Anda di halaman 1dari 19

Makalah Sejarah Wajib Tentang Kerajaan

Ternate

Disusun oleh:
 Haura al insiyyah
 Lintang prabaswara
 Muhammad Farras naufal
 Muhammad keiza
 Tiar petra

SMA NEGERI 51 KURIKULUM 2013


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 31 Maret 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi
Sampul halaman……………………………………………………………….i

Kata pengantar…………………………….......................................................ii

Daftar isi……………………………………………………………………....iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang………………………………..............................1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………….5
1.3 Tujuan…………………………………………………………...5

Bab 2 Isi……………………………………………………………………….6

2.1 Sejarah berdirinya………………………………………………..6

2.2 Letak geografis…………………………………..........................7

2.3 Masa kejayaan……………………………………………………8

2.4 Masa keruntuhan…………………………………………………8

2.5 Raja- rajanya……………………………………………………...9

2.6 Peninggalannya…………………………………………………..11

2.7 Sumber-suber peninggalannya…………………………………...13

2.8 Kedatangan Islam………………………………………………..14

Bab 3 Penutup………………………………………………………………….15

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….15

3.2 Saran……………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….16

iii
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Islam masuk ke nusantara pada abad ke-7, walaupun ada yang


mengatakan masuknya agama islamke Indonesia pada abad ke-12.
Kebanyakan mereka yang membawa islam masuk ke Indonesia adalah para
pedagang yang sebagian besar tertarik pada kekayaan rempah-rempah yang
dimiliki Indonesia dikala itu, hingga para kolonial pun masuk ke Indonesia
untuk menguasai negri yang subur ini sebagai tempat jajahan mereka. Salah
satu daerah yang memiliki komoditi rempah-rempah terbesar adalah
Maluku.

Awal kedatangan Islam di Maluku khususnya Ternate, diperkirakan


sejak awal berdirinya Ternate (1257) masyarakat Ternate telah mengenal
Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate
kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa
Islam seperti Baab Masyhur, pendiri kerajaan Ternate, namun kepastian
mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan.
Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk
Islam pertengahan abad ke 15.

Kerajaan Ternate di Kepulauan Maluku Utara memeluk Islam lebih


awal setelah kerajaan Pasei dan Malaka, karena di wilayah tersebut banyak
tumbuh rempah seperti cengkeh dan pala. Kedua komoditi itu telah memikat
para pedagang asal Arab untuk berpompetisi dalam arus perdagangan
bersama dengan pedagang asal India dan China.Para pedagang asal Arab
pada abad pertengahan hijriyah telah membawa Islam ke Ternate, walaupun
kerajaan memeluk Islam baru pada pertengahan abad ke 15. Para pedagang
tentu saja memberikan kontribusi cukup signifikan dalam pengembangan
ajaran Islam di tengah masyarakat. Para pedagang muslim seperti biasanya
menjalankan ibadahnya dimanapun mereka berada, yang pada dasarnya
menarik minat mitra dagangnya untuk berdialog dan selanjutnya dapat
meyakini serta memeluk Islam.

Ternate juga dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Indonesia.


Setelah Samudera Pasei, Ternate adalah daerah pertama yang mengenal
Islam dan menjadikan agama itu sebagai unsur penting dalam menata

1
kenegaraan. Sejak diterimanya agama Islam di kerajaan Ternate pada abad
ke 15 oleh Kolano Kaicil Marhum (1456-1486), maka Islam dianut semua
lapisan masyarakat, bahkan diserap kedalam kelembagaan kerajaan.
Kerajaan Ternate dapat dipandang sebagai kerajaan Islam pertama dibagian
Timur kepulauan Indonesia.

Pranata-pranata Islam dipadukan dengan lembaga-lembaga adat dan


tradisi rakyat Ternate. Adopsi paling mendasar atas institusi Islam adalah
penggantian predian Koloni (raja) dengan Sultan. Tokoh yang harus disebut
karena jasanya mentransformasikan Islam ke dalam kelembagaan kerajaan
adalah Zainal Abidin, raja Ternate pertama yang mengganti predikat Kolano
dengan Sultan. Corak kebudayaan dalam sejarah secara umum di Indonesia
dipengaruhi oleh tiga sumber kebudayaan, yaitu kebudayaan Hindu, Islam
dan Eropa. Kecuali masyarakat Jawa, Sumatera dan Bali, masyarakat
Maluku Utara secara relatif tidak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu.
Pengaruh Islam dan Kristen sangat bermakna mengingat masyarakat Maluku
Utara pernah mengalami kedatangan orang-orang Arab, Gujarat, dan Eropa.

Pengaruh kebudayaan Islam ditandai dengan bentuk Negara yang


berbeda di pesisir yang mula-mula merupakan kota-kota pelabuhan, dengan
perkembangnya perdagangan rempah-rempah di laut-laut nusantara
menyebabkan timbulnya suatu lapisan pedagang yang makmur dari
aristokrasi yang kuat.Pada abad ke 14 Ternate telah menjadi salah satu pusat
perhatian bagi perdagangan internasional di jalur pelayaran Indonesia bagian
Timur. Faktor utama daya tarik Maluku dan Ternate bagi para pedagang
antar bangsa adalah rempah-rempah, sehingga daerah kepulauan Maluku
oleh orang Barat diberi julukan “Thespice Island”(kepulauan rempah-
rempah).

Kedatangan orang-orang Eropa pertama di Maluku pada abad ke-15


sering dipandang sebagai masa paling penting dalam sejarah kawasan ini.
Pandangan ini sangat beralasan karena kedatangan orang-orang Eropa,
Portugis dan Belanda khususnya, memiliki dampak yang sangat besar
terhadap Indonesia secara keseluruhan, juga terhadap kerajaan
Ternate.Datangnya bangsa Portugis membawa banyak perubahan dalam
pemerintahan kesultanan dan masyarakat Kerajaan Ternate. Rentang waktu
yang cukup lama membawa pengaruh yang sangat luas disemua aspek
kehidupan mereka. Ini bisa dilihat dari beberapa peninggalan yang berwujud

2
maupun yang tidak berwujud, diantaranya peninggalan yang berupa
benteng-benteng yang tersebar di Kota Ternate.

Belum lagi yang peninggalan non fisiknya, yaitu berupa bahasa,


kesenian, kuliner dan sebagainya.Ternate pada masa itu merupakan Negara
bahari yang bercirikan kesultanan, meninggalkan banyak hal menarik
menyangkut tata cara dan kehidupan sosial yang terjadi dalam kesultanan
Ternate. Dalam laporan yang ditulis oleh Antonio Pigafeta dan Galvao
selama di Ternate, telah mengulas tuntas secara deskriptif tentang kehidupan
masyarakat Ternate maupun kehidupan yang terjadi di dalam kerajaan
Ternate. Mereka banyak menjelaskan tentang gaya hidup para sultan yang
pernah memerintah kerajaan Ternate pada abad ke 14-15. Gaya hidup yang
serba mewah pada masa itu, mulai dari kostum, pesta dan perlombaan serta
ketangkasan sampai kepada produk makanan khas merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan bangsawan keraton.

Hal yang menarik untuk ditelaah bersama bahwa kesultanan Ternate


pada masa ke masa telah dipimpin sebanyak 48 orang sultan dengan gaya
dan karakteristik masing-masing. Dari perjalanan sejarah kesultanan Ternate
dari abad ke 14 orang-orang Cina telah masuk untuk kontak dagang,
walaupun kemudian diganti oleh orang-orang Jawa, Sumatera, Makkasar,
dan Tagalok, maka sejak itu pula Majapahit telah menjadi bagian penting
dari perdagangan rempah-rempah dari Malukupada umumnya dan
khususnya di Ternate.

Dari sistem perdagangan yang telah terbuka tentunya banyak


membawa perubahan penting dalam sistem pemerintahan kesultanan
Ternate. Birokrasi mulai diterapkan, termasuk perubahan penting dalam
bidang ekonomi dan politik. Sejarah kesultanan Ternate memberikan
gambaran sistem kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat Maluku
Utara.Sebagaimana diketahui bahwa Maluku Utara yang dikenal masyarakat
secara umum telah mengalami perkembangan melalui proses sejarah
sehingga menampakkan wujud yang perlu dikaji. Melalui proses sejarah
Maluku Utara telah menunjukkan bagaimana sistem kemasyarakatan dengan
struktur sosial, ekonomi, budaya dan politiknya, tumbuh berubah-ubah dan
mencapai tingkat perkembangan sesuai zamannya.

Secara politis wilayah Maluku Utara ketika masih berada dalam


struktur pemerintahan kerajaan (kesultanan) terbagi dalam tiga kerajaan.
Ketiga kerajaan itu mempunyai hubungan formal (resmi) dan tertulis dengan

3
VOC yang berkepentingan mengamankan monopoli rempah-
rempahnya.Ketiga kerajaan itu adalah Ternate, Tidore dan Bacan, yang
masing-masing berpusat di pulau-pulau kecil dengan jangkauan kekuasaan
formal mencakup seluruh Maluku Utara sampai Irian Barat dengan bagian-
bagian tertentu dari pesisir Sulawesi Timur.

Berlandaskan konsep sejarah yang memotret perkembangan


masyarakat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datangsebagai proses
hubungan yang berkesinambungan, maka dalam studi mengenai kesultanan
Ternate dipusatkan pada unsur-unsur yang mendukung perkembangan dan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan.

Dilihat dari status sosial, maka pelapisan masyarakat di Kesultanan


Ternate terdiri atas tiga tingkatan yaitu golongan bangsawan yang terdiri dari
keluarga sultan dan pembesar-pembesar lainnya, kemudian tingkatan kedua
adalah rakyat biasa dan mereka disebut bala atau anak bala.Mereka yang
menduduki tingkatan sosial terendah adalah para hamba sahaya.Dari segi
ekonomi, kesultanan Ternate sangat mengandalkan dan bergantung pada
arus perdagangan internasional di Asia Tenggara. Kesultanan Ternate adalah
rezim yang sangat mengandalkan warganya yang tersebar di banyak pulau
dan sangat dibutuhkan partisipasinya untuk ekspedisi militer.

Sementara sistem ekonomi rakyat, selain mengelola sumber-sumber


alam, tanah juga merupakan salah satu sumber ekonomi rakyat.Penduduk
Maluku Utara sejak lama dikenal sebagai petani dan nelayan. Untuk
pemenuhan kebutuhan, mereka menjual hasil-hasil tani dan hasil nelayan
kepada orang-orang Eropa dan orang Timur asing, seperti orang Cina dan
orang Arab.Dalam perjalanan sejarah hingga memasuki periode 1599 sampai
tahun 1606 adalah periode yang sangat penting dalam sejarah Ternate.
Selama masa itu Ternate harus menghadapi Portugis dan Spanyol
tetapi harus menghadapi Inggris dan Belanda. Beberapa kebijakan politik
dan ekonomi itu meliputi eksterpasi (penebangan pohon-pohon cengkeh dan
pala untuk memebatasi produk), Hongi-tochten (pada zaman belanda, hongi
pertama kali didirikan pada tahun 1607).
Monopoli perdagangan cengkeh menutup pelabuhan bagi kapal-kapal
yang berbendera asing, membatasi kekuasaan para elite lokal, khususnya
yang memerintah dan untuk seterusnya disebut penguasa pribumi,
penanaman paksa dan pengerahan wajib cengkeh, larangan dan pembatasan
perdagangan asing. Untuk mewujudkan tujuan itu maka penguasaan daerah

4
secara politis dan ekonomi menjadi sangat penting. VOC menerapkan
berbagai kebijakan politik dan ekonomi, yang mendapat pengaruh dari
perkembangan politik ekonomi yang sedang berkembang di Eropa.

1.2 Rumusan masalah

 Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan ternate?


 Bagaimana letak geografis kerajaan ternate?
 Jelaskan masa kejayaan dan masa keruntuhan kerajaan ternate!
 Apa saja peninggalan-peninggalan kerajaan ternate?
 Sebutkan sumber-sumber sejarah dari kerajaan ternate?
 Siapa saja raja-raja yang pernah memimpin kerajaan ternate?
 Bagaimana islam bisa masuk ke wilayah ternate?
1.3 Tujuan
Umum
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia.
2. Mengetahui sejarah dari kerajaan ternate.
3. Mengenal kerajaan- kerajaan islam di Indonesia.
Khusus
1. Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Wajib yang diberikan
oleh Guru Sejarah Wajib kami tentang materi kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia.

BAB 2
5
ISI
2.1 Sejarah Berdirinya

Di awal abad ke-13 pulau Ternate mulai dikunjungi oleh para


pelancong dan pedagang. Penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus
dari Halmahera. Pada mulanya di Ternate terdapat 4 kampung yang tiap
kampung dipimpin oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang
pertama–tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang
dari segala penjuru mencari rempah–rempah.

Penduduk Ternate semakin bervariasi dengan bermukimnya pedagang Jawa,


Arab, Tionghoa dan Melayu. Karena perdagangan yang semakin ramai
ditambah bahaya yang sering datang dari para perompak maka atas inisiatif
Momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk
suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal
sebagai raja.

Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai
kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272).
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan
selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga
sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam
Lamo dengan Gamalama).

Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih
suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah
pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari
sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi
kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia
khususnya Maluku.

2.2 Letak Geografis 6


Secara geografis kerajaan Ternate terletak di Kepulauan Maluku, antara
Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia
perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil
rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai ‘’The Spicy Island”.

Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat


itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan
bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke
Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore.

7
2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Masa kejayaan ternate terjadi ketika ternate berada dibawah


kepimpinan sultan baabullah. Sultan Baabullah
(10 Februari1528- permulaan 1583), juga ditulis
Sultan Babullah atau Sultan Baab (tulisan
Eropa) adalah sultan dan penguasa Kesultanan
Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570
- 1583.

Ia dikenal sebagai sultan Ternate dan Maluku


terbesar sepanjang sejarah, yang berhasil
mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke
puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan
Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi
pulau–pulau di nusantara bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall.

2.4 Masa Keruntuhan Kerajaan Ternate


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba
dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan
Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-
rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan
Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku
berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur,
rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2.5 Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Ternate


8
Kolano dan Sultan Ternate Masa jabatan
Baab Mashur Malamo 1257 – 1277
Jamin Qadrat 1277 – 1284
Komala Abu Said 1284 – 1298
Bakuku (Kalabata) 1298 – 1304
Ngara Malamo (Komala) 1304 – 1317
Patsaranga Malamo 1317 – 1322
Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 – 1331
Panji Malamo 1331 – 1332
Syah Alam 1332 – 1343
Tulu Malamo 1343 – 1347
Kie Mabiji (Abu Hayat I) 1347 – 1350
Ngolo Macahaya 1350 – 1357
Momole 1357 – 1359
Gapi Malamo I 1359 – 1372
Gapi Baguna I 1372 – 1377
Komala Pulu 1377 – 1432
Marhum (Gapi Baguna II) 1432 – 1486
Zainal Abidin 1486 – 1500
Sultan Bayanullah 1500 – 1522
Hidayatullah 1522 – 1529
Abu Hayat II 1529 – 1533
Tabariji 1533 – 1534
Khairun Jamil 1535 – 1570
Babullah Datu Syah 1570 – 1583
Said Barakat Syah 1583 – 1606
Mudaffar Syah I 1607 – 1627
Hamzah 1627 – 1648
Mandarsyah 1648 – 1650 (masa pertama)
Manila 1650 – 1655
Mandarsyah 1655 – 1675 (masa kedua)
Sibori 1675 – 1689
Said Fatahullah 1689 – 1714 9
Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin 1714 – 1751
Ayan Syah 1751 – 1754
Syah Mardan 1755 – 1763
Jalaluddin 1763 – 1774
Harunsyah 1774 – 1781
Achral 1781 – 1796
Muhammad Yasin 1796 – 1801
Muhammad Ali 1807 – 1821
Muhammad Sarmoli 1821 – 1823
Muhammad Zain 1823 – 1859
Muhammad Arsyad 1859 – 1876
Ayanhar 1879 – 1900
Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) 1900 – 1902
Haji Muhammad Usman Syah 1902 – 1915
Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975
Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) 1975 – 2015

2.6 Peninggalan Kerajaan Ternate

1. Benteng Torre dan Tahula


10
Benteng Torre dan Tahula merupakan peninggalan dari jaman penjajahan oleh Portugis ,
Benteng Torre dibangun pada tahun 1512 , dan dibangun didekat makan Sultan Zainul
Abidin selain itu benteng ini letaknya berdekatan dan sama-sama dekat dengan Instana Kie
(Kadato Kie). Benteng ini digunakan oleh bangsa Portugis untuk melawan Belanda , benteng
ini terletak pada Kota Soa Sio . Kedua peninggalan bersejarah ini sangat dijaga kebersihan
dan juga keberadannya, karena bangunan
ini membuktikan adanya kerajaan tidore
pada zaman dahulu dan menjadi
kebanggaan.

2.Kadato Kie (Istana Kie)

Sejarah Kerajaan Tidore juga


meninggalkan peninggalan
bersejarah dengan nama
Kadato, kadato sendiri berarti
Istana dan orang – orang
sering menyebutnya Istana Kie atau Kedaton Kie , bangunan tersebut sudah ada
sejak 1812 dan dibangun di masa pemerintahan Sultan Syahjuan T. Dan sekarang
bangun itu digunakan untuk tempat wisata ber-sejarah dimana pengunjung bisa
melihat singgasana para sultan dan arsitektur interior yang menggambarkan
Kerajaan Tidore saat itu.

3.Makam Sultan Baabullah

Sultan Baabullah (10 Februari 1528-


permulaan 1583), juga
Babullah atau Sultan Baab (tulisan Eropa)
adalah sultan dan penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara
tahun 1570 - 1583. Ia dikenal sebagai sultan Ternate dan Maluku terbesar
sepanjang sejarah, yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate
ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan
Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau
berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di
nusantara bagian timur, Mindanao selatan
dan kepulauan Marshall.
11
4. Masjid sultan di Ternate

Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di kawasan Jalan
Sultan Khairun,Kelurahan Soa Sio,Kecamatan Ternate Utara, Kota
Ternate. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di
kawasan timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate mulai menganut Islam sejak raja
ke-18, yaitu Kolano Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 M. Pengganti
Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin
memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan mengganti
gelar Kolano menjadi Sultan, menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan,
memberlakukan syariat Islam, serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum
Islam dengan melibatkan para ulama.

5.Benteng Tolukko

Benteng tolukko adalah benteng peninggalan Portugis yang


berada di Kelurahan Sangadji, Kecamatan Ternate
Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku
Utara, Indonesia.Benteng Tolukko dibangun oleh seorang
panglima Portugis yang bernama Fransisco Serao, pada
tahun 1540. Benteng ini dibangun Portugis sebagai
pertahanannya dalam menguasai cengkih dan juga
menguasai dominasinya di antara bangsa Eropa yang
lain. Benteng ini diambil
alih oleh Belanda pada
tahun 1610 dan direnovasi
oleh Pieter Both. Pada
tahun 1864, oleh Residen
P. van der Crab, benteng
Tolukko dikosongkan karena sebagian bangunannya telah
rusak. Pemerintah Republik Indonesia memugar benteng ini
pada tahun 1996-1997.
12
2.7Sumber-sumber sejarah peninggalan Kerajaan Ternate

Selain sisa-sisa bangunan berupa istana, masjid, banteng, dan


bangunan-bangunan lain, sumber kesejarahan kerajaan Ternate berasal
dari fakta tertulis. Untuk fakta tertulis ini terutama berasal dari catatan-
catatan kolonial. Namun catatan kolonial tersebut hanya berupa catatan
dagang sehingga tidak bisa menggambarkan keadaan dan situasi kerajaan
yang menganut agama islam tersebut.
fakta tertulis yang bisa diandalkan terkait kerajaan Ternate adalah
catatan dari seorang Portugis yang bernama Tom Pires, catatan ini
kemudian diberi judul "Suma Oriental". Buku ini menjadi acuan terutama
pada kedatangan awal orang Eropa ke Nusantara. Buku ini pada 2015
telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama,
Suma Oriental. diterbitkan oleh Penerbit Ombak, Yogyakarta.

2.8 Kedatangan Islam di Kerajaan Ternate

Tidak ada catatan yang menyatakan kapan awal masuk nya 13


islam ke Ternate, namun Kolono Marhum merupakan raja Ternate
pertama yang memeluk agama Islam, setelah mendapatkan petunjuk
dari ulama islam asal Minangkabau, Datu Maulana Husen, salah
seorang murid dari Sunan Giri yang datang ke Ternate pada tahun
1465M.
Jika keterangan diatas dijadikan rujukan, maka bisa dikatakan
bahwa islam dibawa dan disebarkan oleh ulama dari Melayu dan
Jawa. Tapi berdasarkan sumber dari M. Shaleh Putuhena yang
didasarkan pada tradisi lisan, pedagang Arab lah yang menyebarkan
Islam di Maluku, yaitu Syeikh Mansur, Syeikh Amin, dan Syeikh
Umar.

Dari sumber-sumber diatas bisa disimpulkan bahwa


masyarakat Ternate sendiri sudah mengenal Islam dari sejak abad ke-
13 dari pedagang Arab, namun Islam mulai disebarluaskan dan
berkembang di Ternate baru pada abad ke-15, hal ini kemungkinan
disebabkan pendekatan yang dilakukan oleh ulama Melayu-Jawa
dalam berdakwah, lebih dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat
Ternate.

Setelah Marhum wafat, anaknya Zainal Abidin


menggantikannya. Ia lah yang menjadikan Islam sebagai agama resmi
kerajaan, dan meninggalkan gelar kolano dan menggantinya
dengan sultan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk lembaga
kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.

Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di


Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan
madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah
memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di
pulau Jawa. Di sana dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan
Cengkih).

BAB 3
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kerajaan ternate memiliki letak yang sangat penting dalam dunia


perdagangan pada masa itu. Kerajaan ternate terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar,
sehingga dijuluki sebagai ‘’The Spicy Island.’’
3.2 Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan – kerajaan islam. Dan kita perlu
Mengembangkan wawasan kita tentang sejarahuntuk mengenal dan memahami
sejarah dari kerajaan-kerajaan islam di Indonesia.

Daftar Pustaka
https://histori.id/kerajaan-ternate/ 15
https://e-the-l.blogspot.com/2017/09/sejarah-kerajaan-ternate-masa-
kejayaan.html
http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
https://destinasimalukuutarabos-
toturial.blogspot.com/2016/11/peninggalan-kerajaan-ternate-dan-
tidore.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ternate

16

Anda mungkin juga menyukai