Disusun Oleh:
Kelas:
1
PEMERINTAH PROVINSI BALI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI BALI MANDARA
Jl. Air Sanih, Ds. Kubutambahan, Kec. Kubutambahan, Kab. Buleleng, 81172. Telp
Telp. (0362) 3435051, Fax.(0362) 3435052 www.smanbalimandara.sch.id email: smanbalimandara@gmail.com
HALAMAN PENGESAHAN
PENGESAHAN
Disusun oleh:
I Nyoman Parta Yasa 200929
Gede Adi Saputra 200912
Kadek Dwi Yostika Adi Prasetya 200938
i
NIP. 19620520 198803 1 016 NIP. 19860428 201503 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kerja
keras penulis laporan ekperimen yang berjudul: “Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk Nipis
(Citrus Aurantifolia) Sebagai Alternatif Sabun Anti Iritasidapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa laporan ekperimen ini tersusun berkat
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang setingi-tingginya kepada:
1. Bapak Plt I Wayan Suarsina S.Pd, yang telah memberikan dukungan dan pengawasan
terhadap penulis sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak I Wayan Madiya, S.Pd,M.Pd. selaku guru mata pelajaran kimia yang sudah
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan eksperimen ini.
3. Seluruh Dewan Guru dan Staff SMA Negeri Bali Mandara yang telah memberikan
dukungan dan saran sebagai wawasan tambahan penulis.
4. Ketiga orang penulis yang selalu setia mendukung dan memberikan motivasi serta
doa untuk terus berkarya.
5. Teman-teman sekolah yang membantu penulis baik moral maupun material sehingga
berhasil menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurn. Penulis berharap
mendapakan kritik dan saran sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang lebih baik
dipenulisan selanjutnya. Semoga hasil-hasil penelitian dan karya tulis ini bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan, sehingga cita cita pendidikan nasional dapat
terwujud.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
3. Tujuan Eksperimen......................................................................................................2
4. Manfaat Eksperimen....................................................................................................2
1. Manfaat Teoritis........................................................................................................2
2. Manfaat Praktis.........................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Teori Umum...............................................................................................................3
5. 2.2 Sabun........................................................................................................................3
6. 2.3 Iritasi.......................................................................................................................4
7. 2.4 Kulit Jeruk Nipis....................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................6
PROSEDUR DAN HASIL EKSPERIMEN...........................................................................6
3.1 Persiapan Eksperimen.......................................................................................................6
1. Objek dan Variabel Eksperimen.................................................................................6
2. Alat dan Bahan..............................................................................................................6
3. Langkah-langkah penyiapan eksperimen...................................................................6
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Adapun upaya yang
dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan cara menjaga kebersihan tubuh. Dewasa
ini, kesadaran masyarakat untuk memahami arti penting dari menjaga kebersihan tubuh mereka
masih kurang. Masyarakat tidak menyadari bahwa ketika beraktivitas, tubuh akan mudah untuk
terkontaminasi dengan berbagai macam bakteri. Akibat dari bakteri inilah nantinya kesehatan tubuh
mereka bisa terganggu. Dimana kebanyakan penyakit tersebut bisa berasal dari bakteri patogen yang
tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata. Salah satu media paling ampuh untuk penyebaran
bakteri pada tubuh adalah melalui tangan (Manus 2016). Berbagai macam jenis bakteri, virus dan
jamur akan lebih mudah untuk menempel dan berkembang pada kondisi tangan yang tidak bersih.
Adapun cara untuk mengatasi penyebaran bakteri ini yaitu mencuci tangan dengan menggunakan air
bersih. Akan tetapi, air bersih saja tidak cukup untuk memastikan bakteri tersebut akan hilang secara
sempurna dari tangan yang setiap harinya melakukan kontak fisik secara langsung dengan bakteri.
Hal ini dapat diatasi dengan mencuci tangan menggunakan pembersih berbasis alkohol (Fatimah and
Ardiani 2018).
Seiring dengan perkembangan ilmu teknologi, banyak sekali produk-produk instan yang siap
digunakan salah satunya adalah sabun (Anggraeni and Asngad 2018). Sabun merupakan produk
yang digunakan untuk membunuh kuman penyakit yang terdapat di bagian tubuh manusia. Sabun
pada umumnya mengandung Ethyl Alcohol 62%, pelembut, dan pelembab. Kandungan bahan
aktifnya adalah alkohol yang memiliki efektivitas paling tinggi terhadap virus, bakteri, dan jamur
juga tidak menimbulkan resistensi pada bakteri. Alkohol sendiri dapat membuat tangan menjadi
kering. sehingga sabun harus dilengkapi dengan moisturizer dan emolien, yang menjaga bagian
tubuh manusia tetap lembut, tidak menjadi kering, tidak seperti larutan alkohol murni yang dapat
menyebabkan dehidrasi pada kulit. Sehingga meninggalkan residu kuman yang mati terbawa air
mengalir yang membuat tubuh tidak lengket (Rini, Supartono et al. 2017). Dalam pembuatan produk
sabun ini perlu juga digunakan bahan alami yang akan dikembangkan sebagai antiseptik Bahan
alami yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit jeruk nipis (Anggreini and Asngad 2018).
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan jenis tumbuhan yang masuk ke dalam suku jeruk-
jerukan yang tersebar merata di Asia dan Amerika Tengah serta dikenal juga sebagai jeruk pecel.
Pohon jeruk nipis ini dapat mencapai tinggi sekitar 3-6 meter, memiliki cabang yang banyak dan
berduri, dengan bentuk daun lonjong dan tangkai daun bersayap kecil (Rukmana 2003). Tanaman
jeruk nipis merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat.
Dimana dengan kondisi daerah yang panas serta tingkat curah hujan yang sangat tinggi, kulit jeruk
juga mempunyai bagian bagian utama yang tersusun atas bagian epidermis, flavonoid, kelenjar
minyak, dan bagian paling dalam ikatan pembuluh. Kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sering kali
dibuang begitu saja pada pemanfaatan jeruk nipis sebagai jus, obat, makanan atau pemanfaatan
lainnya.Kulitjeruk mengandung minyak atsiri, ataudikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric
oil) yang dimanfaatkan oleh industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman
dan makanan, serta di bidang kesehatan digunakan sebagai anti oksidan dan anti kanker
(Mahfud, 2013). Adanya kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk
meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit jeruk. Selain sebagai pemberi aroma, minyak ini
memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sebagai pelarut (solven) yang ramah lingkungan karena
bersifat biodegradableyang diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai
pengganti berbagai pelarut yang berbahaya seperti benzena, CFC, freon dan xilene. Selain itu
1
industri kosmetik menggunakan minyak kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun (Guenter,
1987). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kualitas minyak kulit jeruk yang paling
mendekati minyak kulit jeruk komersial adalah minyak kulit jeruk yang diperoleh dari metode
distilasi dengan kualitas yang baik dan yield yang tinggi (Kurniawan, 2008) [3]. Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa dari kulit jeruk yang telah dikeringkan selama 12 jam (40°C) dan diekstraksi
melalui metode steam distillation dengan pelarut air didapatkan rendemen minyak 0,59-1,05%
dengan kadar limonenemencapai 97,57% (Muhtadin, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukan penelitian terhadap kulit jeruk pakis dimana pada proses ekstraksi ditinjau pengaruh jenis
kulit jeruk dan rasio massa kulit jeruk terhadap pelarut. Selanjutnya minyak kulit jeruk yang
dihasilkan diolah menjadi pemberi aroma (fragrance) untuk pembuatan sabun
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun
disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty
Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri
Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun juga bisa dipergunakan bahan-
bahan tambahan sebagai berikut:
a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.
b. Zat pewarna
c. Parfum, agar baunya wangi.
d. Zat pemutih, misal natrium sulfat
3
2.2 Sabun
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam
lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak
hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan
Standarisasi Nasional menyatakan bahwa sabun adalah
bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai
karbon C12-C18 dan sodium atau potassium (DSN,
Gambar 2.1 Gambar Sabun Batangan.
1994). Sumber: cnnindonesia.com
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut
dalam zat-zat non polar. Sedangkanujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50
- 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang
menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992).
Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu. Sabun dengan grade mutu A
diproduksi oleh bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit atau tidak
mengandung alkali bebas. Sabun dengan grade B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak
dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali tersebut
tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C mengandung alkali bebas
yang relatif tinggi berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap. (Kamikaze,
2002). Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun nonpolar
karena sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen
CH3(CH2)16 yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) sedangkan COO Na+ bersifat hidrofilik (suka
air) dan larut dalam air. Nonpolar: CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga
memisahkan kotoran non polar) Polar: COO Na+ (larut dalam air, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran polar)
2.3 Iritasi
Iritasi adalah respon lokal pada kulit karena
adanya suatu reaksi kulit setelah terpapar zat kimia,
sehingga menyebabkan inflamasi atau luka. Eritema
dan edema adalah jenis iritasi. Eritema merupakan
peradangan kulit yang dapat berupa warna
kemerahan karena adanya respon dilatasi pada
kapiler yang disebabkan oleh racun kimia atau
sunburn. Edema merupakan akumulasi berlebihan
dari cairan serosa atau air dalam sel, jaringan atau
rongga serosa. Beberapa zat kimia yang mampu
menyebabkan iritasi misalnya alkali kuat, asam kuat, Gambar 2.2 Gambar Iritasi kulit terhadap sabun.
pelarut, dan detergen (Toding, 2015). Pada tahun Sumber: health.kompas.com.
2017 telah diterima sebanyak 151 laporan kasus efek samping kosmetik yang berasal dari industri
(BPOM, 2017). Penting untuk dilakukan evaluasi terhadap sifat iritatif dari sediaan topikal. Evaluasi
4
ini memiliki fungsi sebagai jaminan bahwa sediaan yang diproduksi telah memiliki efek farmakologis
yang baik dan tidak menimbulkan iritasi kulit ketika digunakan (Sulastri, dkk, 2014). Sarifuddin, dkk
(2017) formulasi sediaan krim wajah sebagai anti aging, dengan penambahan 0,0315gram fraksi etil
asetat kulit buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L) sebagai bahan aktif. Formula tersebut telah
melalui uji aktivitas antioksidan dengan DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl), dan diperoleh hasil
nilai AAI (Antioxidant Activity Index sebesar 202,6735 ppm yang bermakna memiliki aktivitas
sebagai antioksidan sangat kuat (Hamzah, dkk., 2014).
5
2.5 Minyak
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa
sawit adalah minyak nabati edibel yang didapatkan
dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya
dari spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies
Elaeis oleifera dan Attalea maripa. (Reeves,1979
dalam wikipedia.org). Minyak sawit secara alami
berwarna merah karena kandungan beta-karoten
yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak
inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan
dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga
berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari
inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada Gambar 2.5 Minyak Kelapa Sawit
pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki Sumber: www.google.com
karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung
41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%. (Harold McGee , 2004) Minyak
sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang diperoleh dari
hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit dan belum mengalami
pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri
kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90%
digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti
lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan.
Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang
menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta surfaktan.
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama minyak nabati dan
hewani. Asam lemak yang terkandung di dalam CPO sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu
asam palmitat. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon
penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai paling sedikit satu ikatan rangkap
diantara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah
bereaksi) dari pada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi). Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh
menjadikannya memiliki dua bentuk: cis yang bersifat tidak stabil dan trans yang bersifat stabil. Sifat
fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism,
titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan penyabunan. Sifat ini
6
dapat berubah tergantung dari kemurnian dan mutu minyak kelapa sawit. Beberapa sifat fisika dan
kimia dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
7
BAB III
8
mL minyak kelapa sawit ditambahkan sampai tercampur homogen dan mencapai suhu 60-70°C dan
segera ditambahkan larutan NaOH sebanyak 30 mL sampai terbentuk masa yang homogen.
Ditambahkan zat aditif yaitu 60 mL alkohol 96%, 50 mL gula, 10 mL NaCl jenuh dan 1 mL minyak
jeruk pakis hasil ekstraksi secara berurutan sambil diaduk sampai homogen. Setelah busa terbentuk
stirer dimatikan dan biarkan beberapa saat sampai busa berada di atas. Campuran akhir kemudian
diberi pewarna makanan dan dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan. Reaksi tesebut asam lemak
(fatty acid) direaksikan dengan larutan potasium hidroksida. Salah satu reaksi telah berjalan sempurna
adalah pH akhir adonan adalah netral. Cara mengujinya adalah menggunakan PH meter atau kertas
pH indikator universal. Beberapa orang mengujinya dengan menjilat. Jika terasa seperti kesetrum,
maka reaksi belum selesai. Hasil akhir pembuatan sabun adalah terbentuknya pasta sabun yang kental.
dan ditunggu satu hari untuk proses pengujian sabun Nafitri, Apriliami, 2022.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan cara pemberian langsung sampel tersebut kepada panelis sebanyak
20 orang, adapun yang akan dianalisis pada uji organoleptik ini yaitu warna, aroma dan tekstur
dengan kriteria penilaian: 5 = Sangat Suka, 4 = suka, 3 = biasa, 2 = tidak suka dan 1 = sangat tidak
suka.
c. Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan secara tertutup, bahan penutup terdiri dari kasa steril dan plaster. Bahan uji
diambil sedikit kemudian ditempelkan pada lengan kanan bagian atas selama 4 jam. Dimana dari 5
formulasi ini digunakan 3 sukarelawan dari setiap formulasi sehingga jumlah sukarelawan pada uji
iritasi ini sebanyak 15 sukarelawan. Kulit tempat aplikasi diamati pada 0, 24, 48, dan 72 jam. Selama
penilaian sukarelawan diperbolehkan
9
3 F3
4 F4
5 F5
Hasil Uji pH
Pada penelitian ini, hasil uji pH sabun dari semua perlakuan telah memenuhi SNI 16-4399-
1996 bahwa nilai pH produk kosmetik kulit disyaratkan berkisar antara 4.5-8.0. Sedangkan pH yang
sesuai dengan kulit adalah 4.5-6 (Yuliati dan Binarjo, 2010). Adapun jika dilihat dari Tabel 1, hasil
rerata semua perlakuan, kontrol memiliki nilai paling tinggi yang hanya mengandung KOH dengan
nilai rata-rata sebanyak (5.4725) selanjutnya formula 3 (5.24175) dan 4 (5.1835) yang mengandung
KOH sedikit dan kulit jeruk nipis sedangkan urutan rerata terendah terdapat pada formula 2 (5.0975)
dan 5 (5.05425) dimana pada formula 2 hanya mengandung KOH dan minyak kulit jeruk, kemudian
formula 5 yang hanya mengandung KOH dan kulit jeruk nipis. Disini hasil pH yang paling tinggi
terdapat pada formulasi 1 yang sebagai kontrol hal ini disebabkan karena pada kontrol ini belum ada
penambahan kuit jeruk nipis yang dapat mempengaruhi pH sampel itu sendir.
10
Hasil Uji Organoleptik Aroma
Aroma merupakan salah satu penelitian yang penting dalam uji organoleptik karena selain
menilai warna perlu juga mengetahui bagaimana aroma suatu sabun tersebut. Untuk hasil organoleptik
aroma dapat dilihat pada tabel 4.7 dimana formulasi yang ke-2 dengan nilai rerata tertinggi yaitu
sebesar 4.35 yang mengandung 10 gr KOH dan 5 gr kulit jeruk. Selanjutnya pada formulasi ke-4 dan
5 memiliki nilai rerata yang sama sebear 4.2, dimana pada formulasi ke-4 ini mengandung 10 gr
KOH, 3 kulit jeruk dan 2 gr kulit jeruk nipis. kemudian untuk formulasi ke-5 hanya mengandung 10
gr KOH dan 5 gr kulit jeruk nipis, sedangkan nilai rerata terendah terdapat pada formulasi ke-1 yang
bertindak sebagai kontrol dengan nilai rerata sebesar 3.37 yang hanya mengandung 10 gr KOH.
Berdasarkan hasil semua perlakuan terlihat nyata bahwa kulit jeruk sangat membawa pengaruh
terhadap kualitas sabun, terbukti dengan hasil tingkat kesukaan panelis terhadap aroma yang
dihasilkan dari minyak kulit jeruk. Sesuai teori bahwa kulit jeruk memiliki ciri khas antara lain
berwarna kuning, hangat dan juga wangi (Nisa, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
11
Aprilia, S., & Yanti, W. (2020). Pemanfaatan Kulit Jeruk Nipis Sebagai Alternatif Hand Sanitizer.
Proceeding IAIN Batusangkar, 1(3), 227-232.
Budiyanto, T. U. K. (2022). Proses Produksi Sabun Padat Bulat Pasta Kakao Di Pusat Penelitian Kopi
Dan Kakao Indonesia Kabupaten Jember.
Jaya, D., Litaay, R. M., Bagus, R. A., Widayati, T. W., & Syahri, M. (2022). Influence of dietyl ether
on the mixture of biodiesel B50. Eksergi, 19(1), 10-14.
Lianisanti, E. (2021). UJI FORMULASI DAN STABILITAS SEDIAAN GEL HAND SANITIZER
DARI AIR PERASAN BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) BERBASIS
KARBOPOL 940 DAN HPMC (Doctoral dissertation, SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BORNEO CENDEKIA MEDIKA PANGKALAN BUN).
Maryanti, M., Sulhatun, S., Meriatna, M., Suryati, S., & Muarif, A. (2022). Pemanfaatan Limbah
padat Industri asap cair (Arang Tempurung Kemiri) Untuk Pembuatan Sabun Cuci Piring.
Chemical Engineering Journal Storage, 2(2), 66-74.
Masrijal, C. D. P., Jarulis, J., & Sarah, S. (2022). Formulasi dan Uji Aktivivitas Antibakteri Deodoran
Spray Ethanol-Propilenglikol Mengandung Minyak Atsiri Kulit Jeruk Kalamansi
(Citrofortunella microcarpa Cortex) Terhadap Staphylococcus epidermidis. Jurnal Ilmiah
Pharmacy, 9(2), 64-74.
Nata, I. F., Ma’rifah, Y. N., & Herlina, H. (2014). Minyak Kulit Jeruk Pakis Sebagai Essential Oil
Dalam Pembuatan Sabun: Ekstraksi Dan Karakterisasi. Konversi, 3(2), 67-73.
Nainggolan, J. (2021). Pengaruh indeks memar brondolan terhadap asam lemak bebas crude palm oil
di PKS. Gunung Tua Abdi, PT. Sampoerna agro, TBK. Sumatera Selatan (Doctoral
dissertation, Teknologi Hasil Pertanian).
NABILLA, O. P. (2022). FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SABUN PADAT
TRANSPARAN EKSTRAK KULIT JERUK KEPROK (Citrus reticulata) (Doctoral
dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Sarwono, B. (2001). Khasiat dan manfaat jeruk nipis. AgroMedia.
Sinaga, E. M., Ambarwati, N. F., Aritonang, B., & Ritonga, A. H. (2022). Pembuatan Sabun Padat
Antiseptik Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Lemon (Citrus Limon (L.) Burm. F.). Jurnal
Multidisiplin Madani, 2(2), 877-888.
SARI, D. K., Krisyanella, K., Meinisasti, R., Pudiarifanti, N., & Irnameria, D. (2022). Penetapan
Aktivitas Losio Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Gerga (Citrus Nobilis L. Var. Rgl)
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).
Triyani, M. A., Pengestuti, D., Khotijah, S. L., Susilaningrum, D. F., & Ujilestari, T. (2021). Aktivitas
Antibakteri Hand Sanitizer Berbahan Ekstrak Daun Sirih dan Ekstrak Jeruk Nipis. NECTAR:
Jurnal Pendidikan Biologi, 2(1), 16-23.
Transparan, S. P. (2022). PEMBUATAN SABUN PADAT TRANSPARAN BERBAHAN BAKU
VCO (virgin coconut oil) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE EMPRIT (Zingiber
officinale var. amarum.).
SA, L. (2022). NARRATIVE REVIEW: PENGEMBANGAN BERBAGAI KULIT JERUK YANG
TUMBUH DI INDONESIA UNTUK ANTIINFLAMASI (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
12
Hasil Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah pengujian terhadap fisik sabun meliputi warna, bau dan
bentuk. Hasil pengamatan organoleptik dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengamantan organolrptik bentuk sabun antiiritasi ekstrak kulit jeruk untuk semua
formulasi benbentuk padat, hal ini keranakan penggunaan minyak kelapa dan minyak sawit
serta minyak zaitun berfungsi untuk mngerasakan sabun. Bentuk sabun antiiritasi yang padaa
membuktikan bahwa sabun ini sudah memenuhi syarat dari SNI 06-3532-1994. Warna yang
dihasilkan pada emua formula sabun padat antiiritasi yaitu warna kuning muda yang di
pengharui oleh kulit jeruk. Warna tersebut disebabkan karena adanya krolofil pada kulit
jeruk. Berdsarakan hasil yang di[eroleh, menujukan bahwa semua formulasi pada penelitian
ini sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan SNI.
Hasil Keasaman (pH) merupakan salah satu parameter kualitas sabun. Sabun yang
memiliki pH terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorpsi kulit, sehingga kulit menjadi
gatal atau mengelupas dan dapat menyebabkan kulit kering. Hasil uji pH dapat dilihat dalam
Tabel 2.
Hasil pengujian pH dari ketiga formulasi sediiaan sabun pada antiiritasi adalah 8.71-
9.52, bersfiat basa. Hasl ini menujukkan bhwa semakin banyak konsentrasi ekstrak etanol
kulit jeruk yang di tambahakan kedalam sediaan sabun padat anitiritasi maka pH semakin
basa. Hal ini dikarenakan bahan dasar penyusun sabun padat tersebut yaitu NaOH dimana
13
dalam proses pembuatan sabun, pH dipengaruhi oleh keberadaan larutan alkali (NaOH). Nilai
pH sabun padat ekstrak etanol kulit jeruk yang diperoleh masih memenuhi standart yang telah
di tetapkan oleh SNI 06-353211994 dan aman bagi kulit.
NO Formula Sukarelawan
I II III IV V VI
1 Formula 1 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
2 Formula 2 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
3 Formula 3 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
14