Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar belakang


Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Selatan. Rakyatnya berasal dari suku Makassar yang terdapat diujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya
yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kota Madya Makassar dan
kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan perperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC (Belanda) yang dibantu oleh kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palaka.
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan Tallo yang
membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari
kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan
Kerajaan goa merupakan kerajaan salah satu kerajaan islam di nusantara. Kerajaan tersebut
berada pada puncak kejayaan dan hingga berada di titik kehancurannya. Mengetahui sejarah
kerajaan goa sangat penting untuk mempelajari arti pentingnya sejarah peradaban yang ada di
nusantara dan dapat dijadikan pelajaran positif bagi kita yang hidup dimasa modern seperti
sekarang.
1.2.     Tujuan Penulisan
1.2.1 Bagaimana Awal Masuknya Islam di Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.2 Bagaimana Sejarah perkembangan Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.3 Bagaimana kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.4 Jelaskan hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo!
1.2.5 Jelaskan sebab runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo!

1.3.    Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini berupa pertanyaan sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo

1.3.2 Mengetahui perkembangan Kerajaan Gowa Tallo

1.3.3 Mengetahui kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo

1.3.4 Mengetahui hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo

1.3.5 Mengetahui sebab runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Islam di Kerajaan Goa

Kerajaan Gowa-Tallo bersifat maritim dengan dua kegiatan utama, yaitu pelayaran dan
perdagangan. Seiring berkembangnya Gowa-Tallo menjadi pusat perdagangan di kawasan timur
nusantara, para saudagar muslim mulai berniaga ke wilayah ini. Pada akhir abad ke-16, Kerajaan
Gowa-Tallo memasuki masa Islam dan berubah menjadi kesultanan.

Agama Islam mulai masuk di Sulawesi Selatan karena dakwah dari Datuk Ri Bandang dan
Datuk Sulaiman dari Minangkabau. Penguasa Gowa-Tallo pertama yang memeluk Islam adalah I
Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639 M) dengan gelar Sultan Alauddin I. Dua tahun
kemudian, seluruh rakyatnya selesai diislamkan. Setelah menjadi Kesultanan Gowa-Tallo yang
bercorak Islam, rakyatnya sangat terikat pada norma adat yang didasarkan pada ajaran Islam.

B. Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan Goa

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa:
Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk
Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana
Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini
sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan
peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan
Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar
adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

B.     Letak kerajaan


Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini
terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu
disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting,
karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi
pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para
pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini
mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan   berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.

C.    Tokoh – tokoh kerajaan Gowa dan Tallo


Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia
merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam yang memerintah dari
tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di


Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan
gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan
di Katangka, Makassar.

D.    Kehidupan Politik


Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang memerintah.
Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain sebagai berikut :
1.      Sultan Alauddin (1591-1639 M)
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenanga Ri Agamanna dan
merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama lslam. Pada pemerintahan Sultan
Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan (dunia
maritim). Dengan perkembangan tersebut menjadikan kesejahteraan rakyat Makassar meningkat.

2.      Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)


Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat seba
bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku
untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.

3.      Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)


Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan. Makasar berhasil menguasai hampir seluruh
wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa
dan sebagian Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktivitas pelayaran dan
perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat Kerajaan Makassar.
Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di Maluku yang
pusatnya di Ambon terhalang oleh kekuasaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan
Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan pertentangan itu sering terjadidi Maluku.
Keberanian Sultan Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belar di Maluku mengakibatkan
Belanda semakin terdesak. Oleh karena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian
Belanda memberikan julukan kepada Sultan Hasanudin “Ayam Jantan dari Timur”.
Untuk menguasai Makassar, Belanda melakukan politik devide et impera yang kemudian
menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru Palaka yang pada
waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap Makassar. Pasukan Belanda yang dibantu
Aru Palaka berhasil mendesak Makassar dan dapat menguasai kota kerajaan. Akhirnya Sultan
Hasanuddin terpaksa harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M yang isinya
antara lain sebagai berikut.
1)      VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni dagang Belanda
memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
2)      Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang diberi nama
Benteng Rotterdam.

3)      Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan pulau-pulau di
luar wilayah Makassar.

4)      Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang Makassar tetap


melakukan perlawanan yang berlangsung selarna dua tahun dengan pusat pertahanan
Sombaopu. Namun, Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu dengan
menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah.

4.      Raia Mapasomba


Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah)
adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta setelah menyerah kepada Belanda. Sultan
Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda yang
tujuannya agar Makassar tetap dapat bertahan. Namun, pada kenyataannya Mapasomba jauh
lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin sehingga Belanda kemudian mengerahkan seluruh
pasukannya untuk menghadapi perlawanan yang dilakukan Mapasomba.

E.     Kehidupan Ekonomi


Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
o   letak yang strategis, 
o   memiliki pelabuhan yang baik 
o   jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 M yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan
banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut
dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya
hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

F.     Kehidupan Sosial Budaya


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang
dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.  Walaupun masyarakat
Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma
tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang
terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan
Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara

G. Penyebab Keruntuhan Kerajaan Goa.


Pada masa pemerintahan Hasanuddin, Kesultanan Gowa Tallo terlibat perang besar dengan
VOC, yang terkenal dengan nama Perang Makassar Perang ini termasuk perang terbesar yang
dialami oleh VOC abad ke abad ke-17. Perang tersebut dilatar belakangi cita-cita Hassanudin
menjadikan Makassar pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini
mengancam aktivitas ekonomi Belanda. Pertama bagi Belanda kehadiran kesultanan, Gowa Tallo
saja mengancam lalu lintas perdagangan mereka dari Maluku ke Batavia. Kedua rencana
Hasanuddin mengancam eksistensi dan penguasaan ekonomi mereka di Maluku. Sudah lama
Belanda yang merasa berkuasa atas Maluku sebagai seumber rempah-rempah menganggap
Makassar sebagai pelabuhan gelap karna ikut juga memperjual belikan rempah-rempah dari
Maluku.
Diawali perlucutan dan perampasan terhadap armada Belanda di Maluku oleh pasukan
Hasanuddin, Belanda kemudian menyerang Makassar setelah sebelumnya mendapat kepastian
bantuan dari Sultan Bone, Aru Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda tetapi Sempat
terdesak, Belanda akhirnya mendesak kesultanan goa dan berhasil memaksa sultan Hasanuddin
menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, yang isinya :
 VOC (Serikat dagang Belanda) memperoleh monopoli perdagangan di Makassar.
 Belanda mendirikan benteng di Makassar (kelak bernama benteng Rotterdam).
 Makassar melepaskan daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau disekitar
Makassar.
 Makassar mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone.
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama Mapasomba. Sama
seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran Belanda di Makassar, bahkan lebih keras.
Konon, sultan Hasanuddin menasehati Mapasomba agar dapat bekerjasama dengan Belanda
dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makassar. Namun, Mapasomba gigih pada
tekadnya : Mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama
menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba
berhasilkan dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa
sepenuhnya atas Kesultanan Makassar.
Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur
perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang
sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hungan antara Batavia (pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya Kerajaan Makassar.
Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara sultan Hasanuddin dengan VOC.
Bahkan menyebabkan terjadinya perperangan, perperangan tersebut terjadi didaerah Maluku.
Dalam perperangan melawan VOC, Sultan Hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasuka Belanda di maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin
terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanuddin tersebut maka Belanda memberikan julukan
padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri perperangan dengan
Makassar yaitu dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone
(daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar
meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai
akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar. Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota Kerajaan Makassar. Dan secara
terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangani perjanjian
Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar. Walaupun
perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap berlangsung.
Bahkan pengganti dari Sultan Hasanuddin yaitu Mapasomba (Putera Hasanuddin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk mengahadapi perlawanan Rakyat Makassar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya
Kerajaan Makassar, dan Makassar atau Kerajaan Gowa Tallo mengalami kehancuran.
Demikian gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak raja gowa
pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad 18 kemudian
sampai mengalami transisi setelah bertaun taun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada
itu, sistem pemerintahan pun mengalami transisi dimasa raja gowa xxxvi andi itjo karaeng
lalolang, setelah menjadi bagian 12 republik Indonesia yang bersatu, berubah bentuk dari
kerajaan menjadi daerah tingkat II otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, andi itjo pun
tercatat dalam sejarah sebagai raja gowa terakhir dan sekaligus bupati gowa pertama.

G.    Peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo


1). Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang)

Fort Rotterdam  adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng


ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini
dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa
pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu
padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung
Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi
bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di
laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli
benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang.

2). Mesjid Katangka

Masjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa
kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi
Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta
Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
Makam raja-raja Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad
XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo,
Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau
pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation)
yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala
bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi
bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan kubah,
jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir.
Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata.
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan
Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa
dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka.
Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis goa adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari suku
makassar yang berdiam diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Sejak Gowa Tallo sebagai
pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan ternate yang sudah menerima
islam dari gresik. Raja ternate yakni baabullah mengajak Raja Gowa Tallo untuk masuk islam,
tapi gagal. Baru pada masa raja datu ri bandang datang kekerajaan gowa tallo, agama islam
mulai masuk ke kerajaan ini. Setaun kemudian hampir seluruh penduduk gowa tallo memeluk
islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan islam adalah Abdul kodir khotib tunggal yang
berasal dari Minangkabau. Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
sultan Hasanuddin (1653-1669). Daerah kekuasaan makassar luas seluruh jalur perdagangan di
Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti
kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan voc, sultan hasanuddin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan
belanda semakin terdesak. Atas keberanian sultan hasanuddin tersebut maka belanda
memberikan julukan padanya sebagai ayam jantan dari timur.
Demikian gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak raja gowa
pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad 18 kemudian
sampai mengalami transisi setelah bertaun taun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada
itu, sistem pemerintahan pun mengalami transisi dimasa raja gowa xxxvi andi itjo karaeng
lalolang, setelah menjadi bagian 12 republik Indonesia yang bersatu, berubah bentuk dari
kerajaan menjadi daerah tingkat II otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, andi itjo pun
tercatat dalam sejarah sebagai raja gowa terakhir dan sekaligus bupati gowa pertama.
3.2 Saran
Saran yang bersifat membangun dari para guru, pembaca dan teman-teman lainnya kami
harapkan demi perbaikan makalah tentang Kerajaan Gowa Tallo ini. Kami pun mohon maaf jika
terdapat kesalahan dalam penulisan dan kata-kata. Sekian dan Terimakasih

3 3. Daftar Pustaka

Adil M, Hapsari Ratna. 2014. Sejarah Indonesia Jilid 1 Kelompok Wajib untuk SMA/MA Kelas
X. Jakarta: Erlangga
Alfian Magdalia, Nurliana S Nana, Suhartono Sudarini. 2006. Sejarah untuk SMA dan MA
Kelas XI Progam IPS. Jakarta: Erlangga
Rizal Syamsul, Suhartono. 2007. Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI Progam IPA. Jakarta:
Widya Utama
TUGAS SEJARAH INDONESIA
SEJARAH ISLAM KERAJAAN GOA

OLEH :

1. NABILA AZZAHRA
2. S. NURHALIMAH SYAHIDAH
3. EGITA SEPTIANI
4. ZILDJIAN IBANES. GS
5. RENDI PUTRA
6. ANDINI AULIA PRATIWI

Anda mungkin juga menyukai