Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
A. Handsoap
Sabun cuci tangan merupakan kebutuhan pokok bagi para konsumen bagi masyarakat
menengah ke atas,dan pada umumnya sabun cuci tangan di gunakan pada fasilitas toilet
umum,restorant,hotel,tempat makan karna untuk membersihkan tangan dari sisa makanan yang
menempel pada tangan dengan bantuan air untuk mencuci tangan
Menurut Depkes Tahun 2007 tentang cuci tangan, masyarakat di anjurkan untuk mencuci
tangan dengan sabun cuci tangan. Karena dengan mencuci tangan dapat membersihkan tangan
dan kuku dari infeksi penyakit,debu dan kotoran di tangan yang telah beraktivitas pada benda-
benda di sekitar yang telah terkontaminasi bakteri dan kuman supaya tidak terinfeksi penyakit
oleh lingkungan sekitar dan pada benda yang tak terlihat bakteri dan kuman secara kasat mata.
Perbedaan mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dengan sabun batang adalah pemakain
sabun cuci tangan lha yang lebih efisien dan praktis ketimbang sabun cuci tangan
batangan,karena sabun cuci tangan memiliki keunggulan yaitu mudah di bawa dan mudah larut
dalam air,banyak peminat dari pada sabun cuci tangan batangan.
Dewasa ini banyak masyarakat yang membutuhkan Handsoap untuk membersihkan
tangan karena lebih efisien menggunakan handsoap daripada sabun batangan. Dengan cara
mempromosikan barang yang kita produksi di rumah-rumah makan, di sekolah taman kanak-
kanak, di Paud.
Dipasaran banyak beredar sabun yang bersifat khusus dan umum mencuci tangan. Sabun
cuci tangan yang bersifat umum adalah seperti sabun mandi. Sedangkan sabun yang bersifat
khusus yaitu sabun sepeda motor,sabun cuci piring dan hand shoap. Banyak peminat sabun cuci
tangan cair dengan aroma buah-buah dan bunga. Kemasan sabun cuci tangan yang beredar
dipasaran memiliki kemasan dalam bentuk botolan dan di beri motif-motif dan bentuk yang
unik dengan tujuan untuk agar menarik perhatian konsumen.
BAB II
2.1 Dasar Teori
A. Sabun cuci tangan
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan, badan, dan
lain-lain yang terbuat dari campuran alkali, dan trigliserida dari lemak. Sabun dibuat secara
kimia melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan.
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan
membran mukosa.
Sabun Batangan sabun yang berbentuk padat dan kegunaannya juga bisa sebagai sabun
badan,tangan dan muka.
Sabun cuci sepeda motor yaitu sabun yang khusus di gunakan untuk mencuci sepeda
motor maupun mobil.
Handsoap merupakan sabun cair khusus untukmencuci tangan agar bersih, wangi,
lembut, dan aman bagi kulit. Mencuci tangan dengan handsoap merupakan cara yang efektif agar
tetap sehat dan higienis. Bila dibanding mencuci tangan dengan sabun padat (batangan) rasanya
kuang prakis dan efektif saja. Dan fungsi hand soap adalah menjadikan tangan lebih bersih dan
terhindar dari bakteri yang menempel pada tangan dan menghindarkan kita dari penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri yang tidak terlihat oleh pancera indera.
Dahulu sewaktu kita masuk di rumah makan atau restaurant sewaktu kita hendak cuci
tanggn sabun yang tersedia untuk mencuci tangan kita memakai sabun padat. Tapi seiring
perubahan pola cara memakai sabun karena semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat, maka pemakaian sabun cuci tangan cair semakin meningkat dan semakin banyak
permintaan.
Apalagi pemerintah mencanangkan salah satu pola hidup sehat adalah selalu mencuci
tangan sebelum kita makan, dengan mencuci tangan dengan sabun berarti kita telah memutuskan
matarantai dengan yang namanya kuman. Bebera pamerk sabun cuci tangan terkenal juga
tentunya kita sering lihat iklannya di telivisi menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan kita
dengan mencuci tangan sebelum makan.
Bab 3
Pengamatan
3.1 Hasil pengamatan Hand Soap
No Prosedur Pengamatan
Di timbang : Texapon Gel = Berbentuk gel tak berarna
1. Texapon Gel 50 gr NaCl = Berbentuk cristal putih
2. NaCl 25 gr Foam Booster = Berfasa cair dan berwarna kuning
3. Trilion 0,5 gr Trilion = Berfasa Kristal Putih
Di ukur : Dewisil Liquid = Berbentuk cair dan tidak berwarna
1 1. Foam Booster 10 ml Detol = Cairan Berwarna Orange dan Berbau
2. Dewisil Liquid 1 ml Parfum = Cairan tak berwarna dan Ber bau wangi
3. Detol 1 ml Pewarna = Cairan Berwarna
4. Parfum 2ml Air = Cairan Tak Berwarna
5. Pewarna Secukupnya
6. Air 500 ml
Ditimbang 50 gr Texapon di Setelah diaduk menjadi pasta yang tercampur homogen berwarna putih
2 masukkan ke wadah dan di campur
dengan 25 gr NaCl “Campuran 1”
3 Diukur 10 ml Foam Booster Pasta berwarna putih dan sedikit berbusa
dengan gelas ukur dan direaksikan
dengan “campuran 1” menjadi
“campuran 2”
Ditimbang Trilion 0,5 gr dicampur Pasta berwarna putih agak sedikit menggumpal
4 dengan “campuran 2” dan aduk
sampai rata “campuran 3”
Ditimbang 1 gr Dewisil Liquid Pasta berwarna putih agak menggumpal
direaksikan dengan campuran
5
“campuran 3” menghasilkan
“campuran 4”
Diukur 1 ml Detol diraeksikan Menghasilkan campuran berwarna putih dan menggumpal dan berbau
6 dengan “campuran 4” detol
menghasilkan “campuran 5”
Diukur 500 ml Aquadest di Campuran agak sedikit sulit di aduk dan berbusa
campurkan dengan “campuran 5”
7
tambah dan aduk scara berkala
menghasilkan “campuran 6”
Ditambahkan parfum 2 ml dan Campuran pasta berbau wangi dan berwarna dan sedikit banyak
pewarna secukupnya di reaksikan gelembung
8
dengan “campuran 6” menjadi
produk
3.1.1 Peralatan
Peralatan Fungsi alat Jumlah
Timbangan Untuk menimbang bahan- 2
bahan yang padat
Pengaduk Sebagai pengaduk bahan- 1
bahan
Baskom Tempat pencampuran 1
Gelas Ukur Untuk mengukur bahan-bahan 1
yang cair
Sendok tanduk Untuk mengambil bahan- 1
bahan yang padat
Pipet Untuk mengambil bahan- 3
bahan yang cair
Kertas perkament Kertas yang digunakan untuk 1 pak
alas menimbang
0. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, menimbang 50 gr Texaphon, menimbang 25 gr NaCl
mencampurkan kedua bahan aduk hingga rata menjadi campuran 1. Mengukur Foam Booster 10
ml, lalu mencampurkan dengan campuran 1 aduk hinnga rata menghasilkan campuran
2. Menimbang Trilon 0,5 gr mencampurkan dengan campuran 2 lalu menghasilkan campuran
3. Mengukur Dewisil Liquid 1 ml, lalu mencampurkan dengan campuran 3 aduk hingga rata
menghasilkan campuran
4. Mengukur Detol 1 ml, lalu mencampurkan dengan campuran 4 aduk hingga rata menghasilkan
campuran
5. Mengukur air 500 ml, lalu mencampurkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran 5 aduk
hingga rata sampai larut dan menghasilkan campuran
6. Mengukur parfum 2 ml lalu mencampurkan dengan campuran 6 aduk hingga rata dan
menghasilkan campuran
7. Mengukur pewarna secukupunya lalu mencampurkan dengan campuran 7 aduk hingga rata
menghasilkan campuran
8. Lalu diamkan
LAPORAN EMULSI HANDBODY OLIVE OIL
▼
▼
BAB I
PENDAHULUAN
1. Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan
2. Mengetahui metode-metode krim yang tepat
3. Mampu mengevaluasi sediaan shampo
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Shampo
Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah
anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan
anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat
memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali
produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh
tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan
produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk
binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia
tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti
ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa
namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti
sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang menggunakan
bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai
berikut :
1. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut
dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti
lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran
rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak,
kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh
oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan
kedalamnya.
Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki
sifatfisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang
dikehendaki untuk shampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan daya
pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang,
rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan
busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat,
juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat detergen ini tergantung pada panjang
rantai alkohol lemak yang digunakan. Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil )
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16
( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih
yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak,
kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai karbonnya, sehingga shampo yang
dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu
rendah. Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa,
lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8
( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada
suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
Trietanolamina( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam
pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil. Amonium alkilsulfat,
meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan
shampo, karena suhu padatnya tinggi. Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran
detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina
alkilsulfat. Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik,
rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur.
Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :
1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan
baik.
3. Warnanya tidak boleh menyolok.
Jenis-jenis shampo
1. Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan
natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2. Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat
tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin,
shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo
strawberry.
3. Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat
memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti
setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida
minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4. Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi
viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa;
kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan
pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5
%.
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Cawan porselen
3. Beker glass
4. Mortir
5. Lumpang
6. Penangas
7. Spatula
III.2 Bahan
1. Asam salisilat 3%
2. Natrium lauryl sulfat 30%
3. Asam oleat 20%
4. Trietanolamin 10%
5. Nipagin 0,2%
6. Parfum qs
7. Aquadest ad 50 gram
I.1 Formula
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu hair care,
yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag terdiri dari
surfactan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya. Sampo
mempunyai fungsi untuk membersihkan kotora yang ada di kulit kepala.
Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda yaitu cream
sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam salisilat sebagai
zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti
ketombe. Dalam formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam salisilat. Formula yang
dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi natrium lauril sulfat yang
digunakan, untuk kelompok 1 konsentrasi natrium lauril sulfat sebesar 20%, sedangkan
kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat merupakan surfactan anionic yang biasa
digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat
digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada
di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah dimodifikasi menjadi bentuk Na
laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang digunakan dalam
formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, begitu pula dengan
TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini
yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan
ini adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa
digunakan dalam sediaan farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang
menggunakan surfactan base seperti pada sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena
dalam periode beberapa bulan saja sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream
W/O, sehingga nipagin ini kurang efektif.
Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar 7-8 dengan
kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan lama, viskositas
sediaan juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1 dan 2 adalah
masalah pH, untuk formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat sebanyak 25% memilki
pH sekitar 7 dan busa yang dihasilkan lebih sedikit, sedangkan formula 2 dengan konsentrasi Na
lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8 dan busa yang dihasilkan lebih banyak, karena dengan kadar
Na lauril sulfat yang tinggi akan meningkatkan kebasaan dari sediaan dan Na lauril sulfat juga
sebagai pembentuk busa, maka dengan tingginya kadar Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga
lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo ini jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis
digunakan. Efek setelah penggunaan cream sampo ini adalah berminyak/lengket pada rambut
sehingga kurang menyenangkan untuk digunakan, selain itu sediaan ini kurang praktis dalam
penggunaannya.
Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff. Sulfur
yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat sebagai
surfactan dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat pengemulsi. NaOH
yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan memperbaiki struktur
polimer sehingga viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari formula ini kurang baik
dengan pH basa yaitu sekitar 10 dan sulfur tidak bercampur dengan baik dalam sediaan tersebut,
sehingga kehomogenitasan dari sediaan ini sangat kurang. Bau dari sulfur sendiri kurang
menyenangkan sehingga sediaan mempunyai bau yang kurang baik meskipun telah ditambahkan
parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini karena sediaan ini merupakan sampo basis
surfactan.
Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan sampo
adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan busa yang
banyak seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk menambah
viskositas dari sediaan sampo sehingga menjadi conditioner biasanya ditambahkan wax, wax
yang ditambahkan pada formulasi ini adalah lilin putih dan adeps lanae. Surfactan yang
digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na lauril sulfat, pada formula ini digunakan cetil
alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut dalam air. Pada formula ini juga
digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi sediaan. Nipagin pun kurang
efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika dikombinasikan dengan pengawet lainnya.
Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi lilin putih,
adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada formulasi a lebih
banyak 5%, dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%, untuk cetyl alkohol
pada formula a lebih sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula ini seharusnya hasil
sediaan dari formula a mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari formula b, namun ternyata
formula a hasilnya lebih encer dari formula b, sedangkan formula b mempunyai viskositas dan
homogenitas yang baik, dan mempunyai kesan lembut.
Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang digunakan
kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga sangat
mempengaruhi.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada
beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat,
dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya
pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH,
homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik
produk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda,htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Shampoo
http://id.shvoong,com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/
Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI
Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London:
Pharmaceutical Press
Source : http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com
BAB I
DASAR TEORI
Dasar teori
Antiperspirant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud mempersempit
pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodorant adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan.
Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan pergaulan modern,
sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan
perubahan kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan
bentuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan kosmetik yang bertujuan untuk
menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akann
mengeluarkan air sebanyak 650-750 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini
akan menguap dan meninggalkan sisa-sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri
berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat
deodorant harus memenuhi syarat sebagai barikut :
Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
Tidak beracun
Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa :
Pewangi atau parfum
Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa
antibiotic topical seperti neomisin
Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau
menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
Bahan aktif yang digunakan dalam antiperspirant dapat berupa : penyumbat saluran keringat,
penekan produksi keringat seperti senyawa aluminium.
Zat tambahan
1. Alcohol
Nama lain : ethanol 96%, ethil alcohol
Berat molekul : 46,07
Rumus empiris: C2H6O
Fungsi : antimikroba (≥10%)
Kelarutan : tidak larut dengan kloroform, ether,glyserin, dan air
OTT : alkali, garam organik
2. Lilin putih
Nama lain : cera alba
Fungsi : emulgator
Pemerian : tidak berasa, berwarna putih atau berwarna kekunung-kuningan
Kelarutan : larut dalam kloroform,ether, campuran minyak, minyak yang mudah
menguap,sukar larut dalam erhanol95%, praktis tidak larut dalam air
OTT : zat pengoksidasi
3. Nipagin
Nama lain : metil paraben
Rumus empiris: C8H8O3
Berat molekul : 152,15
Fungsi : anti mikroba (0,02-0,3%)
Pemerian : berbentik Kristal tidak berwarna atau Kristal putih
Kelarutan : air 1:400,1:50 pada 500C, ethanol 1:2
OTT : surfaktan nonionic, logam, talk, tragakan,dan lain-lain
4. Propilenglikol
Nama lain : metal etilen glikol
Rumus molekul: C3H8O2
Berat molekul : 76,09
Fungsi : solvent atau cosolvent (5-80%)
Pemerian : jernih, tidak berwarna, kental
Kelarutan : tidak larut dalam aseton, kloroform,etanol95%,
OTT : pereaksi pengoksidasi seperti potassium permanganate
6. Boraks
Sinonim : natrii tetraboraks
Rumus molekul: Na2B4O7.10H2O
Berat molekul : 381,37
Pemerian : hablur transparent tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
asin dan basa. Dalam udara kering merapuh.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang
1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P
Fungsi : antiseptikum eksternal
8. Oleum ricini
Sinonim : minyak jarak
Pemerian : cairan kental, kuning pucat atau hamper tidak berwarna, bau lemah, rasa manis
kemudian agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (90%)P, mudah larut dalam etanol mutlak P dan
dalam asam asetat glacial P
Bobot per ml : 0,953 sampai 0,964 g
Indeks bias : 1,477 sampai 1,481
Bilangan asam tidak lebih dari 2,0
Bilangan asetil tidak lebih dari 140 bilangan iodium 62 sampai 90
Bilangan penyabunan 177 sampai 187
BAB II
MATERI DAN METODE
Bahan
Alumunium klorida 12 gram
Alumunium sulfat 2 gram
Boraks 0,5 gram
Nipagin 0,225 gram
Parfum qs
Oleum ricini 3,75 gram
Na laurel sulfat 5 gram
Gliserin 2,5 gram
Air secukupnya
Formulasi
1. Formulasi deodorant cair (Formula 1, Kelompok 1 dan 2)
Alumunium klorida 9%
Alumunium sulfat 4%
Boraks 1%
Nipagin 0,25%
Parfum qs
Air ad 100%
Cara Pembuatan
Formula 1 ( formula deodorant cair )
1. Disiapkan alat dan timbang bahan yang akan digunakan.
2. Alumunium klorida dan alumunium sulfat dilarutkan dengan air secukupnya.
3. Setelah dilarutkan, ditambahkan boraks dan nipagin dan diaduk hingga homogen.
4. Lalu, ditambahkan sisa air, parfum dan diaduk sampai homogen.
5. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi tanda/label.
BAB III
DATA PENGAMATAN