Anda di halaman 1dari 5

3.

Perkembangan Kemajuan Islam di Wilayah India Hingga Masa Kemundurannya


A. Masa Kemajuan Islam di India
Peranan muslim India dalam pengembangan Islam dapat dilihat dalam empat
tahapan: pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan
Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap
keempat, Islam pada negara India sekular (1947 sampai sekarang).

Sebelum kerajaan Mughal berdiri, sejak abad ke-1 Hijriah, islam telah masuk ke India
ketika Umar bin Khattab memerintahkan suatu ekspedisi. Pada tahun 643, setelah Umar
wafat, orang-orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan
Bani Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi ke sana di bawah Panglima Muhammad bin
Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai tahun 871 orang-orang Arab telah menjadi
penghuni tetap di sana. Meskipun masih dalam abad pertama Hijrah Nabi, tanah-tanah Sind
telah menjadi wilayah Kerajaan Islam, namun bagian terbesar dari tanah India belum takluk
di bawah pemerintahan Islam. Raja-raja masih memerintah dengan kuat dibeberapa negeri
yang besar, dan alam Hindu masih kuat dengan kuil-kuil dan pagoda.

Kehadiran Islam di India serasa tidak lengkap kalau tidak menyebut peranan dinasti
Ghasnawiyah. Meskipun bukan yang pertama kalinya ke India paling tidak pasukan
Ghasnawiyah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud makin meneguhkan posisi Islam di India.
Dia berhasil mengembalikan posisi Islam di wilayah ini dengan menaklukkan raja-raja
Hindu dan mengadakan pengislaman masyarakat India pada tahun 1020 M. Keberhasilan ini
ditopang oleh konsep ajaran Islam yang dibawanya, yang lebih menekankan persamaan
derajat menggantikan sistem kasta yang berkembang di tengah masyarakat Hindu. Sultan
Mahmud Gaznawi pada tahun 1020 berhasil menaklukan raja-raja Hindu di wilayah India
dan mengislamkannya. Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti kecil seperti
Mamluk, Khalji, Tugluq, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan
Lody (w. 1489). Sampai akhirnya datang era kejayaan dinasti Mughal.

Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605), dan
tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M),
Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat
dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.

Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh


urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi’i. Pada masa
pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh
Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam
Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I pada tahun 1556 M.
Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan
Gwalior dapat dikuasai penuh.

Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah


mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam
Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat
menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal,
Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang
sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.

Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul
dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah
Persia. Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu
politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat
dibedakan oleh etnis atau agama.

Keberhasilan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang


bernama Jehangir, Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-
raja yang besar dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat
merasa aman dan damai.

Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di Hugli Bengala,
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan jalan menarik pajak
dan menyebarkan agama Kristen. Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun 1658 M dan
terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan istana.

Akhirnya Kerajaan Mughal terpecah menjadi beberapa bagian. Shuja menobatkan


dirinya sebagai Raja di Bengala; Murad menobatkan dirinya sebagai Raja di Ahmadabad;
sedangkan Shuja bergerak memasuki pemerintahan di Delhi. Namun pasukan Aurangzeb
berhasil mengalahkannya pada tahun 1658 M. Kemudian Aurangzeb memerangi pasukan
Murad dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh karena itu, Aurangzeb secara resmi
dinobatkan menjadi Raja Mughal.
Ketika Mughal dipimpin oleh Aurangzeb, semasa kekuasaannya kerajaan Mughal
sebagai salah satu kerajaan adi kuasa. Sehingga mengalami kesuksesan yang amat besar
diberbagai bidang. Pertama dalam bidang futuhat Mughal berhasil menguasai daerah yang
meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Melwa,
Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore,
dan Trichinopoli. Kedua dalam bidang ekonomi, bahwa umat Islam pada waktu itu telah
mengekspor kain ke Eropa, menghasilkan rempah-rempah, gula, dan lain-lain yang ketika
itu semua merupakan komoditas ekspor. Ketiga dalam bidang pendidikan Mughal sangat
cemerlang, mereka membangun masjid, perpustakaan, dan madrasah. Pengajaran waktu itu
meliputi filsafat, logika, geometri, sejarah, politik, matematika, dan ilmu agama. Selain itu
juga dibangun sekolah-sekolah tinggi. Keempat bidang arsitektur, dapat dilihat dari
bangunan-bangunan yang indah seperti Benteng Merah, Masjid Jami’, istana megah di
Delhi dan Lahore, dan yang termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia adalah Taj
Mahal di Agra.

Kemajuan Mughal di bidang politik dan militer memuncak pada masa pemerintahan
Babur, Akbar dan Aurangsab.  Sementara bidang seni khususnya seni bangunan atau
arsitektur mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Syah Johan, sebagaimana bidang
agama khususnya hukum Islam pada masa Aurangzab. Adapun kemajuan di bidang
ekonomi khususnya pertanian terjadi pada masa pemerintahan Akbar.

Karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan karya seni terbesar
yang dicapai oleh kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjid-
masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj
Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.

Walaupun demikian, kebangkitan muslim modern bersamaan dengan semua pengaruh


muslim. Namun hal ini tidak memperoleh cukup jaminan dari mayoritas Hindu untuk
melindungi identitas, budaya, dan agama orang-orang muslim. Oleh sebab itu, hal ini
menyebabkan terciptanya Pakistan yang akhirnya terpecah menjadi dua (Pakistan dan
Bangladesh). Orang Islam merasa nasibnya jauh lebih membaik di dua negara merdeka itu,
karena mendapatkan kemerdekaan serta kedaulatan untuk hidup selamanya. Namun
sebaliknya, muslim yang hidup di daerah mayoritas Hindu yang membentuk republik India
mengalami situasi yang memburuk.
Umat Islam di India menyebar di negara-negara bagian: Uttar Pradesh, Bengali Barat,
Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat,
Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan muslim India adalah petani.

Pada saat ini, kebudayaan Islam India, dengan keserbasamaannya yang menyeluruh
dibanding dengan kebudayaan Hindu di anak benua ini, mempunyai dua praktik yang
sedikit berbeda antara Muslim di daerah Utara dan Selatan India. Di Utara, Muslim
kebanyakan menganut madzhab Hanafi, berbahasa Urdu atau Benggali. Di Selatan, Muslim
mengikuti madzhab Syafi’i dan umumnya berbahasa Tamil.

Sekitar 90% Muslim di India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab
Hanafi. Diantara aliran Sunni, ada sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi’i,
kebanyakan di negara bagian selatan. Sisanya kebanyakan aliran Syi’ah madzhab Ja’fari di
negara-negara bagian barat laut.

B. Masa Kemunduran Islam di India

Sejak masuknya Inggris di India, rakyat India terutama umat Islam protes dan

melawan melalui beberapa wadah, diantaranya gerakan pemberontakan Faqir yang terjadi

selama 40 tahun. Karena itu, penjajahan Inggris atas India bagi muslim berarti kehilangan

pengaruh politik, ekonomi, budaya, dan agama Islamnya. Hal itu menyebabkan jatuhnya

imperium Mughal, sejak itu Muslim India (termasuk Pakistan dan Bangladesh sekarang)

merasa semakin dikesampingkan oleh kekuasaan penjajah Inggris. Penderitaan ini semakin

bertambah setelah Inggris bekerjasama dengan orang-orang Hindu dan Sikh dalam

memerangi kaum muslimin.

Tetapi setelah Aurangzeb (1707 M). kekuasaan pemerintahan Daulah Mughal

diduduki oleh Sultan-Sultan yang lemah. Sementara itu di pertengahan abad ke-18 Inggris

sudah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, ia sudah menguasai sebagian

wilayah yang dulu dikuasai Daulah Mughal.429 Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh

Inggris dan penguasa Mughal dan rakyat berada di bawah tekanan Inggris. Karena rakyat

merasa ditekan, maka mereka baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit

mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi

lambang perlawanan dalam rangka mengembalikan kekuasaan Daulah Mughal di India.

Dengan demikian, pada tahun 1857 M, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap
penjajahan Inggris tetapi ia dapat dikalahkan Inggris karena Inggris mendapat bantuan dari

beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan

hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-

rumah ibadah, banyak yang dihancurkan dan Bahadur II, Sultan terakhir Daulah Mughal

diusir Inggris dari istananya.430 Dengan dimikian berakhirlah kekuasaan Daulah Mughal di

daratan India dan yang tinggal di sana adalah umat Islam yang mesti mempertahankan

eksistensi mereka.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehancuran Daulah Mughal, di

antaranya Sultan-Sultan yang diangkat setelah Sultan Aurangzeb adalah orang-orang lemah

yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi kemerosotan moral, hidup

bermewah-mewah di kalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam

pengeluaran uang negara.

Ref :

Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing

Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru-Riau: Yayasan Pusaka

Riau

Anda mungkin juga menyukai