Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

TITRASI PERMANGANOMETRI

Nama Mahasiswa : Irfan Sarhadi Akbar


NIM : 2107112757
Kelompok :V-B
Anggota Kelompok :
1. Della Sabilla 2107111516
2. Khairunnisa Putri Syafia 2107112750
3. Wanda Arsi Nij’mah 2107112765

Asisten Praktikum:
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

Kelompok :V
Anggota : 1. Della Sabilla (2107111516)
2. Irfan Sarhadi Akbar (2107112757)
3. Khairunnisa Putri Syafia (2107112750)
4. Wanda Arsi Nij’mah (2107112765)

Hari, Tanggal Revisi Keterangan Paraf


14 April 2023 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan
secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir
dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi
banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk
digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Salah satunya adalah reaksi dalam titrasi reduksi-oksidasi ( Day dan Underwood,
2002).
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling
banyak jenisnya, diantaranya permanganometri, dikromatometri, cerimetri,
iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan
semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan
senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator (Rahayu, 2019).
Permanganometri merupakan metode titrasi redoks yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganate (KMnO4). Prinsip reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun,
kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi
seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya
(Apriyanti dan Apriyani, 2018).
Titrasi permanganometri didasarkan pada proses oksidasi-reduksi atau
redoks. Pada penelitian ini digunakan sebagai standar zat pengoksidasi adalah
KMnO4 karena termasuk oksidator kuat, umum digunakan, mudah diperoleh, dan
tidak mahal. Dan sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat (Ryanata, dkk.,
2015). Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi zat

1
2

dalam titrasi. Praktikum ini juga dilakukan untuk memenuhi standarisasi


perkuliahan.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu menentukan konsentrasi KMnO4
dan Fe2+.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan
sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
tersebut disebut larutan baku atau titran. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan
basa disebut titrasi asam-basa. Titrasi bertujuan untuk menentukan secara
kuantitatif suatu zat dalam larutan dengan zat atau larutan lain yang
konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai
titik stoikiometri (Chang, 2004).
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan dari zat yang akan dianalisis. Secara umum, larutan standar ada dua jenis.
Pertama, larutan standar primer yang menjadi acuan dalam proses standarisasi.
Kedua, larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan distandarisasi
dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel. Standarisasi
perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika
disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang dipilih
biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama, misalnya
saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah. Setelah
proses standarisasi, dilanjutkan dengan proses analisa larutan sampel. Adapun
syarat terjadinya reaksi titrasi dengan baik apabila reaksinya berlangsung cepat,
bila perlu dapat digunakan katalis untuk mempercepat reaksi, reaksi berlangsung
sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas, dan tidak terjadi reaksi sampingan
yang dapat mengganggu jalannya reaksi (Atkins, 1990).

2.2 Titrasi Permanganometri


\ Permanganometri merupakan metode titrasi redoks yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganate (KMnO4). Prinsip reaksi ini

3
4

difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun,
kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi
seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya
(Apriyanti dan Apriyani, 2018).
Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana
asam dengan pemanasan. Sisa KMnO 4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.
Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode
permanganometri didasar kan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi
oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun
reaksi yang terjadi sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e  Mn2+(aq) + 4H2O(l) ……......(2.1)
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Sari, 2018).
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir darititrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atauterbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agenagen pereduksi di dalam air, mengarah
pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkansubstansi-substansi yang dapat
direduksi, dan penyaringan melalui asbestosatau gelas yang disinter (filterfilter
non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dantidak diasamkan, konsentrasinya
tidak akan berubah selama beberapa bulan (Day dan Underwood, 2002).
Titik akhir titrasi saat standarisasi ditandai dengan munculnya warna
merah muda akibat kelebihan ion permanganat. Permanganometri pada umumnya
digunakan untuk menentukan kadar dari besi(II). Ion permanganat akan
mengalami reduksi menghasilkan Mn2+, sedangkan besi(II) akan mengalami
5

oksidasi menghasilkan besi(III). Menurut Prilianti (2012), berikut adalah reaksi


reduksi oksidasi ketika dilakukan titrasi:
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5Fe2+(aq)  Mn2+(aq) + 4H2O(l) + 5Fe3+(aq)…(2.2)
Reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.
Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Tinjauan
reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
ternyata kurang universal karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen
saja. Konsep reaksi reduksi dan oksidasi selanjutnya dijelaskan dengan
menggunakan konsep transfer elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron,
sedangkan reduksi adalah reaksi pengikatan elektron. Berdasarkan konsep tersebut
dapat dinyatakan bahwa peristiwa reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara
bersamaan. Reaksi transfer elektron terjadi pada senyawa-senyawa yang berikatan
ion. Ion positif terbentuk karena suatu atom melepas elektronnya, sedangkan ion
negatif terbentuk karena suatu atom mengikat elektron, sedangkan pada senyawa
kovalen, proses pembentukan senyawa kovalen tidak disertai dengan terjadinya
perpindahan elektron. Senyawa kovalen terjadi karena pembentukan pasangan
elektron bersama (Prilianti, 2012).
Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion
Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Sari, 2018).

2.3 Kalium Permanganat


Kalium permanganat atau yang dikenal dengan KMnO4 merupakan
senyawa kimia organik yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kalium
permanganat merupakan garam yang mengandung K+ dan MnO4-. Kalium
permanganat merupakan agen pengoksidasi kuat, larut dalam air dan
menghasilkan warna merah muda. Penguapan larutan meninggalkan kristal
prismatik berwarna ungu kehitaman. Kalium permanganat dapat bereaksi dengan
senyawa yang mudah menyala sehingga menyebabkan kebakaran. Kalium
permanganat digunakan dalam proses industri dan pertanian. Kalium permanganat
diproduksi secara industri dari mangan dioksida (Zainul dan Feronika, 2018).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


3.1.1 Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah sebagai berikut:
1. Batang pengaduk
2. Buret
3. Corong
4. Erlenmeyer 50 mL

5. Gelas piala 250 mL

6. Gelas ukur 10 mL

7. Hot plate
8. Labu ukur 100 mL

9. Neraca analitik
10. Pipet tetes
11. Statif dan klem

3.1.2 Bahan yang digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum adalah sebagai
berikut:
1. FeSO4 0,05 N
2. H2C2O4 0,05 N
3. H2SO4 4N
4. KMnO4 0,05 N

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

1. Dicampurkan larutan H2C2O4 0,05 N 10 mL dengan 10 mL larutan H2SO4


4 N di dalam erlenmeyer.

2. Dipanaskan hingga suhu 70℃.

6
7

3. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga larutan menjadi warna


merah muda dan tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.

4. Dilakukan percobaan triplo.

5. Dihitung normalitas larutan KMnO4.

3.2.2 Menentukan Konsentrasi HCl

1. Dicampurkan 10 mL larutan FeSO4 0,05 N dan 10 mL larutan H2SO4 4 N


ke dalam erlenmeyer.

2. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga larutan menjadi warna


merah muda dan tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.

3. Dilakukan percobaan triplo.

4. Dihitung normalitas larutan Fe2+.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Prosedur Pengamatan
10 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N Larutan bening tidak berwarna
dicampurkan dengan 10 mL H2SO4 4
N di dalam erlenmeyer
Larutan dipanaskan hingga suhu 70℃ Larutan bening tidak berwarna
Larutan dititrasi dengan KMnO4 Larutan dititrasi hingga berubah
menjadi warna merah muda
Percobaan dilakukan tiga kali Volume KMnO4 yang terpakai:
1. 10,3 mL
2. 10,4 mL
3. 10,2 mL

Tabel 4.2 Hasil Penentuan Konsentrasi Fe2+


Prosedur Pengamatan
10 mL besi (II) sulfat (FeSO4) 0,05 Larutan bening tidak berwarna
N dicampurkan dengan 10 mL
H2SO4 4 N di dalam erlenmeyer
Larutan dititrasi dengan KMnO4 Larutan dititrasi hingga berubah
menjadi warna merah muda
Percobaan dilakukan tiga kali Volume KMnO4 yang terpakai:
1. 2,5 mL
2. 2,3 mL
3. 2,2 mL

4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum, 2015).

8
9

Percobaan ini diawali dengan memasukkan 10 mL larutan asam oksalat


0,05 N ke dalam erlenmeyer 50 mL. Kemudian ditambahkan 10 mL asam sulfat
(H2SO4) 4 N. Campuran ini menghasilkan larutan berwarna bening. Setelah itu,
larutan dipanaskan sampai mencapai suhu 70℃. Tujuan memanaskan larutan
ialah untuk mempercepat reaksi diantara senyawanya karena variasi suhu reaksi
mempengaruhi kecepatan reaksi pada proses sintesis asam oksalat. Asam oksalat
mudah teroksidasi oleh pengaruh panas yang tinggi. Panas menyebabkan asam
oksalat terurai menjadi karbondioksida dan asam formiat. Reaksi ini diharapkan
terjadi seminimal mungkin, karena akan mempengaruhi nilai rendemen asam
oksalat. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi antara kalium
permanganat dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara
keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir
reaksi (Kirk dan Othmer, 1996).
Setelah campuran larutan dipanaskan, langkah selanjutnya ialah titrasi
dengan larutan KMnO4 hingga timbul warna merah muda. Titrasi ini
memanfaatkan larutan kalium permanganat sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan perubahan warna larutan uji menjadi merah muda yang tidak
hilang pada pengocokan selanjutnya, yang mana hasil ini menandakan sampel uji
positif mengandung ion oksalat. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini
disebabkan oleh kelebihan ion permanganat. Persamaan reaksi yang terjadi ialah
sebagai berikut:
MnO4- + C2O42- + H+  CO2 + Mn2+ + H2O..................(4.1)
Volume titran yang terpakai pada titrasi ini dalam tiga kali percobaan
adalah 10,3 mL ; 10,4 mL ; dan 10,2 mL .Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahan titrasi (Day dan
Underwood, 2002). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat
konsentrasi rata-rata KMnO4 sebesar 0,0485 N.

4.2.2 Menentukan Konsentrasi Fe2+


Pada percobaan ini, dicampurkan 10 mL larutan FeSO 4 dengan 10 mL
larutan H2SO4. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana
asam. Hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi
dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan
10

produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan
mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna. Sedangkan jika
reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan
terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam
penentuan titik akhir titrasi (Lukum, 2020).
Kemudian, campuran dititrasi dengan KMnO4 pada buret yang sudah
distandarisasi, pada percobaan ini, reaksi yang terjadi adalah:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2- + 4H2O+.................(4.2)
Volume titran yang terpakai pada titrasi ini dalam tiga kali percobaan adalah 2,5
mL ; 2,3 mL ; dan 2,2 mL. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahan titrasi (Day dan Underwood,
2002). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat konsentrasi Fe2+
sebesar 0,0122 N.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum yang telah
dilakukan sebagai berikut:

1. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang dilakukan dengan


menggunakan kalium permanganat (KMnO4) sebagai titran.

2. Titrasi kalium permanganat (KMnO4) dengan menggunakan asam oksalat


0,05 N mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda dengan konsentrasi KMnO4 yang diperoleh adalah 0,0485 N.

3. Titrasi Fe2+ dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4) 0,5 N


mengalami perubahan warna dari berwarna bening menjadi merah muda
dengan konsentrasi Fe2+ yang diperoleh adalah 0,0122 N.

5.2 Saran
Pada praktikum ini, dilakukan prosedur standarisasi
larutan KMnO4 dan menentukan konsentrasi Fe2+. Pada saat
titrasi pastikan larutan terletak sesuai fungsinya yaitu larutan
titrasi berada dalam buret dan titrat dalam erlenmenyer.
Pangadukan pada saat titrasi berlangsung harus dilakukan
dengan konstan agar titrat dan titran bereaksi dengan cepat dan
tercampur merata. Titran seharusnya ditambahkan tetes demi
tetes agar tidak melewati titik ekivalennya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, A., dan Apriyani, E. M. (2018). Analisis Kadar Zat Organik pada Air
Sumur Warga Sekitar TPA dengan Metode Titrasi
Permanganometri. Alkimia: Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan, 2(2), 10-14.
Atkins, P.W. (1990). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Day, R., A. dan Underwood, A., L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
Feronika, N. I., dan Zainul, R. (2018). Kalium Permanganat: Termodinamika
Mengenai Transport Ionik dalam Air. Jurnal Sains dan Teknologi, 7(1),
69-76.
Kirk, R., dan Orthmer. (1996). Encyclopedia of Chemical Engineering. New
York: John Wiley and Sons Inc.
Lukum. (2020). Buku Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo: Universitas
Negri Gorontalo.
Prilianti, R. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendalaman Materi
Kimia Redoks Berbasis Empat Pilar Pendidikan Melalui Lesson Study.
Tesis. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Rahayu, P, T. (2019). Desain dan Uji Coba Media Pembelajaran Level
Representasi Mikroskopik Berbasis Adobe Flash pada Materi Titrasi Asam
Basa. Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Ryanata, E., dkk. (2015). Penentuan jenis tanin dan penetapan kadar tanin dari
kulit buah pisang masak (Musa paradisiaca L.) secara spektrofotometri dan
permanganometri. Jurnal Calyptra, 4(1), 1-16.
Sari, Y,. R. (2018). Pengujian Zat Organik, Bromat dan Total Padatan Terlarut
pada Contoh Air di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jawa Barat. Laporan
Praktik Kerja Lapangan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

12
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Pembuatan Larutan KMnO4 0,05 N dalam Labu Ukur 250 mL


Diketahui: N KMnO4 = 0,05 N
Mr KMnO4 = 158,04 gram/mol
V = 250 mL
Valensi KMnO4 =5
Ditanya: Massa KMnO4 (m) =?
Jawab:
m 1000
N= × × valensi
Mr V
m 1000
0,05 N= × ×5
158,04 gram/mol 250 mL
m
0,05 N= ×20
158,04 gram / mol
0,05 N × 158,04 gram/mol
m=
20
7,902 gram
m=
20
m=0,3951 ≈ 0,4 gram

A.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,05 N dalam Labu Ukur 100 mL
Diketahui: N asam oksalat = 0,05 N
Mr asam oksalat = 126 gram/mol
V = 100 mL
Valensi asam oksalat =2
Ditanya: Massa asam oksalat (m) =?
Jawab:
m 1000
N= × × valensi
Mr V
m 1000
0,05 N= × ×2
126 gram / mol 100 mL
m
0,05 N= ×20
126 gram / mol
0,05 N × 126 gram/mol
m=
20
6,3 gram
m=
20
m=0,315 gram

A.3 Pembuatan Larutan FeSO4 0,05 N dalam Labu Ukur 100 mL


Diketahui: N FeSO4 = 0,05 N
Mr FeSO4 = 152 gram/mol
V = 100 mL
Valensi FeSO4 =2
Ditanya: Massa FeSO4 (m) =?
Jawab:
m 1000
N= × × valensi
Mr V
m 1000
0,05 N= × ×2
152 gram/mol 100 mL
m
0,05 N= × 20
152 gram / mol
0,05 N × 152 gram/mol
m=
20
7,6 gram
m=
20
m=0,38 gram

A.4 Perhitungan Normalitas KMnO4


1. Percobaan Pertama
Diketahui: V1 Asam oksalat = 10 mL
N1 Asam oksalat = 0,05 N
V2 KMnO4 = 10,3 mL
Ditanya: N2 KMnO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 N ×10 mL=N 2 × 10,3 mL
0,5 N . mL=N 2 ×10,3 mL
0,5 N . mL
N 2=
10,3 mL
N 2=0,0485 N

2. Percobaan Kedua
Diketahui: V1 Asam oksalat = 10 mL
N1 Asam oksalat = 0,05 N
V2 KMnO4 = 10,4 mL
Ditanya: N2 KMnO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 N ×10 mL=N 2 × 10,4 mL
0,5 N . mL=N 2 ×10,4 mL
0,5 N . mL
N 2=
10,4 mL
N 2=0,0480 N

3. Percobaan Ketiga
Diketahui: V1 Asam oksalat = 10 mL
N1 Asam oksalat = 0,05 N
V2 KMnO4 = 10,2 mL
Ditanya: N2 KMnO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
0,05 N ×10 mL=N 2 × 10,2mL
0,5 N . mL=N 2 ×10,2 mL
0,5 N . mL
N 2=
10,2 mL
N 2=0,0490 N

4. Normalitas Rata-Rata KMnO4


Diketahui: N1 KMnO4 I = 0,0485 N
N1 KMnO4 II = 0,0480 N
N1 KMnO4 III = 0,0490 N
Ditanya: N1 rata-rata KMnO4 =?
Jawab:
N 1+ N 2+ N 3
N 1 rata−rata KMn O4 =
3
0,0485 N + 0,0480 N +0,0490 N
N 1 rata−rata KMn O4 =
3
N 1 rata−rata KMn O 4 =0,0485 N

A.5 Perhitungan Normalitas FeSO4


1. Percobaan Pertama
Diketahui: V1 FeSO4 = 10 mL
V2 KMnO4 = 2,5 mL
N2 KMnO4 = 0,0485 N
Ditanya: N2 FeSO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
N 1 ×10 mL=0,0485 N × 2,5 mL
0,12125 N .mL
N 1=
10 mL
N 1=0,0121 N

2. Percobaan Kedua
Diketahui: V1 FeSO4 = 10 mL
V2 KMnO4 = 2,3 mL
N2 KMnO4 = 0,0485 N
Ditanya: N2 FeSO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
N 1 ×10 mL=0,0485 N × 2,3 mL
0,11155 N .mL
N 1=
10 mL
N 1=0,0111 N

3. Percobaan Ketiga
Diketahui: V1 FeSO4 = 10 mL
V2 KMnO4 = 2,2 mL
N2 KMnO4 = 0,0485 N
Ditanya: N2 FeSO4 =?
Jawab:
N 1 ×V 1=N 2 ×V 2
N 1 ×10 mL=0,0485 N × 2,2mL
0,1067 N . mL
N 1=
10 mL
N 1=0,0106 N

4. Normalitas Rata-Rata FeSO4


Diketahui: N1 FeSO4 I = 0,0121 N
N1 FeSO4 II = 0,0111 N
N1 FeSO4 III = 0,0106 N
Ditanya: N1 rata-rata FeSO4 =?
Jawab:
N 1+ N 2+ N 3
N 1 rata−rata FeS O 4=
3
0,0121 N + 0,0111 N +0,0106 N
N 1 rata−rata FeS O 4=
3
N 1 rata−rata FeS O 4=0,0112 N
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Pemanasan Larutan H2C2O4 Gambar B.2 Proses Titrasi


+ H2SO4 Standarisasi KMnO4

Gambar B.3 Hasil Titrasi Standarisasi Gambar B.4 Hasil Titrasi FeSO4
KMnO4
LAMPIRAN C
PERTANYAAN

C.1 Dalam suasana asam, 1 gram mol KMnO4 =….gram ekivalen


= MnO4- + 8H+ + 5e- ⟶ Mn2+ + 4H2O
1
Sehingga, 1 ekivalen MnO4- = mol
5
39+55+(4x16)
BE =
5
BE = 31,6 gram

C.2 Dalam suasana basa, 1 gram mol KMnO4 =….gram ekivalen


= 4MnO4 - + 2H2O + 3e- ⟶ MnO2 + 4OH-
1
Sehingga, 1 ekivalen MnO4- = mol
3
39+55+(4x16)
BE =
3
BE = 52,7 gram

C.3 Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl?


= Pengasaman tidak menggunakan HCl karena KMnO4 bersifat oksidator
yang teroksidasi dengan KMnO4 sehingga mengakibatkan pemakaian
permanganat yang berlebih.

C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai larutan standar primer?


= Tidak, karena KMnO4 sulit ditemui dalam keadaan murni, bersifat
higrokopis, dan mempunyai ekivalen yang tinggi.

C.5 Selain asam oksalat, zat apakah yang bisa digunakan untuk standarisasi?
= K2CrO4, As2O3, NaCl, dan Na2C2O4

Anda mungkin juga menyukai