Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI KECIL KIMIA

PEMBUATAN HANDSOAP

KELOMPOK 7

Disusun Oleh :

1. ACHMAD FAJRI (2018573)


2. DILLA MULYA SYAHKIA (2018573)
3. MARISA ALFIANI (2018642)
4. NADHIA OCTAVIANI (2018681)
5. NOPRIZAL SATRIO WIBOOWO (2018696)
6. SILVIA PUJI ASTUTI (2018741)

KELAS 3A

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun merupakan salah satu kebutuhan penting masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Sabun bekerja sebagai agen pembersih yang memisahkan dan melarutkan
minyak dan zat pengotor lainnya. Dilihat dari bentuk fisiknya, sabun yang paling
banyak digunakan adalah sabun padat dan cair. Saat ini, sabun berbentuk cair lebih
diminati oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, dari tahun 2011 hingga 2012 yang menunjukkan volume ekspor
sabun cair di Indonesia meningkat sebesar 11,32 %. Minat masyarakat yang besar pada
sabun cair dari pada sabun padat disebabkan oleh kelebihan dari sabun cair sendiri.
Sabun cair biasanya ditempatkan dalam wadah sehingga lebih praktis untuk dibawa,
higenis, mudah digunakan, lebih banyak membuat busa, dan memiliki pH yang
cenderung lebih rendah sehingga tidak membuat kulit kering. Kekurangan dalam
penggunaan sabun cair antara lain harga yang lebih mahal dan pemakaian yang lebih
boros. Di sisi lain, sabun batang memiliki harga jual yang murah dan hemat pada
pemakaiannya namun sabun batang memerlukan lebih banyak air saat penggunaannya,
mudah tercemar karena dipakai bergantian, licin dan mudah cair, memiliki pH yang
tinggi, dan sulit untuk dibawa. Seiring berjalannya waktu, jenis sabun cair yang beredar
di pasaran semakin bervariasi seperti misalnya, sabun mandi, sabun cuci muka, dan
sabun cuci tangan. Sabun cuci tangan termasuk salah satu sabun yang paling banyak
dipakai karena kulit tangan adalah bagian kulit yang paling sering digunakan sehingga
sangat rawan terhadap kontaminasi, kekeringan dan keriput. (Brotosudarmo, 2014).

1.2 Tujuan
1. Mampu membuat sabun cuci tangan yang memiliki nilai ekonomis.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun cuci tangan

1.3 Prinsip
Sabun adalah campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak, yang dapat
diperoleh dari lemak atau minyak, dengan memperlakukan dengan alkali (seperti NaOH
atau KOH) pada (80-100) °C melalui proses yang dikenal sebagai saponifikasi
diketahui. NaOH dibuat untuk sabun. Sabun memiliki sifat pembersih melalui proses
kimia koloid, karena sabun mengandung gugus polar dan non-polar.Menurut sifat
fisiknya, sabun memiliki tiga bentuk: bubuk, pasta dan cair. Deterjen banyak digunakan
oleh masyarakat karena kemudahan, kecepatan dan karena bentuknya yang cair, yang
larut lebih baik dalam air dan akibatnya menghilangkan kotoran, terutama yang
menempel pada makanan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan yaitu agar penulis dan pembaca dapat memahami cara
pembuatan sabun cuci tangan. Sehingga diharapkan proses pembuatan sabun cuci
tangan ini dapat diterapkan dan menjadi peluang untuk industri kecil kimia.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Bahan dan Alat


2.2.1 Bahan
• SLES
• CAPB
• BHT
• EDTA
• Garam
• Air ledeng
• Pewangi
• Pewarna

2.2.2 Alat
• Gelas Ukur Plastik
• Gelas Ukur Kaca
• Neraca Kasar
• Neraca Analitik
• Mixer
• Wadah Plastik

2.2 Cara Kerja

Disiapkan bahan aktif yaitu SLES


Dimasukkan SLES 2,1 kg dan
2,1 Kg dan CAPB 2,4 kg, serta
air ledeng 30 L ke dalam wadah
disiapkan air ledeng 30 L, pewarna
dan dicampur dengan mixer
150 ml, pewangi 60 ml, larutan
selama 2 jam (minimal).
garam, BHT dan EDTA masing-
masing 45 g.

Ditambahkan pewarna 150 ml,


pewangi 60 ml, BHT dan EDTA Ditambahkan CAPB 2,4 kg dan
masing-masing 45 g sambil dimixer selama 30 menit
dimixer hingga homogen.

Ditambahkan larutan garam


secara perlahan dan didiamkan
sampai busa/buih turun.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Bahan atau Reagen

Uraian Pengamatan

Warna Wujud Bau

Sodium lauryl Putih Pasta Bau khas deterjen


ether sulfate
(SLES)

Cocamidopropyl Putih Cair Bau khas detergen


betaine (CAPB)

BHT Putih Padatan Tidak berbau

EDTA Putih Kristal Tidak berbau

Garam NaCl Putih Padatan Tidak berbau

Pewangi Tak berwarna Cair Bau khas buah

Pewarna Merah Cair Tidak berbau

Akuades Tak berwarna Cair Tidak berbau

3.2 Karakteristik Produk

Uraian Pengamatan

Warna Wujud Bau

Sabun Cuci Merah Cairan Bau khas buah


Tangan

3.3 Pembahasan
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan noda. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi, mudah dibawa oleh air bersih. Banyak sabun
merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun
mentah.
Liquid Hand Wash Soap merupakan sabun cair yang diformulasikan untuk
membantu membersihkan tangan dari kotoran dan kuman (Cokorda, 2019).
Dibandingkan sabun batang, penggunaan dan pemanfaatan sabun cair banyak diminati
oleh masyarakat dan saat ini sabun cair banyak diproduksi. Disamping penggunaannya
praktis, sabun cair juga lebih ekonomis dan hiegenis. Bahan-bahan pembuatan sabun
cuci tangan cair mudah didapat dan harganya terjangkau bagi masyarakat. Cara
pembuatan Liquid Hand Wash Soap juga bisa dikerjakan sendiri dan dapat dijadikan
alternatif untuk menambah pendapatan masyarakat (Widiyanti, 2015).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sabun cuci tangan cair dengan
bahan yang digunakan yaitu Sodium Lauryl Ether Sulfate (SLES), Cocoamidoprophyl
Betaine (CAPB), Butil Hidroksil Toluen (BHT), EDTA, garam, zat pewarna, zat
pewangi, serta air ledeng. Seharusnya air yang digunakan ialah akuades, namun karena
keterbatasan bahan sehingga digunakan air ledeng. Sebanyak 30 L air ledeng
ditambahkan dengan SLES. Fungsi penambahan bahan aktif SLES yaitu untuk
meningkatkan daya pembersih, pembentukan busa, dan stabilitas busa. Setelah itu
diaduk menggunakan alat pengaduk selama 2 jam, kemudian ditambahkan CAPB
dimana campuran masih dalam keadaan teraduk oleh alat. CAPB merupakan bahan
aktif amfoter yang dapat memberikan busa dengan baik dan memberikan rasa lembut
terhadap kulit. Setelah itu ditunggu pengadukan selama 30 menit. Setelah itu,
dimasukkan zat pewarna, zat pewangi, BHT dan EDTA ke dalam campuran tersebut.
BHT digunakan sebagai antioksidan sehingga sabun yang dibuat terhindar dari
ketengikan. Sedangkan EDTA berfungsi sebagai zat pengawet. Kemudian sisa zat
pewarna yang tersisa dalam gelas ukur dibilas dengan larutan garam dan dimasukkan
ke dalam campuran tersebut. Jika sudah bersih, maka sisa larutan garam dimasukkan
ke dalam ember secara perlahan. Selama proses penambahan bahan-bahan ke dalam
campuran, proses pengadukan tidak dihentikan sampai proses pencampurannya selesai.
Apabila semua bahan sudah tercampur maka sabun didiamkan selama semalaman dan
kemudian siap dikemas dan digunakan.
KESIMPULAN

Berdasarkan praktik yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :


- Diperoleh handsoap berwarna merah dan beraroma seperti buah strawberry sebanyak 35
liter dengan kode produksi 11102208A3.
- Penambahan larutan garam berfungsi sebagai pengental dari handsoap yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Rhouf, H dkk. 2021. Penyuluhan dan Pembuatan Liquid Hand Soap sebagai Bentuk
Pencegahan Covid-19 di Desa Sinarasa Serang. Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Serang.

Khuzaimah, S. 2017. Pemanfaatan Minyak Jelantah dan Ekstrak Kulit Citrus


reticulata sebagai Bahan Pembuatan Sabun. Fakultas Teknologi Industri
Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali. Cilacap.
LAMPIRAN

Penimbangan SLES Penambahan Air Penambahan SLES Penambahan CAPB

Penambahan Penambahan
Pewarna Penambahan EDTA dan BHT
Fragrance

Penambahan Pemindahan
Larutan Garam Handsoap ke Drigen

Anda mungkin juga menyukai