau gelas yang disinter (filterfilter
non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dantidak diasamkan, konsentrasinya
tidak akan berubah selama beberapa bulan (Day dan Underwood, 2002).
Titik akhir titrasi saat standarisasi ditandai dengan munculnya warna
merah muda akibat kelebihan ion permanganat. Permanganometri pada umumnya
digunakan untuk menentukan kadar dari besi(II). Ion permanganat akan
mengalami reduksi menghasilkan Mn2+, sedangkan besi(II) akan mengalami
5
6. Gelas ukur 10 mL
7. Hot plate
8. Labu ukur 100 mL
9. Neraca analitik
10. Pipet tetes
11. Statif dan klem
6
7
4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum, 2015).
8
9
produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan
mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna. Sedangkan jika
reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan
terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam
penentuan titik akhir titrasi (Lukum, 2020).
Kemudian, campuran dititrasi dengan KMnO4 pada buret yang sudah
distandarisasi, pada percobaan ini, reaksi yang terjadi adalah:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2- + 4H2O+.................(4.2)
Volume titran yang terpakai pada titrasi ini dalam tiga kali percobaan adalah 2,5
mL ; 2,3 mL ; dan 2,2 mL. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahan titrasi (Day dan Underwood,
2002). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat konsentrasi Fe2+
sebesar 0,0122 N.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum yang telah
dilakukan sebagai berikut:
5.2 Saran
Pada praktikum ini, dilakukan prosedur standarisasi
larutan KMnO4 dan menentukan konsentrasi Fe2+. Pada saat
titrasi pastikan larutan terletak sesuai fungsinya yaitu larutan
titrasi berada dalam buret dan titrat dalam erlenmenyer.
Pangadukan pada saat titrasi berlangsung harus dilakukan
dengan konstan agar titrat dan titran bereaksi dengan cepat dan
tercampur merata. Titran seharusnya ditambahkan tetes demi
tetes agar tidak melewati titik ekivalennya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, A., dan Apriyani, E. M. (2018). Analisis Kadar Zat Organik pada Air
Sumur Warga Sekitar TPA dengan Metode Titrasi
Permanganometri. Alkimia: Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan, 2(2), 10-14.
Atkins, P.W. (1990). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Day, R., A. dan Underwood, A., L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
Feronika, N. I., dan Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat: Termodinamika
Mengenai Transport Ionik dalam Air. Jurnal Sains dan Teknologi, 7(1),
69-76.
Kirk, R., dan Orthmer. (1996). Encyclopedia of Chemical Engineering. New
York: John Wiley and Sons Inc.
Lukum. (2020). Buku Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo: Universitas
Negri Gorontalo.
Prilianti, R. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendalaman Materi
Kimia Redoks Berbasis Empat Pilar Pendidikan Melalui Lesson Study.
Tesis. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Rahayu, P, T. (2019). Desain dan Uji Coba Media Pembelajaran Level
Representasi Mikroskopik Berbasis Adobe Flash pada Materi Titrasi Asam
Basa. Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Ryanata, E., dkk. (2015). Penentuan jenis tanin dan penetapan kadar tanin dari
kulit buah pisang masak (Musa paradisiaca L.) secara spektrofotometri dan
permanganometri. Jurnal Calyptra, 4(1), 1-16.
Sari, Y,. R. (2018). Pengujian Zat Organik, Bromat dan Total Padatan Terlarut
pada Contoh Air di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jawa Barat. Laporan
Praktik Kerja Lapangan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
12
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,05 N dalam Labu Ukur 100 mL
Diketahui: N asam oksalat = 0,05 N
Mr asam oksalat = 126 gram/mol
V = 100 mL
Valensi asam oksalat =2
Ditanya: Massa asam oksalat (m) =?
Jawab:
m 1000
N= × × valensi
Mr V
m 1000
0,05 N= × ×2
126 gram / mol 100 mL
m
0,05 N= ×20
126 gram / mol
0,05 N × 126 gram/mol
m=
20
6,3 gram
m=
20
m=0,315 gram
2. Percobaan Kedua
Diketahui: V1 Asam oksalat = 10 mL
N1 Asam oksalat = 0,05 N
V2 KMnO4 = 10,4 mL
Ditanya: N2 KMnO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 N ×10 mL=N 2 × 10,4 mL
0,5 N . mL=N 2 ×10,4 mL
0,5 N . mL
N 2=
10,4 mL
N 2=0,0480 N
3. Percobaan Ketiga
Diketahui: V1 Asam oksalat = 10 mL
N1 Asam oksalat = 0,05 N
V2 KMnO4 = 10,2 mL
Ditanya: N2 KMnO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 N ×10 mL=N 2 × 10,2mL
0,5 N . mL=N 2 ×10,2 mL
0,5 N . mL
N 2=
10,2 mL
N 2=0,0490 N
2. Percobaan Kedua
Diketahui: V1 FeSO4 = 10 mL
V2 KMnO4 = 2,3 mL
N2 KMnO4 = 0,0485 N
Ditanya: N2 FeSO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
N 1 ×10 mL=0,0485 N × 2,3 mL
0,11155 N .mL
N 1=
10 mL
N 1=0,0111 N
3. Percobaan Ketiga
Diketahui: V1 FeSO4 = 10 mL
V2 KMnO4 = 2,2 mL
N2 KMnO4 = 0,0485 N
Ditanya: N2 FeSO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
N 1 ×10 mL=0,0485 N × 2,2mL
0,1067 N . mL
N 1=
10 mL
N 1=0,0106 N
Gambar B.3 Hasil Titrasi Standarisasi Gambar B.4 Hasil Titrasi FeSO4
KMnO4
LAMPIRAN C
PERTANYAAN
C.5 Selain asam oksalat, zat apakah yang bisa digunakan untuk standarisasi?
= K2CrO4, As2O3, NaCl, dan Na2C2O4