Disusun Oleh:
Alvina Damayanti
Clara Salsabila K
Fathir Gunadireja
Ratanzha Rakha R
Rekka Tri D
Wulan Safitri Dewi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………….......................……………………………..
DAFTAR ISI…........................……………………………………………………………..
BAB I Pendahuluan…............................................................................
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Rumusan Masalah……......................……………………………………….…
1.3. Tujuan ......................................................……………………………...…
BAB II PEMBAHASAN..........................................................
…………………
2.1 Latar Belakang Orde Baru ..........................................................
2.2 Stabilitas Politik Dan Perbaikan Ekonomi
pada Masa Orde Baru .........................................................................
2.3 Dampak kebijakan pemerintah
pada Masa orde Baru ............................................................................
2.4 Berakhirnya Masa Orde Baru .........................................................
BAB III Penutup………..........................................................……………….
3.1 kesimpulan....................................................................................
3.2 saran..............................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut KBBI, kata baru berarti menggambarkan suatu hal yang belum pernah
ada sebelumnya. Sedangkan orde berarti sistem pemerintahan. Secara
terminologi, Orde Baru berarti suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan
UUD 45 secara murni dan konsekuen. Dari beberapa pendapat tersebut kita
simpulkan, bahwa orde baru merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang
menggantikan zaman sebelumnya didasarkan atas koreksi terhadap berbagai
penyimpangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain:
2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan
30September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsung lama.
4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan
besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut
agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili
6. Kesatuan Aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR
mengajukan tuntutan "TRITURA(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
Pembubaran PKI
7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet
Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet
tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September
1965.
8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk
mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Miter Luar Biasa
(Mahmilub)
9. Sidang Paripuma kabinet dalam rangka mencari sokasi dari masalah yang sedang
bergejolak tak juga berhasil Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret 1966 (SUPERSEMAR) sebagai tonggak lahirnya orde baru. Kelahiran
Supersemar yang terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966.
Saat itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno sedang berlangsung. Di tengah-tengah acara, ajudan presiden melaporkan
bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada
Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr. Johannes Leimena dan berangkat menuju
Istana Bogor, didampingi oleh Waperdam I Dr Subandrio, dan Waperdam III Chaerul
Saleh. Leimena sendiri menyusul presiden segera setelah sidang berakhir.
Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat,
Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud bertemu dengan
Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima
Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk
meminta izin menghadap presiden. Segera setelah mendapat izin, pada hari yang
sama tiga perwira tinggi ini datang ke Istana Bogor dengan tujuan melaporkan
kondisi di ibu kota Jakarta meyakinkan Presiden Soekarno bahwa ABRI, khususnya
AD, dalam kondisi siap siaga. Namun, mereka juga memohon agar Presiden
Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan ini.
Menanggapi permohonan ini, Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah yang
ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat
untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan
stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Perumusan surat perintah ini sendiri dibantu oleh tiga perwira tinggi ABRI, yaitu
Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, Brigadir Jenderal Amir
Machmud, dan Brigadir Jenderal Sabur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden
Cakrabirawa. Surat perintah inilah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11
Maret 1966 atau Supersemar.
1. Politik
Pemerintah Orde Baru dianggap gagal dalam melakukan pembelajaran
demokrasi Meskipun pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan rutin setiap
lima tahun sekali (salah satu negara demokrasi), kemenangan
pemerintah tidak jujur melalui Golkar. Hal tersebut menghambat
perkembangan demokrasi. Apalagi dengan sistem perwakilan semu
yang digunakan untuk melestarikan kekuasaan. Demokrasi yang
terbentuk didasarkan pada KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)
menyebabkan banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR, DPRD I,
dan DPRD II yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.
2. Ekonomi
Kebijakan Orde Baru yang terlalu memfokuskan/ mengejar pada
pertumbuhan ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya
mentalitas dan budaya korupsi para pejabat di Indonesia. Distribusi jujur
hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk pembangunan tidak
dibarengi pengawasan yang efektif dari pemerintah terhadap aliran
dana tersebut sehingga rawan untuk disalahgunakan Pertumbuhan
ekonomi tidak diimbangi dengan terbukanya akses dan distribusi yang
merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini berdampak
pada munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat, kesenjangan
kota dan desa, kesenjangan kaya dan miskin, serta kesenjangan sektor
industri dan sektor pertanian. Faktor tersebut menjad salah satu
penyebab terpuruknya perekonomian Indonesia menjelang akhir tahun
1997.
3. Sosial
Pada saat Orde Baru, Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar
dalam mengatur jalannya pemerintahan. Peran negara menjadi semakin
kuat yang menyebabkan timbulnya pemerintahan yang sentralistis.
Bahkan, menurut pengamat hak asas manusia (HAM), pemerintahan
Orde Baru telah melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan
telah melanggar HAM. Amnesty International, misalnya dalam
laporannya pada tanggal 10 Juli 1991 menyebut Indonesia dan
beberapa negara di Timur Tengah, Asia Pasifik, Amerika Latin, dan Eropa
Timur sebagai pelanggar HAM. Human Development Report 1991 yang
disusun oleh United Nations Development Program (UNDP) juga
menempatkan Indonesia kepada urutan ke-77 dari 88 negara pelanggar
HAM.
3.2 Saran
Dengan permasalahan yang diakmai oleh pemerintahan pada masa Orde Baru dan Era
Reformasi, seperti dengan banyaknya uatang luar negri bangsa Indonesia untuk
pembangunan, meskipun pembangunan berjalan dengan lancar, tapi inonesia menanggung
utang yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman tersebut terjadi sentralisasi
dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi
Oleh karena itu penulis memberikan salah terhada permasalah tersebut. Yaitu lakukan
otonomi daerah kepada seluruh propinsi sehingga potensi-potensi yang ada pada dareah
tersebut bisa dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi transparansi dalam
sistem keuangan sehingga masyarakat bisa mengerti.
Daftar Pustaka
http://akmuthya.blogspot.com/2014/01/latar-belakang-lahirnya-orde-baru.html
http://yusufhuda.blogspot.com/2013/06/perkembangan-politik-indonesia-pada.html
http://memey7894.blogspot.com/2014/02/perekonomian-indonesia-pada-masa.html
https://vinarachnaya.wordpress.com/2013/04/20/kehidupan-politik-ekonomi-dan-sosial-budaya-pada-
masa-kekuasaan-orde-baru-di-indonesia/
https://www.ruangguru.com/blog/kehidupan-politik-dan-ekonomi-masa-orde-baru
Buku LKS Sejarah Indonesia