Anda di halaman 1dari 26

Laporan Cara Membuat Hand Soap

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
A. Handsoap
Sabun cuci tangan merupakan kebutuhan pokok bagi para konsumen bagi masyarakat
menengah ke atas,dan pada umumnya sabun cuci tangan di gunakan pada fasilitas toilet
umum,restorant,hotel,tempat makan karna untuk membersihkan tangan dari sisa makanan yang
menempel pada tangan dengan bantuan air untuk mencuci tangan
Menurut Depkes Tahun 2007 tentang cuci tangan, masyarakat di anjurkan untuk mencuci
tangan dengan sabun cuci tangan. Karena dengan mencuci tangan dapat membersihkan tangan
dan kuku dari infeksi penyakit,debu dan kotoran di tangan yang telah beraktivitas pada benda-
benda di sekitar yang telah terkontaminasi bakteri dan kuman supaya tidak terinfeksi penyakit
oleh lingkungan sekitar dan pada benda yang tak terlihat bakteri dan kuman secara kasat mata.
Perbedaan mencuci tangan dengan sabun cuci tangan dengan sabun batang adalah pemakain
sabun cuci tangan lha yang lebih efisien dan praktis ketimbang sabun cuci tangan
batangan,karena sabun cuci tangan memiliki keunggulan yaitu mudah di bawa dan mudah larut
dalam air,banyak peminat dari pada sabun cuci tangan batangan.
Dewasa ini banyak masyarakat yang membutuhkan Handsoap untuk membersihkan
tangan karena lebih efisien menggunakan handsoap daripada sabun batangan. Dengan cara
mempromosikan barang yang kita produksi di rumah-rumah makan, di sekolah taman kanak-
kanak, di Paud.
Dipasaran banyak beredar sabun yang bersifat khusus dan umum mencuci tangan. Sabun
cuci tangan yang bersifat umum adalah seperti sabun mandi. Sedangkan sabun yang bersifat
khusus yaitu sabun sepeda motor,sabun cuci piring dan hand shoap. Banyak peminat sabun cuci
tangan cair dengan aroma buah-buah dan bunga. Kemasan sabun cuci tangan yang beredar
dipasaran memiliki kemasan dalam bentuk botolan dan di beri motif-motif dan bentuk yang
unik dengan tujuan untuk agar menarik perhatian konsumen.
BAB II
2.1 Dasar Teori
A. Sabun cuci tangan
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan, badan, dan
lain-lain yang terbuat dari campuran alkali, dan trigliserida dari lemak. Sabun dibuat secara
kimia melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan.
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan
membran mukosa.

Sabun Batangan sabun yang berbentuk padat dan kegunaannya juga bisa sebagai sabun
badan,tangan dan muka.

Sabun cuci sepeda motor yaitu sabun yang khusus di gunakan untuk mencuci sepeda
motor maupun mobil.
Handsoap merupakan sabun cair khusus untukmencuci tangan agar bersih, wangi,
lembut, dan aman bagi kulit. Mencuci tangan dengan handsoap merupakan cara yang efektif agar
tetap sehat dan higienis. Bila dibanding mencuci tangan dengan sabun padat (batangan) rasanya
kuang prakis dan efektif saja. Dan fungsi hand soap adalah menjadikan tangan lebih bersih dan
terhindar dari bakteri yang menempel pada tangan dan menghindarkan kita dari penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri yang tidak terlihat oleh pancera indera.

Dahulu sewaktu kita masuk di rumah makan atau restaurant sewaktu kita hendak cuci
tanggn sabun yang tersedia untuk mencuci tangan kita memakai sabun padat. Tapi seiring
perubahan pola cara memakai sabun karena semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat, maka pemakaian sabun cuci tangan cair semakin meningkat dan semakin banyak
permintaan.

Apalagi pemerintah mencanangkan salah satu pola hidup sehat adalah selalu mencuci
tangan sebelum kita makan, dengan mencuci tangan dengan sabun berarti kita telah memutuskan
matarantai dengan yang namanya kuman. Bebera pamerk sabun cuci tangan terkenal juga
tentunya kita sering lihat iklannya di telivisi menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan kita
dengan mencuci tangan sebelum makan.
Bab 3
Pengamatan
3.1 Hasil pengamatan Hand Soap

No Prosedur Pengamatan
Di timbang : Texapon Gel = Berbentuk gel tak berarna
1. Texapon Gel 50 gr NaCl = Berbentuk cristal putih
2. NaCl 25 gr Foam Booster = Berfasa cair dan berwarna kuning
3. Trilion 0,5 gr Trilion = Berfasa Kristal Putih
Di ukur : Dewisil Liquid = Berbentuk cair dan tidak berwarna
1 1. Foam Booster 10 ml Detol = Cairan Berwarna Orange dan Berbau
2. Dewisil Liquid 1 ml Parfum = Cairan tak berwarna dan Ber bau wangi
3. Detol 1 ml Pewarna = Cairan Berwarna
4. Parfum 2ml Air = Cairan Tak Berwarna
5. Pewarna Secukupnya
6. Air 500 ml
Ditimbang 50 gr Texapon di Setelah diaduk menjadi pasta yang tercampur homogen berwarna putih
2 masukkan ke wadah dan di campur
dengan 25 gr NaCl “Campuran 1”
3 Diukur 10 ml Foam Booster Pasta berwarna putih dan sedikit berbusa
dengan gelas ukur dan direaksikan
dengan “campuran 1” menjadi
“campuran 2”
Ditimbang Trilion 0,5 gr dicampur Pasta berwarna putih agak sedikit menggumpal
4 dengan “campuran 2” dan aduk
sampai rata “campuran 3”
Ditimbang 1 gr Dewisil Liquid Pasta berwarna putih agak menggumpal
direaksikan dengan campuran
5
“campuran 3” menghasilkan
“campuran 4”
Diukur 1 ml Detol diraeksikan Menghasilkan campuran berwarna putih dan menggumpal dan berbau
6 dengan “campuran 4” detol
menghasilkan “campuran 5”
Diukur 500 ml Aquadest di Campuran agak sedikit sulit di aduk dan berbusa
campurkan dengan “campuran 5”
7
tambah dan aduk scara berkala
menghasilkan “campuran 6”
Ditambahkan parfum 2 ml dan Campuran pasta berbau wangi dan berwarna dan sedikit banyak
pewarna secukupnya di reaksikan gelembung
8
dengan “campuran 6” menjadi
produk

3.1.1 Peralatan
Peralatan Fungsi alat Jumlah
Timbangan Untuk menimbang bahan- 2
bahan yang padat
Pengaduk Sebagai pengaduk bahan- 1
bahan
Baskom Tempat pencampuran 1
Gelas Ukur Untuk mengukur bahan-bahan 1
yang cair
Sendok tanduk Untuk mengambil bahan- 1
bahan yang padat
Pipet Untuk mengambil bahan- 3
bahan yang cair
Kertas perkament Kertas yang digunakan untuk 1 pak
alas menimbang

3.1.2 MSDS ( Material Safety Data Sheet ) Bahan


Bahan K3 Cara penanganan
Texaphon Jika digunakan berlebih iritasi kulit. Memakai sarung tangan bila
mau mengambil.
Sodium Chloride Beracun, korosif pada kulit dan mata Memakai masker saat
menggunakan, memakai
sarung tangan dan
menggunkan penutup kepala.
Foam Booster Beracun, iritasi pada kulit dan mata. Memakai masker saat
menggunakan, memakai
sarung tangan dan
menggunkan penutup kepala
Dewisil Liquid Iritasi pada kulit dan mata. Menggunakan, memakai
sarung tangan dan
menggunkan penutup kepala
Trilon Iritasi pada kulit, berbhaya jika Memakai masker saat
terhirup. menggunakan, dan memakai
sarung tangan.
Pewarna Tidak berbahaya -
Parfum Berbahaya jika terkena mata. Sebaiknya menggunakan helm
khusus di laboratorium
Air Tidak berbahaya -

3.1.3 Neraca Massa Hand Soap


Texapon 50 gr + NaCl 25 gr + Trilion 0,5 gr + Foam booster 10 ml + Dewisil Liquid 1 ml +
Detol 1 ml + Parfum 2 ml + Pewarna (secukupnya) + Air 500 ml = Handsoap 589,5 ml

3.1.4 Pembahasan Tiap Langkah Pembuatan Hand Soap

0. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, menimbang 50 gr Texaphon, menimbang 25 gr NaCl
mencampurkan kedua bahan aduk hingga rata menjadi campuran 1. Mengukur Foam Booster 10
ml, lalu mencampurkan dengan campuran 1 aduk hinnga rata menghasilkan campuran
2. Menimbang Trilon 0,5 gr mencampurkan dengan campuran 2 lalu menghasilkan campuran
3. Mengukur Dewisil Liquid 1 ml, lalu mencampurkan dengan campuran 3 aduk hingga rata
menghasilkan campuran
4. Mengukur Detol 1 ml, lalu mencampurkan dengan campuran 4 aduk hingga rata menghasilkan
campuran
5. Mengukur air 500 ml, lalu mencampurkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran 5 aduk
hingga rata sampai larut dan menghasilkan campuran
6. Mengukur parfum 2 ml lalu mencampurkan dengan campuran 6 aduk hingga rata dan
menghasilkan campuran
7. Mengukur pewarna secukupunya lalu mencampurkan dengan campuran 7 aduk hingga rata
menghasilkan campuran
8. Lalu diamkan
LAPORAN EMULSI HANDBODY OLIVE OIL

Read more : http://niszk-pharmacy.blogspot.com/2017/07/laporan-emulsi-handbody-olive-


oil.html


Tuesday, July 9, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI :FORMULASI SHAMPO | Kosmetik

LAPORAN KOSMETOLOGI - FORMULASI SHAMPO

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga
setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah
diatur dan berkilau. Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna, "memijat". Di
Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.
Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan
sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum,
keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata.
Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim,
pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat
meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur
rambut secara keseluruhan.
Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur,
memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan
terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1. Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2. Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit
kepala
3. Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
4. Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata
5. Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
6. Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
7. Memiliki performa yang baik
Antidandruffshampoo merupakan shampoo yang ditujukan untuk mengontrol sel kulit mati
dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif
seperti senium sulfide, zinc pirythion, sulfur.

I.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan
2. Mengetahui metode-metode krim yang tepat
3. Mampu mengevaluasi sediaan shampo

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Shampo
Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah
anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan
anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat
memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali
produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh
tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan
produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk
binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia
tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti
ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa
namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti
sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang menggunakan
bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai
berikut :
1. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut
dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti
lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran
rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak,
kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh
oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan
kedalamnya.
Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki
sifatfisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang
dikehendaki untuk shampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan daya
pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang,
rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan
busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat,
juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat detergen ini tergantung pada panjang
rantai alkohol lemak yang digunakan. Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil )
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16
( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih
yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak,
kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai karbonnya, sehingga shampo yang
dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu
rendah. Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa,
lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8
( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada
suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
Trietanolamina( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam
pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil. Amonium alkilsulfat,
meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan
shampo, karena suhu padatnya tinggi. Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran
detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina
alkilsulfat. Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik,
rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur.
Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :
1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan
baik.
3. Warnanya tidak boleh menyolok.

Zat tambahan shampo


Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu
ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.
1. Alkolobromida asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan
hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau
isopropanolamina yang sesuai.
2. Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan
asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan,
sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan
rambut yang serasi.
3. Asam amino
Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan,
setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut,
dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan
memperbaiki kelembaban rambut.
4. Zat tambahan shampo lain
Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap
pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon,
karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.

Jenis-jenis shampo
1. Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan
natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2. Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat
tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin,
shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo
strawberry.
3. Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat
memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti
setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida
minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4. Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi
viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa;
kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan
pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5
%.

II.2 Zat Tambahan

1. Sodium lauryl sulfate


v Sinonim : Natrii lauryl sulphate
v Rumus molekul : C12 H25 NaO 4
v Berat molekul : 288.38
v Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
v Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen
pada shampoo (≈10%)
v pH : 7.0-9,5
v kelarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
v OTT : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.
2. Oleic acid
v Sinonim : asam oleat
v Rumus molekul : C18 H34O2
v Berat molekul : 282,47
v Fungsi : emulsifying agent
v Kelarutan : sangat larut dalam benzene, kloroforom, ethanol 95%, eter,
heksan,praktis tidak larut dalam air
v OTT : aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine,, asam perklorat, dan zat
pengoksidasi
3. Triethanolamin
v Sinonim : TEA
v Rumus molekul : C6H15NO3
v Berat molekul : 149,19
v Fungsi : emulsifying agent
v pH : 10,5
v Kelarutan : tidak larut dalam aceton, etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24,
larut dalam kloroform.
v OTT : asam mineral, asam lemak, copper, tionyl klorida
4. Methyl paraben
v Sinonim : nipagin
v Rumus molekul : C8H8O3
v Berat molekul : 153,13
v Fungsi : antimikroba( topical 0,02-0,3%)
v Pemerian : serbuk berwarna putih, tidak berwarna, serbuk Kristal
v Kelarutan : sangat larut dalam aseton,etanol 1 in 2, etanol 95% 1 in 3, eter 1 in 10 air 1 in
400
v OTT : surfaktan nonionic
5. Sulfur
v Sinonim : belerang
v Pemerian : tidak berbau,, tidak berasa, serbul lembek, bebs butiran, kuning keabuan pucat
atau kuning kehijeuan pucat.
v Kelarutan ; praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida P,
sukar larut dalam minyak zaitun,sangat sukar larut dalam etanol 955
v Khasiat : antiskabies
6. Acidium salicycum
v Sinonim : asam salisilat
v Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir tidak berbau, rasa
agak manis dan tajam
v Kelarutan : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol 955, mudah larut dalam
kloroform, dan dalam eter, larut dalam larutan ammonium asetat,
v Fungsi : keratolitikum
7. Steararic acid
v Sinonim : asam stearat
v Rumus molekul : C 15H36O2
v Berat molekul : 284,47
v Fungsi : emulsifying agent 91-20%)
v Pemerian : keras, putih,, Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk.
v Kelarutan : sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut
dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air
v OTT : logam hidroksida dan zat pengoksidasi
8. White wax
v Sinonim : lilin putih
v Fungsi : emulsifying agent
v Kelarutan : larut dalam kloroform, eter,fixed oil, minyak yang mudah menguap, dan
karbon disulfide, praktis tidak larut dalam air
v OTT : zat pengoksidasi
9. Cetyl alcohol
v Sinonim : cetil alcohol
v Rumus molekul : C 16H34O
v Berat molekul : 242,44
v Fungsi : coating agent, emulsifying agent
v OTT : zat pengoksidasi kuat

BAB III
MATERI DAN METODE

III.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Cawan porselen
3. Beker glass
4. Mortir
5. Lumpang
6. Penangas
7. Spatula

III.2 Bahan
1. Asam salisilat 3%
2. Natrium lauryl sulfat 30%
3. Asam oleat 20%
4. Trietanolamin 10%
5. Nipagin 0,2%
6. Parfum qs
7. Aquadest ad 50 gram

III.3 Prosedur Kerja


1. Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas waterbath hingga 60º C
2. Ditambahkan TEA perlahan – lahan sambil diaduk.
3. Dimasukkan kedalam botol dan dibiarkan dingin.
4. Ditambahkan parfum pada suhu 350C
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN

I.1 Formula

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6


Na Lauryl Asam salisilatSulfur 2% Sulfur 2% Lilin putih 15% Lilin putih 10%
sulfat 40% 3%
Asam oleat Na lauryl sulfatNa lauryl sulfatNa lauryl sulfatAdeps lanae 5% Adeps lanae
20% 30% 25% 30% 10%
TEA 10% asam oleat 20% Asam stearatAsam stearatCetil alcoholCetil alcohol 8%
7% 7% 5%
Nipagin 0,2% TEA 10% NaOH 1% NaOH 1% Na lauryl sulfatNa lauryl sulfat
10% 10%
Parfum Nipagin 0,2% Nipagin 0,3% Nipagin 0,3% Parfum Parfum
Aquadest ad Parfum Parfum Parfum Nipagin 0,2% Nipagin 0,2%
50 gr
Aquadest ad 50Aquadest adAquadest adAquadest adAquadest ad
gr 50gr 50gr 50gr 50gr

IV.2 Hasil Pengamatan


Formula/evaluasi 1 2 3 4 5 6
viskositas kental kental Kental kental encer encer
pH 9 8 9 10 6,5 7
homogenitas homogen homogen homogen homogen homogen homogen
Karakteristik Wangi, putih Wangi, putih Wangi, putih Wangi, putih Wangi, putih Wangi, putih
produk
Pembentukan Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk
busa banyak busa banyak busa banyak busa banyak busa banyak busa banyak busa

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu hair care,
yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag terdiri dari
surfactan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya. Sampo
mempunyai fungsi untuk membersihkan kotora yang ada di kulit kepala.
Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda yaitu cream
sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam salisilat sebagai
zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti
ketombe. Dalam formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam salisilat. Formula yang
dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi natrium lauril sulfat yang
digunakan, untuk kelompok 1 konsentrasi natrium lauril sulfat sebesar 20%, sedangkan
kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat merupakan surfactan anionic yang biasa
digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat
digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada
di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah dimodifikasi menjadi bentuk Na
laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang digunakan dalam
formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, begitu pula dengan
TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini
yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan
ini adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa
digunakan dalam sediaan farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang
menggunakan surfactan base seperti pada sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena
dalam periode beberapa bulan saja sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream
W/O, sehingga nipagin ini kurang efektif.
Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar 7-8 dengan
kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan lama, viskositas
sediaan juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1 dan 2 adalah
masalah pH, untuk formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat sebanyak 25% memilki
pH sekitar 7 dan busa yang dihasilkan lebih sedikit, sedangkan formula 2 dengan konsentrasi Na
lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8 dan busa yang dihasilkan lebih banyak, karena dengan kadar
Na lauril sulfat yang tinggi akan meningkatkan kebasaan dari sediaan dan Na lauril sulfat juga
sebagai pembentuk busa, maka dengan tingginya kadar Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga
lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo ini jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis
digunakan. Efek setelah penggunaan cream sampo ini adalah berminyak/lengket pada rambut
sehingga kurang menyenangkan untuk digunakan, selain itu sediaan ini kurang praktis dalam
penggunaannya.
Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff. Sulfur
yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat sebagai
surfactan dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat pengemulsi. NaOH
yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan memperbaiki struktur
polimer sehingga viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari formula ini kurang baik
dengan pH basa yaitu sekitar 10 dan sulfur tidak bercampur dengan baik dalam sediaan tersebut,
sehingga kehomogenitasan dari sediaan ini sangat kurang. Bau dari sulfur sendiri kurang
menyenangkan sehingga sediaan mempunyai bau yang kurang baik meskipun telah ditambahkan
parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini karena sediaan ini merupakan sampo basis
surfactan.
Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan sampo
adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan busa yang
banyak seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk menambah
viskositas dari sediaan sampo sehingga menjadi conditioner biasanya ditambahkan wax, wax
yang ditambahkan pada formulasi ini adalah lilin putih dan adeps lanae. Surfactan yang
digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na lauril sulfat, pada formula ini digunakan cetil
alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut dalam air. Pada formula ini juga
digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi sediaan. Nipagin pun kurang
efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika dikombinasikan dengan pengawet lainnya.
Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi lilin putih,
adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada formulasi a lebih
banyak 5%, dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%, untuk cetyl alkohol
pada formula a lebih sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula ini seharusnya hasil
sediaan dari formula a mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari formula b, namun ternyata
formula a hasilnya lebih encer dari formula b, sedangkan formula b mempunyai viskositas dan
homogenitas yang baik, dan mempunyai kesan lembut.
Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang digunakan
kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga sangat
mempengaruhi.

BAB VI
KESIMPULAN

1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada
beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat,
dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya
pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH,
homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik
produk.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda,htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Shampoo
http://id.shvoong,com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/
Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI

Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London:
Pharmaceutical Press
Source : http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com

LAPORAN DEODORAN DAN ANTIPERSPIRANT

BAB I
DASAR TEORI

Dasar teori
Antiperspirant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud mempersempit
pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodorant adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan.
Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan pergaulan modern,
sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan
perubahan kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan
bentuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan kosmetik yang bertujuan untuk
menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akann
mengeluarkan air sebanyak 650-750 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini
akan menguap dan meninggalkan sisa-sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri
berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat
deodorant harus memenuhi syarat sebagai barikut :
 Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
 Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
 Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
 Tidak beracun
Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa :
 Pewangi atau parfum
 Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa
antibiotic topical seperti neomisin
 Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau
menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
Bahan aktif yang digunakan dalam antiperspirant dapat berupa : penyumbat saluran keringat,
penekan produksi keringat seperti senyawa aluminium.

KELENJAR KERINGAT DAN FUNGSINYA


Kelenjar Sekresi
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan ekrin, keduanya
mempunyai beberapa perbedaan:
1. Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi yang langsung ke
permukaan kulit. Kelenjar apokrin strukturnya mirip dengan kelenjar ekrin tetapi ukurannya
lebih besar dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel rambut.
2. Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin praktis terdapat
hamper diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Diperkirakan jumlahnya lebih
dari dua juta kelenjar terutama pada kulit telapak tangan, kaki dan kepala. Kelenjar apokrin
terdapat di ketiak, sekitar puting sus, daerah anal dan genital. Perbedaan lain kedua kelenjar ini
meliputi fungsi, jumlah dan susunan kimia sekresinya.
3. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar naik,
keringat akan keluar,suhu badan akan kembali normal akibat penguapan keringat tersebut. Pada
orang sehat kejadian ini berlangsung secara otomatis. Kelenjar ekrin berfungsi melengkapi
ginjal.
Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada sejak lahir,
tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak, mulai berfungsi setelah meningkat remaja.
Perkeembangannya lebih cepat wanita daripada pria, danaktifitasnya mencapai puncak jika
kehidupan seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).
4. Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin makin lama perannya
makin lambat.

Bau badan dan pengontrolannya


Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda pada beberapa
daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau keringat yang lebih nyata terutama di
daerah ketiak dan bagian genetalia disbanding dngan daerah kulit yang lain, karena ditempat
tersebut kelenjar apokrin.
Keringat apokrin mengandung sejumlah besar lipid yang dapat menghasilkan baud an
bahan proteinseus yangmencapai permukaan kulit dan dirusak oleh bakteri. Hasil peruraian ini
yang menyebabkan bau ketak atau bau badan yang tidak enak. Bakteri dan jamur akan berperan
pada pH sekresi apokrin yang netral atau agak alkali.
Killian dan Panzarella menunjukkan bahwa bakteri merupakan unsure penting dalam
menghasilkan bau keringat, bakteri tidak dapat berkembang dalam sedimen keringat yang steril
dan tidak larut.
Jika untuk mengilangkan bau badan dengn penggunaan air dan sabun kurang efektif,
dapat dicoba cara lain. Bau badan tersebt dapat dikurangi atau ditekan dengn menggunakan
sediaan topical yang mengandung antiseptikum dengan kadar tertentu yangdioleskan pada bagian
tertentu, sehungga jasad renik penyebab dapat dimatikan, pertumbuhan dan aktivitas biologinya.
Jika penggunaan antiseptikum belum juga dapat menghilangkan bau trsebut, dapat dicoba
dengan menggunakan antibakteri.
Penggunaan germisida, misalnya heksaklorofen dalam sabun deodorant, agar
meninggalkan bau sedap diperlukan parfum kadar tinggi. Untuk mengontrol bau badan ditempuh
dua jalan berikut :
1. Penggunaan sediaan topical yang mengandung antiseptikum yang cocok, untuk mencegah
peruraian keringat oleh bakteri misalnya dengan menggunakan deodorant.
2. Penggunaan sediaan topical yang mengandung adstringen yang cocokuntuk mengurangi
keluarnya keringat, misalnya dengan menggunakan antiperspirant.
sekarang telah diformulasikan sediaan yang merupakan gabungan antara deodorant dengan
antiperspirant.

Penggunaan senyawa antibakteri dalam deodorant


Senyawa antibakteri yang saat inibanyak digunakan dalam deodorant adalah
heksaklorofen. Bitionol dan bisfenol sudah tidak digunakan lagi karena dapat menyebabkan
fotosensitasi. Penggunaan heksaklorofen dalam sediaan deodorant jarangmenyebabkan iritasi
kulit, tetapi mempunyai aktivitas terhadap bakteri klora, walaupun lukit tersebut sudah dicuci.
Bisfenol dapat mencegah penggandaan baktei baru pada kulit. Penggunaan secara teratur sabun
obat yang mengandung heksaklorofen akan mengurangi bakteri flora selama 18-24 jam tetapi
penggunaan heksaklorofen sudah berkurang. Senyawa lain yang sering digunakan dalam
deodorant adalah tetrametil tiurandisulfide (TMTD). Menurut pendapat Vinson lebih baik
daripada heksaklorofen dan bitionol dalam mengurangi bakteri flora pada kulit. Keburukan
sediaan yang mengandung TMTD pada penyimpanan menjadi berbau, karena terjadi peruraian
pada TMTD.
Antibiotikum, misalnya neomisin, mempunyai daya penetrasi yang baik, dan tidak
mengiritasi kulit, sering digunkan pada deodorant.

Mekanisme kerja antiperspirant


Penggunaan sediaan topical yang cocok untuk mengurangi keluarnya keringat
berdasarkan pengurangan jumlah keringat, perubahan serangan bakteri sehingga bau badan
dapatdicegah. Penggunaan garam aluminium saja dapat dianggap mempunyai efek antibakteri
karena menghasilkan pH asam dari proses hidrolisis. Kulit dengan pH asam dianggap merupakan
pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan antiperspiran harus berdasarkan
hidrolisa garam logam, karena mempunyai efekmenghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap
efek aluminium sulfat, aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%,
ternyata mempunyai efek bakterisida dan bakteriostatik yang sangat kuat. Efek deodorant garam
aluminium terjadi dengan dua cara :
1. Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan pH yang relative rendah.
2. Netralisasi bau dengan kombinasi kimia.
Penggunaan aluminium klorida atau krim topical yang mengandung aluminium klorida dan
surfaktan dapat mengurangi keluarnya keringat dan bau ketiak. Antiperspirant yang mengandung
garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar keringat, atau memblokade
pori dengan koagulasi protein oleh ion polivalen sehingga mengurangi keluarnya keringat.
Disamping itu antiperspirant dapat menyebabkan reaksi inflamasi disekitar lapisan pembuluh dan
lubang keringat dan adanya kontraksi dapat mengurangi keluarnya kringat ke permukaan kulit.
Garm aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal sehingga terjadi blockade pada
muara kelenjar keringat sehingga aliran keringat terhambat. Aktivitas antiperspirant diuji
berdasarkan histology dengan menggunakan garam aliminium, AlCl3, ternyata dapat mengubah
pembuluh epidermal sehingga menyebabkan sebagian besar keringat tertumpah ke sekitar
jaringan. Aluminium klorida dapat menyebabkan anindrosis dengn mengubah permeabilitas atau
fungsi resobsi pembuluh ekrin bagian epidermal. Aktivitas garam aluminium dalam
antiperspirant belum seluruhnya jelas, adstringen garam alumiuim mempunyai efek
antiperspirant, jika digunakan dalam kadar cukup tinggi misalnya tidak kurang dari 15%.

 Zat tambahan
1. Alcohol
 Nama lain : ethanol 96%, ethil alcohol
 Berat molekul : 46,07
 Rumus empiris: C2H6O
 Fungsi : antimikroba (≥10%)
 Kelarutan : tidak larut dengan kloroform, ether,glyserin, dan air
 OTT : alkali, garam organik

2. Lilin putih
 Nama lain : cera alba
 Fungsi : emulgator
 Pemerian : tidak berasa, berwarna putih atau berwarna kekunung-kuningan
 Kelarutan : larut dalam kloroform,ether, campuran minyak, minyak yang mudah
menguap,sukar larut dalam erhanol95%, praktis tidak larut dalam air
 OTT : zat pengoksidasi
3. Nipagin
 Nama lain : metil paraben
 Rumus empiris: C8H8O3
 Berat molekul : 152,15
 Fungsi : anti mikroba (0,02-0,3%)
 Pemerian : berbentik Kristal tidak berwarna atau Kristal putih
 Kelarutan : air 1:400,1:50 pada 500C, ethanol 1:2
 OTT : surfaktan nonionic, logam, talk, tragakan,dan lain-lain

4. Propilenglikol
 Nama lain : metal etilen glikol
 Rumus molekul: C3H8O2
 Berat molekul : 76,09
 Fungsi : solvent atau cosolvent (5-80%)
 Pemerian : jernih, tidak berwarna, kental
 Kelarutan : tidak larut dalam aseton, kloroform,etanol95%,
 OTT : pereaksi pengoksidasi seperti potassium permanganate

5. Sodium lauryl sulfate


 Sinonim : Natrii lauryl sulphate
 Rumus molekul: C12 H25 NaO 4
 Berat molekul : 288.38
 Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
 Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo
(≈10%)
 pH : 7.0-9,5
 kelarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
 OTT : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.

6. Boraks
 Sinonim : natrii tetraboraks
 Rumus molekul: Na2B4O7.10H2O
 Berat molekul : 381,37
 Pemerian : hablur transparent tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
asin dan basa. Dalam udara kering merapuh.
 Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang
1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P
 Fungsi : antiseptikum eksternal

7. Aluminium kalium sulfat


 Sinonim : tawas
 Rumus molekul: Kal (SO4)2.12H2O
 Berat molekul : 474,39
 Pemerian : masa hablur atau butiran hablur tidak berwarna, transparan rasa manis dan sepat
 Kelarutan : sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut dalam air, praktis tidak
larut dalam ethanol (95%)P, mudah larut dalam glisrol P
 Fungsi : adstringen

8. Oleum ricini
 Sinonim : minyak jarak
 Pemerian : cairan kental, kuning pucat atau hamper tidak berwarna, bau lemah, rasa manis
kemudian agak pedas, umumnya memualkan
 Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (90%)P, mudah larut dalam etanol mutlak P dan
dalam asam asetat glacial P
 Bobot per ml : 0,953 sampai 0,964 g
 Indeks bias : 1,477 sampai 1,481
 Bilangan asam tidak lebih dari 2,0
 Bilangan asetil tidak lebih dari 140 bilangan iodium 62 sampai 90
 Bilangan penyabunan 177 sampai 187

BAB II
MATERI DAN METODE

Alat dan Bahan


Alat
1. Alu
2. Lumpang
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Cawan porselen
6. Waterbath
7. Timbagan
8. Spatula

Bahan
Alumunium klorida 12 gram
Alumunium sulfat 2 gram
Boraks 0,5 gram
Nipagin 0,225 gram
Parfum qs
Oleum ricini 3,75 gram
Na laurel sulfat 5 gram
Gliserin 2,5 gram
Air secukupnya

Formulasi
1. Formulasi deodorant cair (Formula 1, Kelompok 1 dan 2)
Alumunium klorida 9%
Alumunium sulfat 4%
Boraks 1%
Nipagin 0,25%
Parfum qs
Air ad 100%

2. Formula larutan deodorant (Formula 1, Kelompok 3 dan 4)


Alumunium kalium sulfat 20%
Propilenglikol 5%
Alkohol 1%
Germisida 0,2%
Parfum qs
Air ad 100%

3. Formula lotion antiperspirant (Formula 1, Kelompok 5 dan 6)


Alumunium klorida 10%
Toilet spirit (Etanol) 45%
Propilenglikol 2,5%
Nipagin 0,01%
Parfum qs
Air ad 100%
4. Formula cream deodorant (Formula 2, Kelompok 1,2,3,4,5, dan 6)
Oleum ricini 7,5%
Na laurel sulfat 10%
Gliserin 5%
Alumunium klorida 15%
Nipagin 0,2%
Parfum qs
Air ad 100%

 Untuk kelompok 4,5, dan 6, ditambahkan Lilin Putih 1%.


 Sediaan dibuat dalam volume 50 ml.

Cara Pembuatan
Formula 1 ( formula deodorant cair )
1. Disiapkan alat dan timbang bahan yang akan digunakan.
2. Alumunium klorida dan alumunium sulfat dilarutkan dengan air secukupnya.
3. Setelah dilarutkan, ditambahkan boraks dan nipagin dan diaduk hingga homogen.
4. Lalu, ditambahkan sisa air, parfum dan diaduk sampai homogen.
5. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi tanda/label.

Formula 2 ( formula cream deodorant )


1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan.
2. Oleum ricini dipanaskan pada waterbath dengan suhu 70ºC ( fase minyak ).
3. Untuk fase air, Na lauril sulfat, gliserin dan nipagin dipanaskan diatas waterbath dengan suhu
70ºC.
4. Lalu, fase air dilebur bersama fase minyak didalam lumpang yang telah dipanaskan.
5. Setelah menjadi basis, alumunium klorida dimasukkan kedalam basis ( sebelumnya AlCl3
digerus agar halus ).
6. Setelah dicampur, ditunggu hingga suhu basis turun menjadi 35ºC lalu ditambahkan parfum.
7. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi label/etiket.

BAB III
DATA PENGAMATAN

Tabel pengamatan sediaan Deodorant dan Antiperspirant


Organoleptis Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Formula Formula 2 Formula 1 Formula 2 Formula 1 Formula 2
1
Warna Bening Putih Susu Bening Putih Susu ungu Putih susu
Bau Harum Harum Harum Harum Harum Harum
Homogenitas Kurang Kurang Homogen Homogen Homogen Homogen
Homogen Homogen
pH 3 2 3 2 3 3
Viskositas Cair Encer Cair Encer Cair Encer
Kestabilan Stabil Terjadi Stabil Terjadi Timbul Terjadi
setelah pemisahan pemisahan endapan pemisahan
penyimpanan menjadi 2 menjadi 2yang menjadi 2
lapisan lapisan membatu lapisan
(creaming) (creaming) (creaming)
Diposting oleh Lisna Fauziah di 18.31 Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai