Percobaan III
Reaksi Asilasi “Pembuatan Asetanilida”
Asisten:
Febisareza Ananda Putri
Dosen Pengampu:
Nirwana. HZ, MT
Kelompok I
Catatan Tambahan:
Nirwana, HZ, MT
NIP : 196008251986092002
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Anilin................................................................................................. 4
2.1.1 Sifat Fisika Anilin ..................................................................... 5
2.1.2 Sifat Kimia Anilin..................................................................... 6
2.2 Asam Asetat Anhidrat ........................................................................ 6
2.2.1 Sifat Fisika Asam Asetat Anhidrat ........................................... 6
2.2.2 Sifat Kimia Asam Asetat Anhidrat ........................................... 7
2.3 Etanol ................................................................................................. 7
2.3.1 Sifat Fisika Etanol..................................................................... 8
2.3.2 Sifat Kimia Etanol .................................................................... 9
2.4 Akuades .............................................................................................. 9
2.5 Reaksi Pembuatan Asetanilida ......................................................... 10
2.5.1 Reaksi Pembuatan Asetanilida ............................................... 12
2.6 Rekristalisasi .................................................................................... 13
2.7 Asetanilida........................................................................................ 14
2.7.1 Sifat Fisika Asetanilida ........................................................... 15
2.7.2Sifat Kimia Asetanilida............................................................ 15
2.8 Asam Asetat ........................................................................................ 16
2.8.1 Sifat Fisika Asam Asetat ........................................................ 17
2.8.2 Sifat Kimia Asam Asetat ........................................................ 17
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ........................................................ 6
3.1 Alat-alat yang Digunakan ................................................................... 6
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ............................................................ 6
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................. 6
Reaksi Asilasi “Pembuatan Asetanilida”
iv
Praktikum Kimia Organik/Kelompok I/S.Ganjil/2022
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Molekul Anilin .................................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Molekul Asam Asetat Anhidrat ........................................... 6
Gambar 2.3 Struktur Molekul Etanol .................................................................... 8
Gambar 2.4 Struktur Molekul Air ....................................................................... 10
Gambar 2.5 Reaksi Penbuatan Asetanilida ......................................................... 11
Gambar 2.7 Stuktur Molekul Asetanilida............................................................ 15
Gambar 2.5 Struktur Molekul Asam Asetat ........................................................ 16
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Penangas Air .......................................................... 20
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Pompa Vakum ....................................................... 20
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Asetanilida .............................................. 21
Gambar 3.4 Diagram Alir Rekristalisasi Asetanilida .......................................... 21
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sifat Fisika Anilin .............................................................................. …5
Tabel 2.2 Sifat Fisika Asam Asetat Anhidrat ......................................................... 6
Tabel 2.4 Sifat Fisika Etanol .................................................................................. 8
Tabel 2.7 Sifat Fisika Asetanilida .................................................................... …15
Tabel 2.8 Sifat Fisika Asam Asetat ...................................................................... 17
Tabel 4.1 Hasil Praktikum .................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hydrogen pada anilin
digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih
tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida pertama kali ditemukan oleh
Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asethopenon dengan
NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan
katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899, Beckmand menemukan
asetanilida dari reaksi antara benzil sianida dan H2O dengan katalis HCl. Kemudian
pada tahun 1905, Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat
(Fessenden, 1999).
Senyawa asetanilida merupakan bahan baku yang dapat menunjang
kebutuhan industri kimia dan banyak dibutuhkan dalam bidang penelitian terutama
laboratorium. Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia
berkembang pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan asetanilida yang merupakan
bahan baku serta bahan penunjang industri juga semakin meningkat. Kebutuhan
asetanilida di Indonesia yang masih mengandalkan impor dari luar yang disebabkan
oleh minimnya teknologi yang dibutuhkan untuk industri pembuatan asetanilida.
Faktor-faktor ini menyebabkan nilai impor asetanilida tiap tahun terus meningkat.
Dikarenakan kebutuhan akan senyawa ini semakin meningkat sehingga dilakukan
berbagai cara dalam memperoleh senyawa ini (Sulistyawati, 2011).
Asetanilida dapat dibuat dari anilin dan anhidrat asetat. Mekanisme
reaksinya menyangkut serangan nukleofil anilin pada karbon karbonil dari suatu
turunan asam. Anilin adalah benzena tersubstitusi yang bereaksi lebih mudah
daripada benzena nya sendiri. Jadi, anilin bereaksi substitusi elektrofilik lebih cepat
daripada benzena. Hal ini disebabkan karena anilin mempunyai gugus NH2 yang
merupakan gugus aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka
terhadap substitusi lebih lanjut. Sedangkan reaksi dengan nukleofil terhadap
anhidrida lebih reaktif dibandingkan ester. Kedua hal inilah yang menyebabkan
reaksi pembuatan asetanilida lebih cepat dibandingkan ester dan amonia (Alfina
dkk., 2018).
Sintesis asetanilida sebagai suatu amida merupakan suatu reaksi substitusi
nukleofilik (SN) asil atau addition/elimination diantara anilin. Salah satunya yang
sering digunakan dalam pembuatan asetanilida adalah anilin yang memiliki rumus
molekul C6H5NH2 yang direaksikan dengan asam asetat CH3COOH. Pada sintesis
senyawa ini biasanya digunakan metode pemanasan agar kedua senyawa dapat
bereaksi sempurna. Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan
karena lebih ekonomis. Semakin kompleksnya kebutuhan asetanilida dalam
industri kimia, maka dari itu pembelajaran mengenai reaksi subsitusi nukleofil pada
gugus karbonil dan mempraktikkan metode pemurnian senyawa organik sebagai
cara untuk melakukan sintesis asetanilida penting dilakukan oleh seorang calon
engineer kimia (Fessenden, 1999).
Anilin merupakan senyawa kimia dengan rumus C5H6NH2 yang digunakan
sebagai bahan dasar dalam sintesis asetanilida yang direaksikan dengan asam
asetat. Pada sintesis senyawa ini biasanya digunakan metode pemanasan agar kedua
senyawa dapat bereaksi sempurna. Mula-mula anilin bereaksi dengan asam asetat
membentuk suatu amida dalam keadaan transisi, kemudian diikuti dengan reduksi
H2O membentuk asetanilida. Pembuatan asetanilida dilakukan dengan proses
kristalisasi antara anilin dan asetat anhidrat. Kristalisasi adalah pemisahan bahan
padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Kristal dilakukan
rekristalisasi karena senyawa masih mengandung pengotor yang ditandai titik leleh
masih belum sesuai dengan senyawa asetanilida yang sebenarnya. Rekristalisasi
bertujuan untuk memperoleh kristal asetanilida yang lebih murni (Alfina dkk,
2018).
Asetanilida merupakan senyawa yang umum digunakan sebagai bahan baku
obat-obatan, sebagai zat awal pembuatan penicillium, bahan pembantu dalam
industri cat dan karet, dan bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida.
Berdasarkan banyaknya kegunaan dari asetanilida tersebut, oleh karena itu
dilakukan praktikum pembuatan asetanilida dalam skala labor untuk mengamati
reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan asetanilida tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Mempelajari pembuatan turunan amida aromatik melalui reaksi amina
aromatik dengan turunan asam karboksilat, yaitu anhidrida asam.
2. Mempelajari dan memahami pembuatan asetanilida dalam skala labor.
3. Menghitung berat asetanilida yang dihasilkan, presentase rendemen, dan
kadar air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anilin
Anilin merupakan golongan senyawa amina aromatis dengan rumus
molekul C6H5NH2. Anilin merupakan cairan tak berwarna yang mudah menjadi
cokelat karena oksidasi atau terkena cahaya, berbau, dan memiliki cita rasa khas.
Anilin merupakan basa organikyang penting karena digunakan sebagai dasar bagi
banyak zat warna dan bersifat toksik bila terkena, terhirup, atau terkena kulit. Anilin
dapat diubah menjadi garam diazoinum dengan bantuan asam nitrit dan asam
klorida (Ahmad, 2011). Anilin merupakan bahan kimia yang dapat dibuat dari
beberapa macam cara dan bahan, serta digunakan untuk membuat berbagai macam
produk kimia. Di dalam era industrial saat ini anilin mempunyai peran penting dan
banyak digunakan sebagai bahan penghasil Isocyanates, bahan kimia pembuat karet,
dan bahan pembuat pestisida (Hechavarría dkk., 2013).
Amina aromatis merupakan salah satu bahan industri yang diperlukan dan
banyak digunakan dalam jumlah besar untuk keperluan industri pestisida, farmasi,
plastik, dan industri zat warna. Karena sifat polaritas serta kelarutannya yang tinggi
dalam air, senyawa amina aromatis banyak dijumpai dalam lingkungan air. Sifat
lain dari amina aromatis yang sangat mendapat perhatian adalah sifat toksik dan
karsinogen. Anilin merupakan senyawa organik dengan komposisi C6H7N yang
termasuk ke dalam senyawa aromatik. Anilin dengan bantuan doping asam dapat
menjadi bahan konduktor dengan nilai konduktivitas tertentu. Anilin juga
merupakan salah satu senyawa intermediate yang digunakan dalam produksi methyl
di-penylene isocyanate (MDI), sebagai bahan baku urethane (Husna dkk., 2013).
.
Gambar 2.1 Struktur Molekul Anilin
korosif, reaktif terhadap air, dan mudah terbakar. Anhidrida asetat dengan rumus
molekul (CH3CO)2O mempunyai bau yang tajam dengan berat molekul 102,09 gr
/mol, titik didih (760 mmHg) 138.6℃, dan titik lebur −73℃. Asetat anhidrat
mengalami hidrolisis dengan pelan pada suhu kamar, membentuk asam asetat
(Hartanti, 2011)
Asetat anhidrat (CH3CO)2O merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta
memiliki bau yang tajam. Asetat anhidrat merupakan suatu senyawa yang memiliki
kegunaan yang sangat bervariasi. Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan
cellulose asetate, serat asetat, obat-obatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut
dalam penyiapan senyawa organik. Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam
asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai
macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa
organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan
untuk membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan
dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik serat kain,
dan lapisan Fungsi asetat anhidrat di industri adalah sebagai pelarut bahan kimia
organik, terutama digunakan dalam produksi selulosa asetat, industri farmasi,
pembuatan filter rokok plastik, pewarna, pestisida, rempah-rempah, dan industri
polishing logam (Celanase, 2010).
mudah menguap, tidak berwarna, dan bersifat polar sehingga digunakan sebagai
pelarut untuk berbagai senyawa. Etanol atau yang dikenal dengan etil alkohol,
alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja merupakan sejenis cairan yang
mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang
paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern.
Sifat polar yang dimiliki oleh etanol, membuat zat kimia ini sering digunakan
sebagai pelarut obat, pengawet dalam dunia medis, desinfektan serta biasanya
digunakan sebagai antidotum (senyawa yang mengurangi atau menghilangkan
toksitas) keracunan metanol dan etilen glikol. Selain itu, etanol memiliki titik didih
sebesar 78,4℃ sehingga memiliki sifat mudah terbakar (Anggraini dkk., 2017)
Etil alkohol atau etanol merupakan zat kimia yang termasuk ke dalam
golongan alkohol. Etanol memiliki struktur kimia CH3CH2OH, memiliki sifat
mudah menguap, tidak berwarna, dan bersifat polar sehingga digunakan sebagai
pelarut untuk berbagai senyawa. Sifat polar yang dimiliki oleh etanol, membuat zat
kimia ini sering digunakan sebagai pelarut obat, pengawet dalam dunia medis,
desinfektan serta biasanya digunakan sebagai antidotum (senyawa yang
mengurangi atau menghilangkan toksitas) keracunan metanol dan etilen glikol.
Selain itu, etanol memiliki titik didih sebesar 78,4℃ sehingga memiliki sifat mudah
terbakar. Menurut Utami (2009), etanol atau etil alkohol adalah bahan kimia yang
terdapat di dalam minuman beralkohol atau arak, bahan ini banyak digunakan
sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol
tidak berwarna dan tidak berasa, namun memiliki bau yang khas, dan mudah
terbakar. Selain digunakan dalam makanan dan minuman, etanol juga dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, pengganti minyak bumi.
2.4 Akuades
Akuades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut dalam akuades
mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional
polar seperti gula, alkohol, aldehida dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh
kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil gula dan alkoholatau gugus karbonil aldehid dan keton. Akuades
merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat
murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa. Akuades akuades biasanya digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dari zat pengotor (Petrucci, 1988).
Akuades adalah air hasil destilasi/penyulingan yang sama dengan air murni
atau H2O, karena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral
adalah pelarut yang universal dan air yang sudah banyak mengandung mineral di
dalamnya. Oleh karena itu air mineral akan dengan mudah menyerap atau
melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar.
Dalam siklusnya di dalam tanah, air mineral akan terus bertemu dan melarutkan
berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Oleh karena itu, air
mineral berbeda dengan aquadest (H2O) karena mengandung banyak mineral di
dalamnya (Bernad, 2019).
Reaksi asilasi adalah proses adisi gugus asil ke sebuah senyawa. Gugus
asetil adalah R – C – OO’ (dimana R=alkil atau aril). Senyawa yang menyediakan
gugus asil disebut sebagai agen penghasil. sebuah asil merupakan alkil yang terikat
pada ikatan rangkap oksigen dan karbon. Jika R mewakili alkil, maka asil
mempunyai formula. Asil yang umum digunakan adalah CH3CO-. Ini disebut
sebagai etanoil. Dalam kimia, asilasi (secara formal, namun jarang digunakan
alkanoilasi) adalah proses adisi gugus asil ke sebuah senyawa. Senyawa yang
menyediakan gugus asil disebut sebagai agen pengasil. Asam salisilat merupakan
senyawa turunan asam benzoat yang dikenal juga dengan nama asam orto-hidroksi
benzoat. Perbedaan reaksi asilasi dan asetilasi adalah pada senyawa yang disubtitusi
pada senyawa, pada reaksi asilasi yang di substitusikan adalah gugus asil,
sedangkan pada asetilasi yang direaksikan adalah gugus asetil (Pudjaatmaka, 1992).
Asil yang umum dipakai adalah CH3CO yang disebut sebagai etanoil.
Dalam kimia, asilasi (secara formal: alkanoilasi) adalah proses adisi gugus asil ke
sebuah senyawa. Asil halida sering digunakan sebagai agen pengasil karena dapat
membentuk elektrofil yang kuat ketika diberikan beberapa logam katalis. Sebagai
contoh pada asilasi Friedel-Crafts menggunakan asetil klorida, CH3COCl, sebagai
agen dan aluminium klorida (AlCl3) sebagai katalis untuk adisi gugus asetil ke
benzena (Ketaren, 2008). Asil halida dan anhidrida asam karboksilat juga sering di
gunakan sebagai agen penghasil untuk mengasilasi amina menjadi amida atau
mengasilasi alkohol menjadi ester. Dalam hal ini, amina dan alkohol
adalah nukleofil, mekanismenya adalah adisi-eliminasi nukleofilik. Asam
suksinat juga umumnya digunakan pada beberapa tipe asilasi yang secara khusus
disebut suksinasi. Oversuksinasi terjadi ketika lebih dari satu suksinat di adisi ke
sebuah senyawa tunggal. Contoh industri asilasi adalah sintesis aspirin, di
mana asam salisilat diasilasi oleh asetat anhidrida (Pudjaatmaka, 1992)
2.6 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan
antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total
pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi
dingin, konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Underwood, 1996) Rekristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat di mana zat-zat tersebut di larutkan
dalam suatu pelarut kemudian di kristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu di perbesar. Konsentrasi total
impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang di murnikan. Bila dingin,
maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Pada dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi
pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan
keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi
dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan
lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya. Dalam rekristalisasi
(Pinalia, 2011). Rekristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Tujuan dari proses rekristalisasi adalah menghasilkan
produk kristal dengan kualitas seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang
dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-parameter produk, yaitu distribusi
ukuran kristal, kemurnian kristal, dan bentuk kristal (Puguh, dkk., 2003).
Prinsip rekristalisasi adalah pemurnian padatan organik dari zat pengotor
melalui beberapa tahap yaitu melarutkan padatan organik dengan pelarut yang
sesuai dalam keadaan panas kemudian disaring dan didinginkan kembali sehingga
dapat terbentuk kristal. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kristal
pada saat rekristalisasi adalah temperatur dan bibit kristal. Selain itu faktor penentu
keberhasilan proses kristalisasi adalah pemilihan zat pelarut. Pelarut yang baik,
sebaiknya memiliki gradien temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya, titik
didih pelarut dibawah titik didih lebur senyawa yang akan dikristalkan bersifat inert
(tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan (Alfina dkk, 2018).
Reksristalisasi merupakan proses pengulangan agar diperoleh zat murni
atau kristal yang lebih murni. Senyawa organik yang berbentuk kristal diperoleh
dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil
senyawa yang terjadi selama reaksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkristalan
kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada
perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa
ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai,
misalnya air, alkohol, eter, benzena, petroleum eter, ligrolin, karbon bisulfida,
kloroform, aseton, dan asam asetat glasial (Alfina dkk, 2018).
2.7 Asetanilida
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetamida aromatis yang termasuk
dalam amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin diganti dengan satu
gugus asetil. Asetanilida memiliki bentuk kristal berwarna putih. Asetanilida atau
N-phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3, berat molekul
135,17 gr/mol, dan massa jenis 1,21 gr/mL. Asetanilida pertama kali ditemukan
Fiedel-Craft tahun 1872 dengan mereaksikan asetofenon dan NH2OH
(hidroksilamina) yang menghasilkan asetofenon oksim yang kemudian diubah
menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari
benzil-sianida dan H2O dengan katalis HCl. Kemudian tahun 1905, Weaker
menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat (Miko, 2016).
Asetanilida dibuat dengan proses kristalisasi antara anilin dan asam asetat
anhidrat. Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu
larutan atau lelehan. Asetanilida digunakan bahan baku obat-obatan, sebagai zat
awal pembuatan penicillium (antibiotik), bahan pembantu dalam industri cat dan
karet, dan bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida (Pudjaatmaka, 1992).
Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan
larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat (Alfina dkk, 2018).
Cincin aromatik dari anilin (C6H5NH2), sangat kaya dengan elektron.
Pasangan elektron sunyi dari N, bisa melakukan delokalisasi dengan sistem π dari
inti benzene. Akibatnya anilin sangat mudah mengalami reaksi substitusi
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Corong buchner
2. Pompa vakum
3. Gelas ukur 100 ml
4. Gelas piala 100 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Oven
7. Timbangan analitik
8. Corong kaca
9. Penangas air
10. Termometer
11. Batang pengaduk
12. Pipet tetes
13. Kertas saring
14. Erlenmeyer vakum
15. Baskom
16. Cawan penguap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Adapun hasil dari praktikum ini terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Asetanilida
Prosedur Hasil Pengamatan
Anilin sebanyak 19,6 mL + asam asetat Larutan anilin berwarna hitam
anhidrat 22,22 mL dimasukkan ke berubah menjadi warna coklat
dalam erlenmeyer setelah ditambahkan asam asetat
anhidrat
Larutan dipanaskan di penangas air Larutan homogen dan tidak terbentuk
selama 30 menit dengan suhu 78℃ − kristal
80℃
Akuades sebanyak 75 mL ditambahkan Larutan berwarna coklat keruh
ke dalam larutan
Larutan didinginkan dengan es batu Tidak terbentuk endapan
selama 30 menit
Endapan disaring menggunakan kertas Terbentuk endapan pada kertas
saring dan pompa vakum saring
Berat filtrat + kertas saring basah + 73,55 gr
cawan porselin
Berat asetanilida konstan 0,03 gr
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Asetanilida
Asetanilida terbentuk dengan mereaksikan anilin dengan asam asetat
anhidrat. Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi substitusi terhadap
amina aromatis dapat berupa substitusi pada cincin benzen atau substitusi pada
gugus amina. Asetanilida terbentuk melalui reaksi asilasi. Anilin primer bereaksi
dengan asetat anhidrida panas menghasilkan turunan mono asetat (amida).
Persamaan reaksi antara aniline dan asetat anhidrida menghasilkan asetanilida
(Alfina dkk., 2014).
Pada praktikum ini anilin sebanyak 19,6 mL dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan asam asetat anhidrat sebanyak 22,22 mL.
Anilin sebagai amina aromatik dan asam asetat anhidart sebagai turunan asam
karboksilat. Untuk menghomogenkan campuran tersebut dilakukan proses
22
Praktikum Kimia Organik/Kelompok I/S.Ganjil/2022 16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum percobaan Reaksi Asilasi “Pembuatan
Asetanilida” sebagai berikut:
1. Proses pembuatan asetanilida dilakukan dengan mereaksikan semyawa
amina aromatik yaitu anilin dengan turunan asam karboksilat, asam asetat
anhidrat sehingga menghasilkan produk berupa senyawa asetanilida dan
asam asetat
2. Reaksi asilasi adalah reaksi memasukkan gugus asil (CH3OH) kedalam
substrat yang sesuail. Terjadi ketika satu atom hidrogen pada suatu anilin
digantikan dengan satu gugus asetil membentuk asetanilida.
3. Volume asetanilida yang dihasilkan dari percobaan ini adalah 0,03 gr
dengan rendemen sebesar 0,103% dan kadar air yang diperoleh sebanyak
98,65%.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum percobaan Reaksi Asilasi “Pembuatan
Asetanilida” sebagai berikut:
1. Praktikum hendaknya dilakukan dengan bersih dan higienis tujuannya
untuk meminimalisir tercampurnya zat pengotor sehingga asetanilida yang
dihasilkan lebih murni.
2. Praktikum pembuatan asetanilida dapat dilakukan dengan memvariasikan
penggunaan reaktan produk untuk menghasilkan asetanilida.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina dkk. 2014. Sintesis asetanilida. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam:Universitas Brawijaya.
Alfina, B, T dkk, 2018, Sintesis Asetanilida, Jurnal Sintesis Asetanilida, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
Anggraini, A., Yuningsih, S., & Sota, M. M. (2017). Pengaruh pH Terhadap
Kualitas Produk Etanol. J. Reka Buana, 2(2), 99–105.
Arsyad, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.
Bernad, L. F. (2019). Analisis Mesin Penghasil Aquades Menggunakan Mesin
Siklus Kompresi Uap Dengan Pengaruh Putaran Kipas Sebelum
Evaporator. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Celanase, 2010, Sifat Fisik Dan kimia Asam Salisilat Anhidrat, Erlangga, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Hart, Harold, Leslie E. Craine dan David J. Hart. 2003. Kimia Organik: Suatu
Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga
Hartanti. (2011). Pengaruh Varialel Pembuatan Asetanilida. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hechavarría, Rodney, & López, G. (2013). Destilasi. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Husna, R., Emdeniz., & Imelda, 2013, Studi Toksisitas Floroanilin Berdasarkan
Hubungan Kuantitatif Struktur Aktifitas (Hiksa) Beberapa Amina
Aromatis, Jurnal Kimia Unand, 2(4), ISSN 2303-3401.
Kartasasmita, R, E & Inayah, 2012, Modifikasi Metode Penentuan Amina Aromatik
Primer Tidak Tersulfonasi dalam Bahan Baku Zat Warna Tartrazin
Dihitung sebagai Anilin secara Spektofotometri UV-Sinar Tampak, Acta
Pharmaceutica Indonesia, XXXVII (4). Ketaren, S. (2008). Minyak dan
Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, 2,30–36.
Kirk, K. E., & Othmer, D. F, 1981, Encyclopedia of Chemical Thecnologi, 3 edition,
Volume 9,The Interscience Encyclopedia, John Willey and Sons, Inc, New
York.
Kristiyaka, Hayu Sanjaya. 2018. Optimasi Kondisi Proses Pengendapan Hidroksida
Logam-Logam Berat Kromium dan Nikelsecara Bertingkat dalam Limbah
Cair Elektroplating. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang. Vol. 9, No. 2.
Merck. 2018. Lembaran Data Keselamatan Bahan Asam Asetat.
Miko, B.D., 2016 Pra Rancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam Asetat
Kapasitas 25.000 Ton/Tahun. Publikasi Ilmiah Jurusan Teknik
KimiaUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurrahmah, Ilhamy, & Ananda, D. (2020). Pra Rancangan Pabrik Asetanilida dari
Asam Asetat dan Anilin dengan Kapasitas 10.000 ton / Tahun Perancangan
Pabrik. Perancangan Pabrik. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Pinalia, A. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat Untuk Meningkatkan
Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi
Dirgantara Vol.6.
Pudjaatmaka, A. H, 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Sahruromdon dan Irene. 2016. Filtrasi CaCO3 Menggunakan Filter Plate dan
Frame Dengan Variasi Konsentrasi dan Variasi Jumlah Plate & Frame.
Banten: Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Sastrohamidjojo. 2010. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Taradipa, P. S. (2002). Asetanilida. 1–64.
Underwood, 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-V, Erlangga, Jakarta
Utami, L.I. 2010. Etanol Production from Mengkudu Fruit. Surabaya: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
V = 19,6 mL n = 0,215
= 0,103%
B.5 Perhitungan kadar air
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛
% Kadar air = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛
2,23−0,03
% Kadar air = x100%
2,23
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI