Tim Dosen :
Nellly Suryani, M.Si., Ph.d., Apt.
Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt.
Via Rifkia, M.Farm.
Dimas Agung Waskito W, S.Far.
Hardini, M.Si.,Apt.
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
transparan dengan tingkat kekerasan tinggi serta sifat-sifat lain yang diinginkan oleh
konsumen. Optimasi dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat kekerasan sabun
transparan yanng paling tinggi. Jika kekurangan atau kelebihan akan menyebabkan
nilai kekerasan sabun transparan yang diperoleh berkurang.
1.2 Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1 Menjelaskan formulasi sabun padat transparan.
2 Menjelaskan cara pembuatan sabun padat transparan
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi sabun padat transparan?
2. Bagaimana cara pembuatan sabun padat transparan?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Dalam rangka memberikan struktur transparan pada sabun maka dalam
formulasi pembuatan sabun transparan ditambahkan gliserin, sukrosa, dan alkohol
serta transparent agent lainnya. Propilenglikol, sorbitol, polietilenglikol, surfaktan
amfoterik, dan surfaktan anionik dapat pula ditambahkan sebagai transparent agent
melengkapi fungsi yang sama dengan gliserin (Mitsui,1997).
Berikut adalah penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan dalam
formulasi sabun transparan:
1) Minyak yang berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis menghasilkan
karakteristik sabun yang berbeda-beda.
2) Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih. Asam stearat merupakan asam
lemak jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk
(Mitsui,1997).
3) Natrium hidroksida (NaOH) adalah salah satu jenis basa kuat yang bersifat korosif
serta mudah menghancurkan jaringan organic yang halus. NaOH berbentuk padat
berwarna putih dan memiliki sifat higroskopi, serta reaksinya dengan asam lemak
menghasilkan sabun dan gliserol (Swern,1979).
4) Menurut Mitsui (1997), gliserin telah digunakan sejak lama sebagai humektan.
Gliserin diperoleh dari hasil samping pembuatan sabun dari asam lemak tumbuhan
dan hewan. Gliserin berbentuk cairan jernih dan agak kental, tidak berbau, serta
memiliki rasa agak manis. Pada pembuatan sabun transparan gliserin bersama dengan
sukrosa dan alcohol berfungsi dalam pembentukan struktur transparan.
5) Dietanolamida (DEA) adalah surfaktan kationik yang dihasilkan dari minyak /
lemak. DEA dalam suatu formula sediaan kosmetika berfungsi sebagai surfaktan dan
sebagai zat penstabil busa.
6
6) NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserol. Gliserol tidak mengalami pengendapan
dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap.
NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas. Selain itu, NaCl berfungsi sebagai pembentuk busa.
Adanya penambahan transparent agent dan berbagai bahan tambahan lainnya
dalam formulasi membuat sabun transparan mengandung lebih sedikit stok sabun
daripada sabun mandi biasa. Sabun transparan tidak hanya tampak menarik, tetapi
juga dapat merawat kulit dengan baik dan sangat lembut ketika digunakan. Hal ini
dikarenakan sabun transparan mengandung gliserin dan gula yang berfungsi juga
sebagai humektan (Mitsui,1997). Humektan adalah bahan yang mampu menyerap air
dari udara dan menjaga kelembaban kulit.
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
8
8. Sediaan dievaluasi.
Evaluasi sabun
1. Tinggi dan stabilitas busa
Diambil 10g sabun dimasukkan kedalam gelas ukur 100ml, dikocok dengan
membolak-balikkan gelas ukur 10 kali, diamati tinggi busa yang dihasilkan
dalam 5 menit kemudian diamati kembali stabilitasnya.
2. Keasaman sabun: diukur dengan pH indikator universal.
3. Warna, bau, dan tekstur.
4. Daya bersih.
5. Sensasi setelah penggunaan.
9
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 HASIL
1. Uji Organoleptik
Tekstur Warna Bau
Tidak berminyak, Keras Kuning Bau Parfum
4.Uji pH
pH Hasil pH Literatur Kesimpulan
8 8-11 Sesuai
10
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan sabun padat transparan
dengan ekstrak kulit buah naga. Sebagai insan sosial manusia memerlukan hubungan
harmonis satu dengan yang lainnya dan salah satunya adalah penampilan yang rapi
dan berbau sedap. Untuk itu memerlukan bahan seperti kosmetika. Salah satu
kosmetika yang dikenal manusia adalah sabun, bahan pembersih kulit yang dipakai
selain untuk membersihkan juga untuk pengharum kulit.
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa
zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN,1994).
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan
sabun lebih menarik. Sabun trannsparan mempunyai busa yang lebih halus
dibandingkan dengan sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009). Sabun transparan
juga memiliki penampakan berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain
seperti sabun mandi biasa (opaque). Sabun transparan adalah sabun yang memiliki
tingkat transparansi paling tinggi dan memancarkan cahaya yang menyebar dalam
partikel – partikel kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan terlihat jelas.
Obyek dapat terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Paul,2007).
Pada praktikum ini digunakan ekstrak kulit buah naga sebagai zat aktif karena
kandungan vit C pada kulit buah naga dapat digunakan sebagai antioksidan yang
dapat digunakan untuk menangkal radikal bebas. Kulit buah naga juga mengandung
senyawa kimia bethasianin yang dapat menghambat aktivitas bakteri, virus dan
kuman yang ada didalam tubuh. Antioksidan tersebut dapat dihasilkan dari kulit buah
naga yang bewarna merah dan kuning.
Ekstraksi kulit buah naga dilakukan dengan cara memisahkan bagian daging
dari kulit buahnya. Lalu kulitnya dicuci dan ditiriskan sambil dikeringanginkan.
Setelah itu kulit buah dipotong kecil-kecil lalu diblender hingga menjadi bubur.
Bubur kulit ini diekstraksi dengan menggunakan pelarut air dan asam sitrat selama
tiga hari. Penelitian Lidya Simanjuntak dan kawan-kawan dari Universitas Sumatera
11
Utara menyebutkan campuran air dan asam sitrat 10% dengan rasio 1:6 (600 ml) dan
lama ekstraksi 3 hari pada pH 2 memberikan hasil rendemen sampai 62,68% (%
berat).
Sabun dapat dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak (Ophardt, 2003). Pada praktikum ini digunakan proses
saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi
basa. Kondisi basa tersebut diperoleh dari NaOH yang digunakan. Lemak akan
terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Pada formulasi sabun
transparan ini reaksi saponifikasi terjadi antara minyak kelapa, asam stearat, dan
NaOH 30%.
Pertama, fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur di atas penangas
air hingga suhu 70oC. Minyak kelapa merupakan bahan baku yang kerap digunakan
dalam formulasi sabun. Setiap minyak memiliki jenis asam lemak dominan yang
berbeda. Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari
sabun yang dihasilkan. Dalam pembuatan sabun transparan, asam lemak yang biasa
digunakan antara lain, asam stearat, asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan
lain-lain. Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat
(HC12H23O2) yang mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk
produk sabun. Sedangkan tujuan ditambahkannya asam stearat adalah untuk
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Sedangkan, proses peleburan diatur
hingga suhu 70oC dimana disesuaikan dengan titik lebur bahan-bahan yang dilebur
sehingga dapat dipastikan semua melebur dengan sempurna (tidak ada gumpalan)
karena sudah mencapai titik leburnya. Suhu tersebut harus dijaga agar tidak turun
atau tidak berlebih. Jika suhu turun akan menyebabkan asam stearat membeku dan
membuat sediaan menjadi keruh. Akan tetapi, jika suhu terlalu panas akan
mengoksidasi minyak menjadi warna kecoklatan.
Kemudian, tambahkan larutan NaOH 30%, diaduk sampai terbentuk masa
yang homogen dan kalis. Kondisi basa diciptakan oleh adanya NaOH 30%. Pada saat
penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukkan
12
terbentuknya stok sabun. Larutan NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk
sabun melalui reaksi saponifikasi.
Setelah itu, tambahkan gula dan Na2EDTA yang telah dilarutkan di dalam air.
Semakin putih warna gula, maka semakin transparan sabun yang dihasilkan. Pada
saat penambahan gula, tidak menggunakan panas tinggi karena dapat membentuk
caramel yang menyebabkan warna sabun tidak transparan.
Kemudian, tambahkan gliserin dan aduk hingga homogen. Gliserin berperan
sebagai humektan sehingga lebih mudah dilakukan pengadukan dan diaduk hingga
homogen. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan
alcohol berfungsi sebagai sebagai transparent agent dalam pembentukan struktur
transparan (Ghaim and Volz, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi
sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun akan
dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol,
dan gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab
pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).
Setelah itu, tambahkan ekstrak kulit buah naga sebagai bahan utama sabun
padat transparan yang kami buat yang telah dilarutkan dalam etanol dan diaduk
sampai terbentuk massa yang transparan dan homogen. Penambahan etanol dilakukan
setelah semua larutan homogen, karena etanol ini yang memberikan bentuk
transparan terhadap sabun. Etanol akan melarutkan sabun menjadi kristal-kristal
kecil, sehingga sabun menjadi bening dan transparan.
Terakhir, tambahkan parfum pada suhu 50o-60oC aduk hingga homogen.
untuk memberi aroma wangi pada sediaan dan diaduk hingga homogen. Setelah
semua bahan tercampur homogen, sediaan dimasukkan ke dalam cetakan dan
didiamkan hingga mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan.
Setelah sediaan sabun padat transparan terbentuk, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah mengevaluasi sediaan sabun transparan yang kami buat. Evaluasi
tersebut meliputi :
1. Tinggi dan stabilitas busa
13
Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun
mandi. Pada uji tinggi dan stabilitas busa, dilakukan dengan menimbang 10 gram
sabun kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Lalu, dikocok dengan
membolak-balikkan gelas ukur sebanyak 10 kali, agar dihasilkan busa yang dapat
diukur. Berdasarkan hasil pengamatan, dihasilkan tinggi busa setelah pengocokan
yaitu 4 cm, akan tetapi setelah 5 menit tinggi busa menjadi 0,5 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa stabilitas busa pada sediaan ini kurang baik karena dalam waktu
5 menit, busa tidak stabil dan memiliki rentang yang cukup jauh. Asam laurat, yaitu
asam lemak yang dominan pada minyak kelapa, mampu memberikan sifat pembusaan
yang sangat baik, oleh karenanya asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan
produk sabun. Busa yang dihasilkan agak banyak dan sangat lembut namun
stabilitasnya relatif rendah (busa cepat hilang atau tidak tahan lama). Busa dapat
stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja untuk menjaga agar busa
tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana molekul gas terdispersi dalam
cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan aktif permukaan akan menghasilkan
busa yang stabil bila dicampur dengan air. Sukrosa tidak mengandung bahan-bahan
aktif permukaan sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan busa.
2. Nilai PH
Derajat keasaman atau PH merupakan salah satu parameter penting untuk
mengetahui sabun yang dihasilkan bersifat asam atau basa. Sabun yang memiliki nilai
PH yang sangat tinggi atau atau sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbansi
kulit sehingga menyebabkan iritasi kulit seperti luka, gatal, atau mengelupas
(Wasitaatmadja, 1997). Pengukuran nilai ph pada praktikum kami menggunakan
kertas PH universal.PH sabun SNI berkisar antara 8-11, maka dapat disimpulkan PH
sabun transparan dari kulit buah naga pada praktikum kami memenuhi standar SNI.
PH sabun yang baik adalah basa karena sabun digunakan untuk menghancurkan
lemak pada kulit sehingga ph yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebkan
iritasi pada kulit.
3. Uji organoleptis
14
Pemeriksaan dengan mengamati warna, bentuk, bau, tekstur dari sediaan sabun
transparan Berdasarkan hasil pengamatan, warna sediaan yang yang diperoleh asli
tanpa penambahan bahan pewarna yaitu kuning sehingga ektrak kulit buah naga
mempunyai pengaruh pada warna sabun sesuai dengan jurnal “Perbandingam
stabilitas sabun susu dan sabun transparan Ektrak kulit buah naga (Hylocereus
undatus) hasil pemurnian minyak jelantah”bahwa sabun transparan kulit buah naga
yang tanpa menggunakan bahan pewarna mempunya warna kuning sehingga kulit
buah naga mempunyai pengaruh pada warna sabun. Untuk bau sediaan diperoleh dari
parfum rose sehingga menghasilkan wangi rose karena , dan tekstur sediaannya
sabun transparan sesuai dengan SNI tidak berminyak,dan keras. Hal ini disebabkan
karena sukrosa berfungsi sebagai pengeras pada pembuatan sabun transparan.
4. Daya bersih
Daya bersih dari sabun adalah akibat adanya gugus hidrofob rantai hidrokarbon
yang terikat pada partikel kotoran atau leak dan gugus hidrofil dari bagian yang
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul air. Dengan memperhatikan
strukturnya, maka cara kerja pembersihan sabun dapat dijelaskan. Dari struktur,
nampak bahwa rantai karbon yang panjang mudah melarutkan molekul nonpolar,
sepertinya minyak atau lemak, sedangkan gugus ionik COO- memungkinkan sabun
larut dalam air. Akibatnya partikel-partikel kotoran akan terdispersi dalam air dan
dipindahkan dari obyek yang dibersihkan. Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan
kami memiliki daya bersih agak kurang bersih. Semakin lama pengadukan , sabun
yang terbentuk semakin tidak berminyak, sehingga daya bersih sabun makin baik dan
ditandai dengan makin kesatnya setelah memakai sabun(Susinggih, dkk, 2009). Maka
agak kurang bersihnya sabun transparan kami mungkin disebabkan oleh kurang
lamanya pengadukan .
15
pembuataan ditambahkan gliserin yang berfungsi sebagai pelembab pada kulit (Erliza
Hambali, dkk, 2005).
16
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Ekstrak buah naga dapat digunakan dalam formulasi sabun transparan,
karena mempunyai kandungan senyawa dengan aktivitas antioksidan tinggi yang
dapat mencerahkan kulit. Manfaat lainnya yaitu mengencangkan kulit dan
menghilangkan jerawat
5.2 SARAN
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang metode ekstraksi yang dapat menghasilkan sediaan sabun transparan
terbaik
2. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut tentang optimasi konsentrasi ekstrak
buah naga yang mmapu menghasilkan hasil sediaan terbaik
3. Perlu dilakukan inprocess control pada saat proses pembuatan sabun, agar
masalah yang timbul dapat segera diselesaikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994.
Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta
Erliza, H., Ani, S., Mira, R.2005.Membuat Sabun Transparan. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Ghaim, J. B. and E. D Volz. 1995. Skin cleansing bar. Dalam: A. O Barel, M. Paye,
and H.L. Maibach (Editor). Handbook of Cosmetic Science and Technology.
New York : Marcel Dekker Inc.
Krik, R.E., D.F. Othmer,J.D.Scott dan A.Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical
Technology. 12: 573-592. New York: interscience Publishers.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu
pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
18
Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi dari
Minyak Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu.
Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume 1. Fourth Edition.
New York: John Wiley & Sons.
Tim Dosen Praktikum Kosmetologi. 2018. Penuntun Praktikum Kosmetologi.
Jakarta: Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulla
Usmaina, Irma Diah Ayu dan Widya Rahma Pertiwi. 2012. “PEMBUATAN SABUN
TRANSPARAN DARI MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONAT
OIL)”. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
19
LAMPIRAN
HASIL EVALUASI
20