Sebelum kerajaan Mughal berdiri, sejak abad ke-1 Hijriah, islam telah masuk ke India
ketika Umar bin Khattab memerintahkan suatu ekspedisi. Pada tahun 643, setelah Umar
wafat, orang-orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan
Bani Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi ke sana di bawah Panglima Muhammad bin
Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai tahun 871 orang-orang Arab telah menjadi
penghuni tetap di sana. Meskipun masih dalam abad pertama Hijrah Nabi, tanah-tanah Sind
telah menjadi wilayah Kerajaan Islam, namun bagian terbesar dari tanah India belum takluk
di bawah pemerintahan Islam. Raja-raja masih memerintah dengan kuat dibeberapa negeri
yang besar, dan alam Hindu masih kuat dengan kuil-kuil dan pagoda.
Kehadiran Islam di India serasa tidak lengkap kalau tidak menyebut peranan dinasti
Ghasnawiyah. Meskipun bukan yang pertama kalinya ke India paling tidak pasukan
Ghasnawiyah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud makin meneguhkan posisi Islam di India.
Dia berhasil mengembalikan posisi Islam di wilayah ini dengan menaklukkan raja-raja
Hindu dan mengadakan pengislaman masyarakat India pada tahun 1020 M. Keberhasilan ini
ditopang oleh konsep ajaran Islam yang dibawanya, yang lebih menekankan persamaan
derajat menggantikan sistem kasta yang berkembang di tengah masyarakat Hindu. Sultan
Mahmud Gaznawi pada tahun 1020 berhasil menaklukan raja-raja Hindu di wilayah India
dan mengislamkannya. Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti kecil seperti
Mamluk, Khalji, Tugluq, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan
Lody (w. 1489). Sampai akhirnya datang era kejayaan dinasti Mughal.
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605), dan
tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M),
Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat
dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul
dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah
Persia. Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu
politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat
dibedakan oleh etnis atau agama.
Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di Hugli Bengala,
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan jalan menarik pajak
dan menyebarkan agama Kristen. Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun 1658 M dan
terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan istana.
Kemajuan Mughal di bidang politik dan militer memuncak pada masa pemerintahan
Babur, Akbar dan Aurangsab. Sementara bidang seni khususnya seni bangunan atau
arsitektur mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Syah Johan, sebagaimana bidang
agama khususnya hukum Islam pada masa Aurangzab. Adapun kemajuan di bidang
ekonomi khususnya pertanian terjadi pada masa pemerintahan Akbar.
Karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan karya seni terbesar
yang dicapai oleh kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjid-
masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj
Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
Pada saat ini, kebudayaan Islam India, dengan keserbasamaannya yang menyeluruh
dibanding dengan kebudayaan Hindu di anak benua ini, mempunyai dua praktik yang
sedikit berbeda antara Muslim di daerah Utara dan Selatan India. Di Utara, Muslim
kebanyakan menganut madzhab Hanafi, berbahasa Urdu atau Benggali. Di Selatan, Muslim
mengikuti madzhab Syafi’i dan umumnya berbahasa Tamil.
Sekitar 90% Muslim di India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab
Hanafi. Diantara aliran Sunni, ada sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi’i,
kebanyakan di negara bagian selatan. Sisanya kebanyakan aliran Syi’ah madzhab Ja’fari di
negara-negara bagian barat laut.
Sejak masuknya Inggris di India, rakyat India terutama umat Islam protes dan
melawan melalui beberapa wadah, diantaranya gerakan pemberontakan Faqir yang terjadi
selama 40 tahun. Karena itu, penjajahan Inggris atas India bagi muslim berarti kehilangan
pengaruh politik, ekonomi, budaya, dan agama Islamnya. Hal itu menyebabkan jatuhnya
imperium Mughal, sejak itu Muslim India (termasuk Pakistan dan Bangladesh sekarang)
merasa semakin dikesampingkan oleh kekuasaan penjajah Inggris. Penderitaan ini semakin
bertambah setelah Inggris bekerjasama dengan orang-orang Hindu dan Sikh dalam
diduduki oleh Sultan-Sultan yang lemah. Sementara itu di pertengahan abad ke-18 Inggris
sudah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, ia sudah menguasai sebagian
wilayah yang dulu dikuasai Daulah Mughal.429 Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh
Inggris dan penguasa Mughal dan rakyat berada di bawah tekanan Inggris. Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit
Dengan demikian, pada tahun 1857 M, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap
penjajahan Inggris tetapi ia dapat dikalahkan Inggris karena Inggris mendapat bantuan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan
hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-
rumah ibadah, banyak yang dihancurkan dan Bahadur II, Sultan terakhir Daulah Mughal
diusir Inggris dari istananya.430 Dengan dimikian berakhirlah kekuasaan Daulah Mughal di
daratan India dan yang tinggal di sana adalah umat Islam yang mesti mempertahankan
eksistensi mereka.
antaranya Sultan-Sultan yang diangkat setelah Sultan Aurangzeb adalah orang-orang lemah
yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi kemerosotan moral, hidup
Ref :
Riau