Percobaan VII
Kelompok VII
Teknik Kimia S-1 B
Asisten:
Annisa Salsabillah Nasution
Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, HS., MS
Kelompok VII:
Attira Dennova 2007125758
Mhd. Akbar Yuzaldi 2007125752
Naufal Rasyid 2007125751
Shafira Rachma Ramadhani 2007125759
Catatan Tambahan:
Dosen Pengampu
Pekanbaru, September 2021
ABSTRAK
Ikan Patin adalah salah satu hewan yang paling sering dikonsumsi oleh manusia. Ikan
patin memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, sehingga ikan patin berpotensi untuk diekstraksi sebagai sumber asam lemak
dengan banyak manfaat. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami proses ekstraksi
minyak ikan patin, menghitung rendemen, menentukan kadar asam lemak bebas, densitas,
serta laju pembentukan asam lemak bebas dalam minyak ikan patin. Ikan patin yang telah
dibersihkan ditimbang dan di oven selama 4 jam. Kemudian minyak dikeluarkan dengan
cara dipres dan dilakukan proses winterisasi selama 15 menit. Rendemen yang diperoleh,
yaitu rendemen dry rendering sebesar 38,1%. Untuk densitas minyak ikan patin didapat
sebesar 1,114gr/cm 3, untuk viskositas minyak ikan patin didapat sebesar 11,02 Pas
sedangkan kadar asam lemak bebas didapat sebesar 0,02925%, serta laju pembentukan
asam lemak bebas didapat sebesar 0,504gr/jam.
Kata Kunci: asam lemak bebas, dry rendering, minyak, densitas, winterisasi
ABSTRACT
Catfish is one of the animals most often consumed by humans. Catfish has a fairly high
oil content compared to other freshwater fish, so catfish has the potential to be extracted
as a source of fatty acids with many benefits. The purpose of this experiment is to
understand the extraction process of catfish oil, calculate the yield, determine the free
fatty acid content, density, and the rate of free fatty acid formation in catfish oil. The
cleaned catfish are weighed and baked for 3-4 hours. Then the oil is removed by pressing
and the winterization process is carried out for 15 minutes. The yield obtained, namely
the dry rendering yield of 38.1%. The density of catfish oil is 1.114gr/cm3, the viscosity
of catfish oil obtained by 11.02 Pas while the free fatty acid content is 0.02925%, and the
free fatty acid formation rate is 0.504gr/hour
Keywords: free fatty acid content, dry rendering, oil, density, winterization
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi kimia ikan patin...............................................................................3
YTabel 4.1 Hasil percobaan............................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
YGambar 2.1 Ikan Patin...................................................................................................4
Gambar 2.2 Struktur Asam Stearat dan Asam Palmitat....................................................9
Gambar 2.3 Struktur Asam Oleat dan Asam Linoleat.....................................................10
Gambar 2.4 Struktur kimia trigliserida...........................................................................10
YGambar 3.1 Alat Pemisah............................................................................................14
Gambar 3.2 Alat Tiltrasi.................................................................................................14
Gambar 3.3 Diagram Dry Rendering..............................................................................15
Gambar 3.4 Diagram Pengujian Kadar ALB..................................................................16
Gambar 3.5 Diagram Uji Densitas..................................................................................16
Gambar 3.6 Diagram Alir Uji Viskositas........................................................................17
Gambar 3.7 Diagram Alir Perhitungan Laju Pembentukan ALB....................................17
BAB I
PENDAHULUAN
tak jenuh. Minyak yang terkandung dalam ikan umumnya adalah asam lemak tak jenuh
yang diantaranya dikenal dengan omega-3 dan omega-6. (Isnani, 2013) .
Ikan patin mempunyai kandungan minyak yang cukup banyak jika dibandingkan
dengan jenis ikan tawar lainnya, sehingga patin mempunyai potensi untuk diekstrak
menjadi minyak ikan yang kaya akan manfaat. Minyak ikan umumnya mengandung asam
lemak tak jenuh berantai panjang yaitu asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dua,
misalkan eicosapentaenoatacid (EPA) dan docosahecsaenoatacid (DHA). Asam lemak
tak jenuh ini diketahui dapat mencegah berbagai macam penyakit degeneratif seperti
arterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembeluh darah), jantung koroner,
menurunkan kadar kolesterol darah, kanker, trombosit melitus, penyakit tuang
persendian, asma, dan mencegah proses penuaan (Panagan, 2011).
Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
2013, menyebutkan bahwa peningkatan produksi ikan patin dari tahun ke tahun dengan
target produksi nasional tahun 2013 sebesar 1.107.000 ton. Dari data tersebut maka dapat
dipastikan bahwa limbah ikan patin yang dihasilkan juga besar sehingga dianggap perlu
untuk dilakukan ekstraksi minyak ikan patin sebagai bentuk optimalisasi limbah
disamping pemanfaatannya yang selama ini hanya dijadikan produk pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein 17%
Lemak 6.6%
Abu 0.9%
(Sumber: Depkes RI, 2001)
Daging ikan patin memiliki karakteristik rasa yang sangat khas. Dari semua jenis ikan
keluarga lele-lelean, rasa daging patin termasuk yang paling enak, sangat gurih, dan lezat
sehingga digemari olah masyarakat. Penyebaran konsumen penggemar daging patin
tidak hanya sebatas di Indonesia saja tetapi sudah sampai ke negara-negara Eropa,
Amerika, dan beberapa negara Asia, sehingga ikan ini berpeluang untuk diekspor
(Khairuman dan Sudenda, 2002).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak. Prinsip dasar ekstraksi adalah
pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua
pelarut yang tidak saling melarutkan. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan ada 3 cara
yaitu rendering, pengepresan mekanis dan ekstraksi dengan pelarut. Ekstraksi dapat
dibagi menjadi 3, yaitu: rendering, pengepresan mekanik, dan ekstraksi dengan pelarut
(Petrucci, 1985).
Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu ekstraksi padat cair
dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, senyawa yang dipisahkan terdapat dalam
campuran yang berupa cairan, sedangkan ekstraksi padat-cair adalah suatu metode
pemisahan senyawa dari campuran yang berupa padatan (Anonim, 2012).
2.2.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara, yaitu Rendering
basah (wet rendering) dan rendering kering (dry rendering) (Ketaren, 1986).
1. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam mengekstraksi minyak ikan patin yaitu:
1. Proses rendering basah digunakan untuk ikan-ikan berlemak tinggi dan dalam
jumlah banyak.
2. Langkah-langkah yang dilakukan terdiri dari pencincangan, pemasakan dengan
uap, pengepresan dan pemisahan.
3. Pengepresan menghasilkan 2 bagian yaitu bagian padatan (press cake) dan
cairan (press liquor). Padatan dipakai sebagai bahan pembuatan tepung ikan.
Sedangkan cairan merupakan minyak Ikan.
4. Cara ini dikerjakan pada oven yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60pound tekanan uap (40-60 psi)
(Ketaren, 1986).
2. Dry rendering cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan saat menggunakan metode ini yaitu:
1. Dry rendering dilakukan dalam oven yang terbuka dan dilengkapi dengan steam
jacket serta alat pengaduk (agitator).
2. Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam
oven tanpa penambahan air, bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.
3. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200˚F sampai 2300˚F (105˚C-1100˚C).
4. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah
mengendap dan pengambilan minyak dilakukan di bagian atas oven (Kamini,
2016).
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan hidrolik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing).
a. Pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) Pada cara hydraulic pressing, bahan
dipres dengan tekanan sekitar 2000 lb/in2. Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang digunakan
serta kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil
ditekan dibawah tekanan hidrolik (Ketaren, 2008)
b. Pengpresan berulir (screw pressing) Cara screw pressing memerlukan perlakuan
pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses
pemasakan berlangsung pada temperatur 240ºF dengan tekanan sekitar 15-20
ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5
persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar
4-5 persen. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet
rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi (Ketaren,
2008).
2.3.1 Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah
atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara
lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan ukuran partikel.
Senyawa aktif saponin yang terkandung pada daun bidara akan lebih banyak dihasilkan
jika diekstraksi menggunakan pelarut metanol, karena metanol bersifat polar sehingga
akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut lain (Suharto et al., 2016). Ekstraksi dengan
metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak
akan rusak (Pratiwi, 2010). Pada saat proses perendaman bahan akan terjadi pemecahan
dinding sel dan membran sel yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan antara luar sel
dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
pecah dan terlarut pada pelarut organik yang digunakan (Novitasari dan Putri, 2016).
2.3.2 Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna
(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip
perkolasi adalah:
1. Menempatkan serbuk sampel sisa pada suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori.
2. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Ketaren, 1986).
2.3.3 Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi yang dilakukan
menggunakan metoda sokletasi, yakni:
1. Sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang- ulang
dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet.
2. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh
maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik,
seperti benzen dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian
tumbuhan dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Nazarudin, 1992).
2.4 Produk
2.4.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti “triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester
Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya,
biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya ikatan ganda dua
karbon juga berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti
asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak sedangkan trigliserida yang kaya
akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat, biasanya adalah lemak. Semua jenis
lemak tersusun dari asam asam lemak yang terikat oleh gliserol. Sifat dari lemak
tergantung dari jenis asam lemak yang terikat dengan senyawa gliserol (Ackman, 1982).
Asam-asam lemak yang berbeda disusun oleh jumlah atom karbon maupun
hidrogen yang berbeda pula. Atom karbon, yang juga terikat oleh dua atom karbon
lainnya, membentuk rantai yang berselang-seling. Asam lemak dengan rantai molekul
yang lebih panjang lebih rentan terhadap gaya tarik menarik intermolekul, (dalam hal ini
yaitu gaya Van der waals) sehingga titik leburnya juga akan naik. Trigliserida alami
ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan penyusun utama
lemak hewan dan nabati. Trigliserida termasuk lipid sederhana dan juga merupakan
bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia (Estiasih, 2009).
Sumber Lemak dan Minyak Berdasarkan sumbernya lemak dibedakan menjadi 2
yaitu dari tanaman dan hewan. Klasifikasinya sebagai berikut:
a. Minyak dan Lemak dari tanaman (Nabati)
Diperoleh dari biji-bijian seperti tanaman jagung, kacang tanah, wijen, kedelai,
bunga matahari, kelapa sawit dan lain-lain. Lemak nabati mempunyai kandungan
fitosterol dan asam lemak tak jenuh yang banyak sehingga pada umumnya lemak nabati
berbentuk cair.
b. Minyak dan Lemak dari hewan (Hewani)
Diperoleh dari hewan darat seperti tallow (minyak hewan sapi), lemak babi
(Lard), minyak ikan, minyak hewan laut seperti ikan paus, dan minyak ikan sarden.
Lemak hewani banyak mengandung sterol yang disebut dengan kolesterol, sehingga
lemak hewani berbentuk padat.
2) Asam lemak tak jenuh Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang
memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen
secara maksimal karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam
lemak tak jenuh disebut lemak jenuh. Contoh: Asam Palmitoleat, Asam Oleat dan Asam
Linoleat.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah percobaan selesai dilakukan, didapat data yang diperlukan. Data
praktikum berguna untuk pengamatan dan pembahasan. Data hasil percobaan ini dapat
dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4. Hasil percobaan
Parameter Hasil
Berat Sampel 350gram
Massa Minyak Ikan yang didapatkan 133,35gram
Rendemen Dry Rendering 38,1%
Volume NaOH 3,20mL
%ALB 0,00292%
Massa Jenis Minyak Ikan 1,114gram/cm3
Viskositas minyak ikan 13,88Pas
V ALB 0,504gra/cm3
4.2 Pembahasan
4.2.1 Dry Rendering
Proses ekstraksi minyak ikan patin dilakukan dengan menggunakan metode dry
rendering. Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung (Ketaren, 1986). Metode ini digunakan jika bahan mengandung minyak atau
lemak dengan kadar air yang tinggi (Estiasih, 2009). Metode ini dipakai karena proses
dry rendering yang dilakukan dengan memanaskan sampel pada suhu 115ᵒC akan
menguapkan kandungan air yang berada dalam sampel dan mengalami denaturasi
protein. Denaturasi protein adalah transformasi struktur protein yang berlipat menjadi
terbuka. Proses konformasi protein mempengaruhi sifat protein (Estiasih,2016).
Pada percobaan ini, digunakan sampel limbah ikan patin seberat 350 gram
dengan lama pengovenan selama 4 jam. Langkah pertama yang dilakukan adalah
mencuci limbah ikan patin kemudian dikeringkan lalu ditimbang. Pengeringan berguna
untuk mengurangi kadar air pada limbah sebelum dimasukkan ke oven. Penimbangan
dilakukan untuk mengetahui berat awal limbah ikan patin sebelum diekstraksi.
Kemudian limbah ikan patin yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kaleng yang
telah dilapisi kain serbet pada bagian mulut kaleng. Hal tersebut bertujuan agar limbah
tidak hangus saat pengovenan berlangsung. limbah ikan kemudian di oven. Pengovenan
bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam limbah ikan patin dan
membuka pori pada limbah ikan patin sehingga memudahkan minyak keluar pada saat
proses pengepresan. Sambil menunggu pengovenan selesai, siapkan es batu di dalam
wadah untuk proses winterisasi. Setelah proses pengovenan, limbah ikan patin tersebut
dipres untuk memisahkan antara minyak dan sisa dari limbah ikan. Minyak hasil
pengepresan dimasukkan kedalam wadah berisi es batu untuk dilakukan proses
winterisasi, kemudian tunggu beberapa menit.
Proses winterisasi berfungsi untuk memisahkan minyak dan lemak. Salah satu
cara untuk memurnikan minyak ikan adalah dengan metode winterisasi, karena selain
meningkatkan ketidakjenuhan asam pada minyak, proses ini juga dapat menghilangkan
pengotor pada minyak (Estiasih, 2009). Limbah ikan patin yang sudah dioven, kemudian
dipres untuk diambil minyaknya. Minyak yang dihasilkan dari proses pemerasan
dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat, tujuannya
untuk mengikat air yang ada pada minyak. Selanjutnya minyak yang diperoleh
ditimbang dan dihitung rendemen minyaknya. Minyak yang didapat pada proses dry
rendering sebesar 133,35gram dengan rendemen sebesar 38,1%.
Hasil rendemen yang didapatkan berbeda jauh dengan Suseno et al, (2020) yang
mengektraksi minyak ikan patin pada suhu 70ᵒC diperoleh rendemen berkisar 62,01-
76,07%. Perbedaan hasil percobaan rendemen antara keduanya disebabkan perbedaan
perbandingan suhu dan waktu berpengaruh terhadap persentase rendemen. Rendahnya
rendemen juga diduga akibat pengaruh dari pengeringan, karena pengeringan adalah
proses pengeluaran atau pembuangan bahan cair dari suatu bahan yang mencakup
pengeringan, penguapan, dan lain-lain. Hasil akhir pengeringan merupakan bahan yang
bebas dari air (cairan) atau mengandung air dalam jumlah yang rendah (Hall 1979 dalam
Nabil 2005). Melalui cara pengeringan ini biasanya kadar air dapat menurun mencapai
60-70% sehingga menghasilkan nilai rendemen yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa
lamanya proses pengeringan dapat mempengaruhi hasil rendemen.
semakin bagus. Jika persentase asam lemak bebas yang didapat besar, akan
mengakibatkan minyak berwarna cokelat dan hal itu akan memperpendek umur minyak
tersebut. Peningkatan hidrolisis dapat meningkatkan potensi terjadinya kerusakan
minyak sehingga minyak berbau tengik (Ahmadi, 2007).
Pada percobaan ini, sampel minyak ikan patin dititrasi dengan menggunakan
alkohol (etanol) sebagai pelarut. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan
lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Pelarut alkohol
digunakan dalam analisis kadar asam lemak bebas karena alkohol merupakan pelarut
asam lemak bebas dan dapat memberhentikan kerja enzim lipase sebelum titrasi.
Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes, lalu dititrasi dengan NaOH 0,125 N.
Tujuan penambahan indikator fenolftalein adalah untuk mengetahui tingkat ekuivalen
larutan tersebut . Titrasi berakhir setelah terjadi titik akhir titrasi yaitu perubahan warna
dari kuning menjadi warna pink pudar di permukaan dan didapatkan volume NaOH yang
digunakan yaitu 3,20 ml. Hasil kadar asam lemak bebas yang didapat pada uji ini adalah
0,02925%. Angka ini hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Suseno et al,
(2020) dengan kadar asam lemak bebasnya berada pada interval 0,07-0,24%. Persamaan
hasil keduanya menunjukkan bahwa jenis ikan mempengaruhi kandungan ALB dan
karena ikan yang digunakan sama maka didapat hasil ALB yang tidak jauh berbeda
(Rifki et al. 2014). Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar asam lemak
bebasnya maka semakin rendah kualitas minyaknya (Swern, 1994).
Berdasarkan hasil dari jurnal penelitian Rodiah et al, (2020) yang mengekstraksi
minyak dari limbah ikan patin sebanyak 2,5 kg dengan suhu 70ºC selama 30 menit
didapatkan nilai densitasnya sebesar 0,9010 gr/ml. Sedangkan pada hasil praktikum
dengan mengekstraksi minyak ikan patin sebanyak 350 gram pada suhu 115ºC selama 4
jam diperoleh besar densitas minyak yaitu 1,114 gr/ml. Hasil keduanya yang tidak jauh
berbeda membuktikan bahwa berat jenis minyak dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan
minyak dan berat molekul rata-rata asam lemak penyusunnya, karena ikan patin
memiliki berat molekul yang sama maka berat jenis yang diperoleh hampir bernilai sama
(Dewi, 1991).
didapat sebesar 87,90 gram. Berkurangnya berat minyak disebabkan proses pendiaman
menyebabkan terjadinya pengendapan karena adanya kandungan asam lemak jenuh yang
terdapat dalam minyak. Sehingga laju pembentukan ALB yang didapat sebesar 0,504
gr/jam. Salah satu faktor yang menyebabkan pembentukan asam lemak bebas adalah
suhu saat pemanasan. Semakin tinggi suhu saat pemanasan pada minyak maka
pembentukan asam lemak bebas akan semakin banyak . Hal ini karena suhu yang tinggi
akan memutus ikatan rangkap lebih banyak dan membentuk asam lemak bebas
(Nugroho, 2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan praktikum diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekstraksi minyak ikan adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak. Dry rendering
merupakan proses rendering tanpa penambahan air pada bahan yang akan
diekstrak.
2. Rendemen Minyak ikan yang diperoleh dari ekstraksi minyak ikan adalah
sebesar 38,1% dari hasil dry rendering.
3. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas dan
tidak terikat sebagai trigliserida. Kadar asam lemak bebas dari minyak ikan
didapatkan sebesar 0,00292%, densitas sebesar 1,114 gr/cm³, viskositas sebesar
11,02 P.as, serta laju pembentukan asam lemak bebas sebesar 0,504 gr/jam.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Praktikan diharap untuk memahami isi modul sebelum memulai praktikum.
2. Praktikan diharap mengamati prosedur percobaan saat praktikum berlangsung
yang akan dijelaskan oleh asisten lab.
3. Suhu saat pengovenan harus diperhatikan agar limbah ikan patin tidak rusak.
4. Praktikan diharapkan untuk teliti pada saat menimbang sampel, menghitung
rendemen, dan kadar asam lemak bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia, R. P., Darmanto, Y. S. and Romadhon, R. (2014) ‘Perbandingan Mutu Minyak
Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari Berbagai Jenis Ikan Yang Berbeda’, Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3), pp. 55–60.
Ahmadi K, W Mushollaeni. 2007.Aktivasi kimiawi zeolit alam untuk pemurnian minyak
ikan dari hasil samping penepungan ikan lemuru (Sardinella longiceps) Jurnal
Teknologi Pertanian 8(2):71–79.
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Biologi UMS:
Surakarta.
Ackman, RG. 1982. Fatty Acid Composition of Fish Oil. Dalam Nutritional Evaluation
of Long Chain Fatty Acid InFish Oil. Acad Press. London.
Crexi VT, Maurucio LM, Leonor AdZS, Luiz AAP. 2010. Production and refinement of
oil from carp (Cyprinus carpio) viscera. Food Chemistry 119(3): 945-950.
Dewi, G.A.M.K. 1991. Respos Ayam Broiler Terhadap Ransum Yang Mengandung
Minyak Kelapa Sawit Kasar dan Dedak Pengganti Energi Jagung. Thesis.
Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Estiasih, T. 2009. Minyak ikan: Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Estiasih, T., dkk. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.
Fatimah F, Fardiaz D, Apriyantono A, Andarwulan N. Pengaruh Kadar Minyak
Terhadap Efektifitas Antioksidan Dalam Sistem Emulsi Oil-In-Water. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan 2010;14(1):39-50.
Harold, hart. 1983. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Ghufran, M. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal.
Yogyakarta: Lily Publisher. hal. 122-123.
Hart, H . 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi ke-6 (Terjemahan Suminar
Setiati Acmadi). Erlangga, Jakarta
Isnani, A. N. 2013. Ekstraksi dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin yang Diberi Pakan
Pellet di Campur Probiotik. Skripsi. Fakultas MIPA Universitas Jember.
Kamini, Suptijah P, Santoso J, Suseno SH. 2016. Ekstraksi dry rendering dan
Karakterisasi Minyak Ikan dari Lemak Jeroan Hasil Samping Pengolahan
Salai Patin Siam (Pangasius hypothalmus). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 19(3): 196-205.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Lestari, N. 2010. Formulasi dan Kondisi OptimumProses Pengolahan “High Nutritive
Value” Margarin dari Minyak Ikan Patin (Pangasius sp.). Jurnal Riset
Industri Volume IV Nomor 1: 35-42
Lumbantoruan, parmin. & Erislah, Y. 2016. Pengaruh suhu Terhadap Viskositas Minyak
pelumas (Oli). Sainmatika,13(2):26-34
Murniyati. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
220 Halaman. ISBN 976-672-1.
Nabil, M. 2005. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna (Thunnus sp.)sebagai sumber
kalsium dengan metode hidrolisis protein [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nazarudin. 1992, Pengembangan Minyak Biji Karet di Indonesia, Indonesian Press,
Surabaya.
Nugroho, A. J. 2014. Pengaruh Perbedaan Suhu Pengukusan (steam jacket) terhadap
Kualitas Minyak dari limbah Usus ikan nila (Oreochromis niloticus), 3(1),
21-29
Nurjanah, SH, S. and TB, A. (2014) ‘Ekstraksi dan karakterisasi minyak dari kulit ikan
patin (Pangasius hypophthalmus)’, Depik, 3(3), pp. 250–262.
Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada ekstrak daun
mahkota dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains. 6(12):10-14.
Panagan, A. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Wortel (Daucuscarrota L.)
Terhadap Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Goreng
Curah. Jurnal kimia. Volume 14 Nomer 2 (C) 14204
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat-jilid
2. Erlangga. Jakarta.
Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi Dan
Reperkolasi Dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide Dari
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nee). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Suharto, M.A.P., H.J. Edy dan J.M. Dumanauw. 2016. Isolasi dan identifikasi senyawa
saponin dari ekstrak metanol batang pisang ambon (Musa paradisiaca var.
sapientum L.). Jurnal Sains. 3(1):86-92.
Sudarmadji. S. dkk. 2007. Analisis bahan makanan dan pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Modul : 7 (Ekstraksi Minyak Ikan Patin)
Hari dan Tanggal : 22 September 2021
Prodi : Teknik Kimia S-1
Asisten : Annisa Salsabillah Nasution
Dosen Pengampu : Dr. Irdoni HS., MS
Kelompok :7
Anggota : 1. Attira Dennova (2007125758)
2. Mhd. Akbar Yuzaldi (2007125752)
3. Naufal Rasyid (2007125751)
4. Shafira Rachma Ramadhani (2007125759)
A. 1 Dry Rendering
1. Massa Limbah Ikan Bersih : 350 gr
2. Suhu Pengovenan : 115 C
3. Lama Pengovenan : 4 jam
4. Massa Minyak Didapat : 133,35 gr
A. 3 Uji Densitas
1. Volume Piknometer : 10 ml
2. Berat Piknometer Kosong : 14,46 gr
3. Berat Piknometer + Minyak : 25,60 gr
A. 4 Uji Viskositas
1. Cairan Pembanding : Air
2. ηo : 1 Pa.s
3. ρo : 0,997 gr/cm3
4. to : 0,2 detik
5. t : 2,5 detik
Asisten
Pekanbaru, 22 September 2021
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.3 Densitas
Berat Piknometer (berisi) = 25,60 gr
Berat Piknometer (kosong) = 14,46 gr
Volume sampel = 10 mL
( Berat piknometer+ minyak )−( Berat piknometer kosong)
ρ=
Volume piknometer
25,60 gr−14,46 gr
¿
10 mL
11,14 gr
¿
10 mL
¿ 1,114 gr/cm3
LAMPIRAN C
FOTO ALAT DAN BAHAN
Ikan Patin
NaOH/KOH
Fenolftalein
Natrium Sulfat
Anhidrat
No Praktikum Rev Rev Rev Rev Rev Rev Rev Rev Rev Lapora Asistens
1 2 3 4 5 6 7 8 9 n i
1
2
3
4
5
6
7 Ekstraksi 28- 29- 01- 05- 08- 21- 28- 07- 15-
minyak Sep Sep Oct Oct Oct Oct Oct Nov Nov
ikan patin -21 -21 -21 -21 -21 -21 -21 -21 -21
8
Catatan:
Lembar kendali wajib dibawa setiap melakukan responsi, revisi, dan asistensi.
Lembar kendali dibuat sebanyak jumlah kelompok.