Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KERAJAAN DEMAK

Disusun oleh :

 DEVI INDAH PERMATA SARI (10)


 DIKA MUHAMMAD RAMADHAN (11)
 DILLA APRILIA HAMIDAH (12)
 DIMAS PRANATA UTAMA (13)
 DINA LAURENT HUTAPEA (14)
 EIRENOPOIOS TIMOTY (15)
 ERVINASARI SUSANTI (16)
 FAQIH BAGAS SETIAWAN (17)
 FIRYAAL HANA SAFITRI (18)

SMA PUSAKA NUSANTARA 2 BEKASI


Jl. Sultan Hasanudin No. 5A, Tambun, Tambun Selatan, Mekarsari, Tambun Sel.,
Bekasi, Jawa Barat 17143
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur, kami sampaikan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga makalah ini selesai kami susun.Namun begitu, kami selaku penyusun masih mohon
petunjuk dan bimbingan untuk pelaksanaan tugas-tugas berikutnya. Salawat serta salam kami
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang mewarisi sumber ilmu pengetahuan
kepada kita semua yaitu Al-quran dan Sunnah, semoga ilmu yang beliau wariskan bermanfaat bagi
kita dunia dan akhirat.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas semester yang bertujuan untuk
peningkatan pengetahuan dibidang karya ilmiah dan juga untuk memperdalam materi mata kuliah
Sejarah Nasional Indonesia.Penulis berharap semoga makalah ini berguna untuk semua pihak yang
membutuhkan. Meskipun makalah ini masih jauh dari kekurangan, namun kami masih
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca supaya makalah ini bisa
menuju titik kesempurnaan.

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd selaku dosen pembimbing,
teman-teman, dan pihak-pihak yang mendukung dan membantu kami dalam proses penyusunan
makalah Sejarah Nasional Indonesia ini, tanpa dukungan dari mereka semua belum tentu kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Bekasi,02 April 2018

(penulis)
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................

Daftar isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................

C. Tujuan Penulis............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Berdirinya Kerajaan Demak..........................................................................................

B. Letak topografi Kerajaan Demak.................................................................................

C. Raja-raja Kerajaan Demak..........................................................................................

D. Bentuk Pemerintahan Kerajaan Demak.......................................................................

1. Perkembangan politik...............................................................................................

2. Bentuk serta system perekonomian..........................................................................

3. Sistem social dan budaya..........................................................................................

E. Kemunduran dan Lenyapnya Kerajaan Demak............................................................

F. Peninggalan Kerajaan Demak yang Masih Tersimpan..................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................................

2. Saran………………………………………………………………………....................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki konsep-konsep dalam pambahasannya.Hal itu


bertujuan agar kita mudah untuk mempelajarinya.Dalam sejarah terdapat berbagai macam masalah
dan juga memiliki kegunaan di dalam dunia pendidikan atau pun untuk masyarakat secara
umumnya.Berhubungan karena sejarah sangat penting dalam kehidupan maka disini pemakalah akan
mengupas tentang hubungan dan sumbangsi apa yang bisa diambil dari sejarah yang ada, terutama
sejarah kerajaan Demak sebagai salah satu peninggalan sejarah nasional Indonesia.Besar harapan
kami semoga dengan adanya mata kuliah pengantar sejarah, kami bisa lebih mencintai sejarah dan
menjaganya dengan baik selaku tugas kami sebagai generasi penerus bangsa, sebagai mana kata
pepatah “baik buruknya suatu bangsa ditentukan oleh pemudanya”. Dengan adanya sejarah, maka
kita bisa berpedoman terhadap suatu kejadian yang terungkap dalam sejarah untuk memperbaikinya
di masa yang akan datang sehingga taraf kehidupan yang lebih baik bisa diwujudkan.

B. Rumusan Masalah

 Bagai mana awal berdirinya dan perkembangan kerajaan demak


 Bagaimana bentuk pemerintahannya
 Bagaimana kemunduran serta runtuhnya kerajaan demak

C. Tujan Penulisan

 Untuk mengetahui awal berdirinya serta berkembangnya kerajaan Demak


 Untuk mengetahui bentuk serta system kerajaannya
 Untuk mengetahui kemunduran dan runtuhnya kerajaan Demak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Berdirinya Kerajaan Demak

Sebelum kita meninjau lebih jauh tentang berdirinya Kerajaan Demak penulis akan
menceritakan sekilas tentang kerajaan yang berdiri sebelum Demak. Menurut sejarah dari berbagai
sumber mengatakan bahwa kerajaan Demak ini merupakan turunan dari Kerajaan Majapahit, oleh
sebab itu alangkah baiknya kita mengupas sekilas tentang fase peralihan atau masa kemunduran
Majapahit hingga lahirnya kerajaan Demak.

Dalam berbagai catatan mengenai keruntuhan Majapahit secara tertulis tidak ada sumber
tertulis yang dapat memberikan jawaban tepat tentang waktunya.Babad Tanah Jawi menyebutkan
Kerajaan Majapahit runtuh karena serangan Kerajaan Islam Demak pada 1478 Masehi atau 1400
saka.[1] Dalam bahasa Jawa Kuno tahun 1400 tersebut biasa dilambangkan dengan candra sengkal,
[2] Yang berbunyi “sirna ilang kertaning bumi” yang dapat diterjemahkan sebagai musnahnya
kemakmuran dan keberadaan sebuah negeri.[3]Sementara itu, prasasti-prasasti dan berita-berita
asing memberi rambu-rambu runtuhnya Kerajaan Majapahit terjadi pada awal abad XVI Masehi.Serat
Kanda dan Serat Darmogandul hanya memberitakan samar-samar tentang penaklukan Majapahit
oleh Demak. Pada tahun 1478 Masehi, Bhre Kertabhumi gugur di Keraton Majapahit karena serangan
dari Dyah Ranawijaya, anak Bhre Pandan Alas. Tahun itulah yang dijadikan pertanda hilangnya
Majapahit, sirna ilang kertaning bumi.[4]

Versi lain menyebutkan bahwa pada tahun 1478 ini Dyah Kusuma Wardhani dan suaminya,
Wikramawardhana, mengundurkan diri dari tahta Majapahit. Kemudian mereka digantikan oleh
Suhita.Pada tahun 1479, Wirabumi, anak dari Hayam Wuruk, berusaha untuk menggulingkan
kekuasaan sehingga pecah Perang Paregreg (1479-1484).Pemberontakan Wirabumi dapat
dipadamkan namun karena hal itulah Majapahit menjadi lemah dan daerah-daerah kekuasaannya
berusaha untuk memisahkan diri.Dengan demikian penyebab utama kemunduran Majapahit
tersebut ditengarai disebabkan berbagai pemberontakan pasca pemerintahan Hayam Wuruk,
melemahnya perekonomian, dan pengganti yang kurang cakap serta wibawa politik yang memudar.
[5]

Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah
kekuasaannya mulai memisahkan diri.Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten
tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit.Pada masa itu arus
kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging.[6]Sementara
Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech
Siti Jenar.[7]Sehingga dengan demikian keruntuhan Majapahit pada masa itu dapat dikatakan tinggal
menunggu waktu sebab sistem dan pondasi kerajaan telah mengalami pengeroposan dari dalam.Dari
kemunduran kerajaan Majapahit itulah yang melatar belakangi berdirinya Kerajaan Demak.

Tentang tahun kepastian runtuhnya kerajaan Majapahit ada yang menyatakan bahwa Demak
berdiri setelah kekuasaan Majapahit jatuh pada tahun 1527.[8]Selain itu rujukan lainnya menyatakan
bahwa Majapahit runtuh sekitar tahun 1521 dan pada saat itulah Raden Patah menggantikan
ayahnya dan bertahta di Demak.[9]

Dari sejarah diatas dapat kita ketahui bahwa Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit
yang pada akhirnya menjadi salah satu turunan dari kerajaan Majapahit sekitar abad ke-15 yang
mulai mangalami masa-masa keruntuhannya, beberapa daerah melepaskan diri dari Majapahit,
termasuk yang dilakukan salah satu adipatinya yang bernama raden Patah.

Raden Patah merupakan keturunan dari Raja Majapahit yang terakhir.Raden Patah sendiri
menurut sejarah berasal dari nama Arab: "Fatah", juga disebut "Pate Rodin" dalam catatan Portugis,
atau "Jin Bun"/R. Bintoro di catatan Cina. Ada bukti bahwa ia keturunan Cina dan mungkin bernama
Cek Ko-po[10] merupakan seorang muslim yang mendirika kerajaan Demak pada kuartil terakhir
abad ke-15.Dia juga seorang adipati Demak keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) raja
Majapahit yang melakukan perlawanan terhadap kerajaan Majapahit dan kemudian dengan dibantu
beberapa daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik
mendirikan kerajaan Islam Demak.

Menurut cerita Raden Patah persatuan dari pemberontak kerajaan Majapahit bisa
berhasilmerobohkan Majapahit dan kemudian memindahkan semua alat upacara kerajaan dan
pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang dari tetap berlangsungnya kerajaan kesatuan
Majapahit itu tetapi dalam bentuk kerajaan baru yang dikenal dengan sebutan kerajaan Demak.[11]

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah pada
tahun 1478.[12]Ia adalah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja
Majapahit. Raden Patah adalah menantu Malik Ibrahim, pengajar Islam di Jawa Timur yang juga
dikenal dengan nama Raden Rahmat. Malik Ibrahim atau Raden Rahmat menikah dengan salah satu
putri Majapahit dan dia kemudian dianugerahi Kadipaten Demak sebagai daerah
kekuasaannya.Kemudian salah satu putri dari Malik Ibrahim menikah dengan Raden Patah.Pasca
runtuhnya kerajaan Majapahit maka Raden Patah menggantikan kekuasaan ayahnya di Majapahit
dan sekaligus mertuaya di Demak.[13]

Dengan demikian kekuasaan Raden Patah bukan hanya didasarkan sebagai strategi
penyebaran Islam semata atau pun perebutan kekuasaan politik namun berdasarkan garis keturunan
dia memiliki hak atas tahta Majapahit. Akan tetapi dalam versi lain, nama Malik Ibrahim juga dikenal
sebagai nama asli Sunan Gresik yang telah wafat pada tahun 1419 dan tidak ditemukan catatan yang
menyebutkan secara jelas bahwa dia pernah menjadi penguasa Demak.[14] Selain itu nama Raden
Rahmat juga merupakan nama lain dari Sunan Ampel.[15]Dengan demikian tidak jelas apakah Malik
Ibrahim yang menjadi mertua Raden Patah yang dimaksud di atas adalah sosok yang sama dengan
Malik Ibrahim yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gresik, salah satu sesepuh Walisongo.

Maulana Malik Ibrahimyang terakhir ini juga dikenal sebagai “arsitek” berdirinya kerajaan
Demak.(Sekilas tentang Maulana Malik Ibrahim, Ia adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali, juga
disebut sebagai Sunan Gresik, atau terkadang Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy.
Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-
14.Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa
terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi.Sebagian cerita rakyat, ada pula yang
menyebutnya dengan panggilan Kakek Bantal.Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang
membawakan Islam di tanah Jawa.Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok
tanam.Ia banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat
Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang
ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.Pada tahun 1419, setelah selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim
wafat.Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.)[16]

Banyak versi tentang tahun berdirinya kerajaan Demak, menurut Prof. Dr. Slamet
Muljana,disebutkan bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 setahun sebelum berdirinya
masjid Agung Demak namun kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri
pada tahun 1500, para sejarawan ini beranggapan bahwa ada rentang waktu 21 tahun semenjak
didirikannya Masjid Demak untuk membangun fondasi kemasyarakatan dan menyusun kekuatan di
Demak[17] dan dalam makalah ini kami mengambil pendapat yang kedua.

Berdirinya kerajaan Demak merupakan klimaks dari perjuangan Wali Songo dalam
menyebarkan Islam, didalam Babad Demak diceritakan bahwa sebelum kerajaan Demak berdiri di
daerah Glagahwangi, tepatnya pada tahun 1479 Masehi telah didirikan Masjid Agung Demak, yang
proses pembangunannya melibatkan Walisongo, Masjid ini kemudian berperan sebagai jantung
penyebaran islam dan penanaman akidah Islam bagi masyarakat Demak, sekaligus sebagai fondasi
awal bagi berdirinya kerajaan Demak.

Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau
Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah Majapahit
hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu
Raden Patah.Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat
pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di
perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).

Menurut Mohammad Ali (1963), dalam bukunya “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah
Asia Tenggara”, menarik untuk dilihat. Dalam menguraikan terjadinya Kerajaan Demak, Moh. Ali
menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari
Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman
gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam
perantauannya itu, Raden Patah sampailah ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), yaitu
suatu kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan
Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian
tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak”.

Dimakalah ini penulis tekankan bahwa jika kita mempelajari semua sejarah memang sulit
untuk mempercayai sumber-sumber yang belum terbukti kebenarannya secara empiris, namun kita
harus mengetahui sebagai menambah wawasan dan mengambil pelajaran di balih sejarah yang
terungkap.
B. Letak Topografi Kerajaan Demak

Didalam buku “Ensiklopedi Kelirumologi” memuat sebuah entri baru tentang Lokasi Kerajaan
Demak.Entri itu menceritakan bahwa lokasi tentang bekas Keraton Kerajaan Demak secara pasti
belumlah ada kesepakatan di antara para ahli. Sekelompok ahli mengatakan bahwa letak lokasi
keraton tersebutkemungkinan ada di kawasan selatan alun-alun kota Demak sekarang dan
menghadap ke utara. Di kawasan selatan Demak ini terdapat suatu tempat bernama Sitinggil/Siti
Hinggil–sebuah nama yang biasanya berasosiasi dengan keraton. Namun kelompok ahli yang lain
menentang pendapat tersebut sebab pada abad XV, yaitu saat Kerajaan Demak ada, kawasan Demak
masih berupa rawa-rawa liar. Sangat tidak mungkin kalau Raden Patah mendirikan kerajaannya di
situ.Yang lebih mungkin, menurut kelompok ini, pusat Kerajaan Demak ada di wilayah sekitar
Semarang yaitu Alastuwo, Kecamatan Genuk.Pendapat ini didukung oleh temuan benda-benda
arkeologi.Menurut Jaya Suprana, salah satu dari kedua pendapat itu mungkin keliru, tetapi bisa juga
dua-duanya keliru.[18]

Kedua pendapat di atas menarik untuk diuji secara geologi sebab keduanya mau tak mau
melibatkan sebuah proses geologi bernama sedimentasi. Mari kita lihat sedikit proses sedimentasi di
wilayah ini, yang di kenal sebagai daerah sedimentasi Kuarter terkenal. Ada pendapat bahwa dahulu
kala Gunung Muria di sebelah utara Demak tidak menyatu dengan tanah Jawa, ia merupakan sebuah
pulau volkanik yang kemudian akhirnya menyatu dengan daratan Jawa oleh proses sedimentasi
antara Demak-Muria. Mari kita periksa pendapat ini berdasarkan literatur-literatur lama sejarah.

Sedikit hal tentang Kerajaan Demak, perlu dituliskan lagi untuk sekedar menyegarkan
pikiran.Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan
Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah sang
pendiri Kerajaan Demak. Riwayat penaklukan Majapahit oleh Demak, Kerajaan Demak sudah
berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas
wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa
Timur.[19]

Kembali ke pencarian pusat Kerajaan Demak, dalam bukunya Moh. Ali menulis bahwa pada
suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau
ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman
gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah
sampailah ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), yaitu suatu kawasan rawa-rawa besar
yang menutup laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan
Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian tempat tersebut dinamai
Raden Patah sebagai “Demak”.[20]

Menurut Slamet Muljana (1983), “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” Inti Idayu,
hutan di Gelagah Wangi itu dibuka dan dijadikan tempat hunian baru bernama “Bintara”. Dari nama
wilayah baru itulah Raden Patah terkenal sebagai Pangeran Bintara. Slamet Muljana (1968, 2005)
juga menulis bahwa Raden Patah (nama Tionghoanya Jin Bun – Raden Patah adalah anak raja
Majapahit Prabu Brawijaya dan salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina) memilih tinggal di
daerah kosong dan berawa di sebelah timur Semarang, di kaki Gunung Muria. Daerah itu sangat
subur dan strategis untuk menguasai pelayaran di pantai utara.Jin Bun berkedudukan di Demak. Di
Demak, Jin Bun menjadi ulama sesuai pesan gurunya, Sunan Ampel. Ia mengumpulkan para
pengikutnya baik dari masyarakat Jawa maupun Cina. Saat sebelum memberontak kepada Majapahit,
Jin Bun atau Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.

Ada yang mengatakan Demak dulu berlokasi di tepi laut, tetapi sekarang jaraknya dari laut
sampai 30 km, dapat diinterpretasikan dari peta genangan air yang diterbitkan Pemda Semarang
(Daldjoeni, 1992, “Geografi Kesejarahan II” Alumni).Peta genangan banjir dari Semarang sampai
Juwana ini dengan jelas menggambarkan sisa-sisa rawa di sekitar Demak sebab sampai sekarang
wilayah ini selalu menjadi area genangan bila terjadi banjir besar dari sungai-sungai di sekitarnya.Dari
peta itu dapat kita perkirakan bahwa lokasi Pulau Muryo ada di sebelah utara Jawa Tengah pada abad
ke-15 sampai 16. Demak sebagai kota terletak di tepi sungai Tuntang yang airnya berasal dari Rawa
Pening di dekat Ambarawa.

Di sebelah baratlaut kawasan ini nampak bukit Prawoto, sebuah tonjolan darat semacam
semenanjung yang batuannya terdiri atas napal di Pegunungan Kendeng bagian tengah.Dalam
sejarah Demak terdapat tokoh bernama Sunan Prawoto (Prawata) yaitu anak Pangeran Trenggono.
Nama sebenarnya adalah Mukmin, tetapi kemudian ia dijuluki Sunan Prawoto karena setiap musim
penghujan, demi menghindari genangan di sekitar Demak, ia mengungsi ke pesanggrahan yang
dibangun di bukit Prawoto. Sisa-sisa pesanggrahan tersebut masih menunjukkan pernah adanya
gapura dan sitinggil (siti hinggil) serta kolam pemandian (De Graaf, 1954, “De Regering van
Panembahan Senapati Ingalaga” Martinus Nijhoff).

De Graaf dan Th. Pigeaud (1974), “De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java” –Martinus
Nijhoff) punya keterangan yang baik tentang lokasi Demak.Letak Demak cukup menguntungkan bagi
kegiatan perdagangan maupun pertanian.Selat yang memisahkan Jawa Tengah dan Pulau Muryo
pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak
perahu dapat berlayar sampai Rembang.Baru pada abad ke-17 selat tadi tidak dapat dilayari
sepanjang tahun.

Dalam abad ke-17 khususnya pada musim penghujan perahu-perahu kecil dapat berlayar dari
Jepara menuju Pati yang terletak di tepi sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati
mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan
Demak dengan Pati sehingga dengan demikian Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan.

Pada abad ke-16 Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras hasil pertanian dari
daerah-daerah sepanjang Selat Muryo.Adapun Juwana pada sekitar tahun 1500 pernah pula
berfungsi seperti Demak. Sehubungan itu, menurut laporan seorang pengelana asing terkenal di
Indonesia saat itu –Tom Pires, pada tahun 1513 Juwana dihancurkan oleh seorang panglima perang
Majapahit dan Demak menjadi satu-satunya yang berperan untuk fungsi itu. Perhubungan Demak
dengan daerah pedalaman Jawa Tengah adalah melalui Kali Serang yang muaranya terletak di antara
Demak dan Jepara.Sampai hampir akhir abad ke-18 Kali Serang dapat dilayari dengan kapal-kapal
sampai pedalaman.Mata air Kali Serang terletak di Gunung Merbabu dan di Pegunungan Kendeng
Tengah.Di sebelah selatan pegunungan tersebut terdapat bentangalam Pengging (di antara Boyolali
dan Pajang/Kartasura).

Ketika dalam abad ke-17 sedimen di Selat Muryo sudah semakin banyak dan akhirnya
mendangkalkannya sehingga tak dapat lagi dilayari, pelabuhan Demak mati dan peranan pelabuhan
diambil alih oleh Jepara yang letaknya di sisi barat Pulau Muryo. Pelabuhannya cukup baik dan aman
dari gelombang besar karena terlindung oleh tiga pulau yang terletak di depan pelabuhan. Kapal-
kapal dagang yang berlayar dari Maluku ke Malaka atau sebaliknya selalu berlabuh di Jepara.

Demikian ulasan singkat berdasarkan literatur2 lama sejarah tentang lokasi Kerajaan Demak
yang lebih mungkin memang berada di selatan kota Demak sekarang, di wilayah yang dulunya rawa-
rawa dan menghadap sebuah selat (Selat Muryo) dan Pulau Muryo (Muria). Justru dengan berlokasi
di wilayah seperti itu, Demak pada zamannya sempat menguasai alur pelayaran di Jawa sebelum
sedimentasi mengubur keberadaan Selat Muria.

Sebagai pengetahuan tambahan Jalan raya pantura yang menghubungkan Semarang-Demak-


Kudus-Pati-Juwana sekarang sesungguhnya tepat berada di atas Selat Muria yang dulu ramai dilayari
kapal-kapal dagang yang melintas di antara Juwana dan Demak pada abad ke-15 dan ke-16. Bila Kali
Serang, Kali Tuntang, dan Kali Juwana meluap ke jalan-jalan genangannya tak mengherankan sebab
dulunya juga memang ke selat inilah air mengalir.

Bila kapan-kapan kita menggunakan mobil melintasi jalan raya pantura antara Demak-Pati-
Juwana-Rembang, ingatlah bahwa sekitar 500 tahun yang lalu jalan raya itu adalah sebuah selat yang
ramai oleh kapal-kapal niaga Kerajaan Demak dan tetangganya.

C. Raja-raja Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang strategis, dan sangat menonjol dari segi ekonomi,
politik dan juga pusat atau jantung penyebaran islam di tanah Jawa. Dalam mencapai semua itu
tentu tidak luput dari peran pemimpinnya pada saat itu, maka dari itu pemakalah akan mengupas
sedikit tentang latar belakang dan peran apa yang telah ia sumbangkan untuk kerajaan Demak.
Selama berdirinya kerajaan, Demak dipimpin oleh empat Raja sebelum dipindahkan oleh Tingkir ke
Panjang. Raja-raja tersebut adalah:
1. Raden Patah (1500-1518)

Raden Patah merupakan Anak raja Majapahit Brawijaya V dari seorang perempuan campa,
dikenal juga dengan nama jinbun. Disaat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun atau
Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.Beliau adalah pendiri kerajaan
Demak dan murid Sunan Ampel yang menjadi raja pertama dengan bergelar Sultan Syah Ngalam
Akbar Al-Fattah.

Raden Patah memiliki tiga orang putra, yaitu Pati Unus, Pangeran Trenggono, dan Pangeran
Sekar ing Seda Lepen, serta bermenantukan Fatahillah. Pada masa pemerintahannya ia mampu
membawa masyarakat pada kejayaannya dengan meningkatkan hasil pertanian dan demak juga
menjadi kerajaan agraris-maritim. Demak pada saat itu juga memiliki pelabuhan transito sehingga
demak menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama islam di tanah Jawa. Raden Patah
meninggal tahun 1518, dan digantikan oleh anaknya Pati Unus.

2. Pati Unus / Pangeran Sabrang Lor (1518-1521)

Beliau merupakan Anak dari raden patah dan kakak dari sultan trenggono.Berkuasa selama 3
tahun dari tahun 1518-1521.Pada tahun 1513 dibawah komandonya kerajaan Demak menyerang
malaka yang dikuasai portugis sehingga beliau dijuluki pangeran sabrang lor, walaupun serangan
tersebut gagal namun eksistensi kerajaan Demak mulai diperhitungkan.Upaya menghalau portugis
terus dilakukan dibawah komando beliau yaitu dengan melakukan blokade pengiriman beras ke
Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.Setelah serangkaian percobaan dalam menghalau
tentara Portugis akhirnya pada tahun 1521 pangeran sabrang lor meninggal dunia tanpa keturunan.

3. Sultan Trenggono (1521-1546)

Beliau adalah putra dari raden patah dan adik dari adipati Unus.Naik tahta setelah bersama
anaknya, Sunan Prawoto menyingkirkan raden kikin (pangeran sekar sedo lepen) saudara tirinya.
Bersama menantunya, Faletehan mengirimkan pasukan untuk menakhlukan sunda kelapa pada 22
juni 1527 dan berhasil meghalau Portugis dari Sunda Kelapa.Keberhasilannya membawa kerajaannya
mengalami masa kejayaan dengan adanya perluasan wilayah dari Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Dibawah pimpinanya ia mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527.
[21]

Beliau menyerang blambangan pada tahun 1546 dan beliau meninggal di Pasuruan sebelum
berhasil menakhlukan blambangan.Pada masa kepemimpinannya dianggap sebagai masa keemasan
kerajaan Demak karena memiliki daerah yang luas mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur dan
meluaskan pengaruh sampai Kalimantan dan Sumatera.

4. Raden Mukmin /Sunan Prawoto (1546-1549)

Raden mukmin adalah Putra sulung Sultan Trenggono dan turut membantu ayahnya naik
tahta menyingkirkan pangeran Ing Seda Lepen. Beliau Naik tahta setelah menyingkirkan raden kikin,
beliau Memimpin antara tahun 1546-1549 dan memindahkan ibu kota dari bintoro ke bukit prawoto
sehingga ia dijuluki Sunan Prawoto. Raden Mukmin sangat Berambisi untuk melanjutkan usaha
ayahnya menaklukkan pulau Jawa namun beliau Kurang ahli dalam berpolitik dan lebih suka hidup
sebagai ulama suci dari pada sebagai raja. Menurut babad tanah Jawa ia dibunuh oleh rangkud anak
buah arya penangsang. Sunan Prawoto tewas meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama
Arya Pangiri, yang kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat dari Jepara. Setelah dewasa, Arya
Pangiri menjadi menantu Sultan Hadiwijaya raja Pajang, dan diangkat sebagai bupati Demak.[22]

D. Bentuk Pemerintahan Kerajaan Demak

1. Perkembangan dan system politik

Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh
putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga
sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar
Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya
Trenggana.Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya
portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.

Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat.Dengan


semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul
Cirebon.Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan
Demak.Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon.Pasukan demak terus bergerak ke
daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk
memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura,
yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan
Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.

Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak.Negara bagian


banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul
perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.

2. Bentuk serta system perekonomian

Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang
cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.Selain itu, perdagangannya juga
maju.Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.Dilihat dari segi ekonomi, Demak
sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit daerah penghasil
rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran di bagian barat.Perekonomian
Demak dapat berkembang dengan pesat di dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam
bidang agraris yang cukup besar

Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil
rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat.Dengan
demikian perdagangan Demak semakin berkembang.Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan
Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.Sebagai kerajaan Islam
yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga
beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan demikian
kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh
keuntungan di bidang ekonomi

3. Sistem sosial dan budaya

Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih menerima
tradisi lama.Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapat pengaruh
Islam.Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya pembangunan Masjid Agung Demak yang
terkenal dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu yang dipakai untuk
membuat masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. Di pendapa (serambi depan masjid) itulah Sunan
Kalijaga (pemimpin pembangunan masjid) meletakkan dasar-dasar syaha- datain (perayaan Sekaten).
Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi Sekaten itu sampai
sekarang masih berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.[26]

E. Kemunduran dan Lenyapnya Kerajaan Demak

Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan


kekuasaan.Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya
Penangsang.Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhak
atas tahta Kerajaan Demak.Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan
terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang.Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan
Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri.Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka
Tingkir, menantu Sultan Trenggono.Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki
Gede Pemanahan dan Ki Penjawi.Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang
Saudara.Dalam pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke
tangan Jaka Tingkir.Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya.Ia
kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.

Walaupun sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri
sebagai penerus Kerajaan Demak.Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede Pemanahan yang telah
mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah daerah Perdikan (otonom) yang disebut
Mataram.Ki Gede Pemanahan kemudian menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede
Mataram.Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benawa, melainkan
putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri.Pangeran Benawa sendiri diangkat sebagai penguasa daerah
Jipang.Pangeran Benawan kurang puas dengan keputusan ini.Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di
Pajang juga dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak.Pangeran Benawa kemudian minta
bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan
Pajang.Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut kembali tahta
Kerajaan Pajang.Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya pada Sutawijaya secara simbolis
melalui penyerahan pusaka Pajang pada Sutawijaya.Dengan demikian, Pajang menjadi bagian
kekuasaan Kerajaan Mataram.[27]

F. Peninggalan Kerajaan Demak yang Masih Tersimpan

Masjid demak Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro
Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas
Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid
Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.

Menara,Bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan
konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara
diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto,
H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin .

Maksurah,merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki


nilai estetika unik dan indah.Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak
Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT.
Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati
Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.

Pintu Bledeg,pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki
Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi
Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Mihrab atau tempat pengimaman,didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang


merupakan prasasti “Condro Sengkolo”.Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”,
bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan
terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar Kencono
warisan dari Majapahit.

Dampar Kencana,Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai
hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi.
Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal
wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.

Soko Tatal / Soko Guru,Yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka
atap masjid yang bersusun tiga.Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak
empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan
Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan
yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan
Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.

Situs Kolam WudhuSitus ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak
sebagai tempat untuk berwudlu.Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya
meskipun sudah tidak dipergunakan lagi.[28]

Pawestren,merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jama’ah wanita. Dibuat
menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu )
kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif
Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibuat pada
zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat
yang menerakan tahun 1866 M.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478. Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya
pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa. Para pemimpin kerajaan
demak adalha raden patah, Beliau adalah pendiri Pendiri kerajaan Demak dan murid Sunan Ampel
yang menjadi raja pertama dengan bergelar Sultan Syah Ngalam Akbar Al-Fattah dan digantikan oleh
anaknya Pati Unus. dibawah komandonya kerajaan Demak menyerang malaka yang dikuasai portugis
sehingga beliau dijuluki pangeran sabrang lor, pada tahun 1521 pangeran sabrang lor meninggal dan
di gantikan oleh sultan trenggono. Pada masa kepemimpinannya dianggap sebagai masa keemasan
kerajaan Demak karena memiliki daerah yang luas mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur dan
meluaskan pengaruh sampai Kalimantan dan Sumatera. Setelah itu digantikan oleh raden mukmin,
Beliau Naik tahta setelah menyingkirkan raden kikin, beliau Memimpin antara tahun 1546-1549 dan
memindahkan ibu kota dari bintoro ke bukit prawoto.

Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan.


Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang.
Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto
oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri.
Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya
Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir. Ia kemudian
memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang dan mengubahnya menjadi kerajaan pajang.

2. SARAN

Kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa menjunjung tinggi 3 pilar bangsa, yaitu untuk berbangsa
satu; bangsa Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia; dan menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
 Http://64.203.71.11/kompas-cetak/0305/23/teropong/326029.htm.
 Lihat. Mugiyana,.et. all. Mardi Basa lan Sastra. Jilid III. (Tiga Serangkai, Surakarta, 1987).Hal.
30-31)
 Http://ervanhardoko.multiply.com/journal/item/18/Sirna_Ilang_Kertaning_Bumi.htm
 http://susiyanto.wordpress.com/2008/04/17/kesultanan-demak-pasca-keruntuhan-
majapahit/diakses pada tanggal 20-10-2011/09:43.
 H. Soekama Karya., et all. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam.(Logos, Jakarta,
1996).Hal. 364
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
 R. Soegondo. Ilmu Bumi Militer Indonesia. Jilid II. (Pembimbing, Jakarta, 1954).Hal. 205).
 wikipedia.org/wiki/Sultanate_of_Demak
 Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid III: 1959,hal.49.
 Muljana Slamet.Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara Negara Islam di
Nusantara.
 Mohammad Ali (1963), “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara”
 http://www.scribd.com/doc/8566774/Kerajaan-Demak
 http://indopedia.gunadarma.ac.id/pdf/5549.pdf
 Mustafa, Shodiq. 2007. Wawasan Sejarah 2 Indonesia dan Dunia. Kelas XI SMA dan MA. Solo:
Tiga Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai