Anda di halaman 1dari 14

BAB.

1
Membiasakan Hidup
Sederhana dan
Menyantuni Duafa
Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadits
Metode Power Point
Oleh: Annisa Maryam Maulana Putri
Kelas: XII IIS
A. Ayat-ayat tentang Pola Hidup
Sederhana dan Menyantuni
Duafa
1. Q.S al-Furqan (25):67
Artinya : "Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian"
Kandungan ayat : Surah al-Furqan menjelaskan
tentang perintah untuk berlaku sederhana, tidak
boros dalam menggunakan harta, dan tidak pula
kikir ketika harus mengeluarkan harta untuk
bersedekah. Kata al-Infaq atau an-Nafaqah
mempunyai arti membelanjakan harta,baik untuk
kepentingan negatif ataupun positif.
Kata al-Israf pada ayat tersebut mempunyai
pengertian yang mengacu pada segala perbuatan yang
melampaui batas kewajaran. Penggunaan kata israf di
dalam Al-Qur'an dan Hadits tidak hanya terpaku pada
hal membelanjakan harta, tetapi segala sesuatu yang
bentuk tindakan yang tidak wajar contoh:Makan, minum
dan berpakaian yang tidak wajar. Al-Iqtar artinya
menahan diri dari kewajiban memberi nafkah dan
santunan kepada yang berhak mendapatkannya. Dari
Al-Iqtar tersebut akan muncul sifat asy-syuhhu atau
bakhil(pelit). Barang siapa yang mampu menjauhkan
diri dan memelihara hatijya dari sifat jelek ini, Allah
akan menjanjikan baginya keberuntungan hidup di
dunia dan akhirat.
2. Q.S al-Isra' (17):26-27
Artinya : "Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan haknya,kepada
orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya boros itu adalah saudara-
saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya"
Kandungan ayat : Pada Surah al-Isra ayat 26
menjelaskan tentang memberi hak-hak kerabat, fakir
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan . Ayat
tersebut juga menjelaskan larangan untuk hidup boros.
Boros (Tabzir), menurut Dr.Wahbah Zuhaily adalah
tindakan menggunakan dan membelanjakan harta
tidak pada tempatnya. Atau membelanjakan harta
yang tidak di butuhkan. Pada ayat 27 di jelaskan bahwa
pemboros adalah saudara-saudara setan. Persamaan
boros dengan setan adalah dalam hal melampaui batas.
Setan melampaui batas dalam bermaksiat kepada Allah
swt. Jika seseorang berlaku boros dia termasuk saudara
dari setan, padahal setan adalah makhluk yang sangat
ingkar kepada Allah swt.
3. Q.S al-Isra' (17):29-30
Artinya : "Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya
karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu
melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya."
Kandungan Surah : Surah al-Isra ayat ke-29 memberi
arahan tentang cara yang baik dalam membelanjakan
harta. Dalam permulaan ayat ini, Allah melarang perbuatan
kikir. Allah juga melarang mengulurkan selebar-lebarnya,
maksudnya boros dalam membelanjakan harta. Ayat
tersebut mengajarkan bahwa cara membelanjakan harta
yang baik adalah dengan layak dan wajar, tidak terlalu
kikir dan tidak terlalu boros. Pada akhir ayat bahwa Allah
swt. adalah Tuhan Yang Maha Memberi Rezeki dan Maha
Menyempitkan. Dia pulalah yang mengatur rezeki makhluk-
Nya menurut apa yang di kehendaki-Nya. Untuk itu dia
menjadikan orang kaya yang Dia sukai, dan menjadikan
orang miskin yang Dia kehendaki, karena di dalamnya
terkandung hikmah yang hanya Dia sendirilah yang
mengetahuinya.
4. Q.S al-Ma'un (107):1-7
Artinya : "1) Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama? 2) Itulah irang yang
menghardik anak yatim 3) dan Tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. 4)
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
sholat, 5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari
sholatnya, 6) Orang-orang yang berbuat riya',
7) dan enggan (menolong dengan) barang
berguna.
Kandungan surah : Surah al-Ma'un
menjelaskan tentang orang yang mendustakan
agama. Dari ayat 1-3 di dalamnya terdapat
salah satu jenis aplikasi tauhid sosial. Konsep
tauhid yang intinya adalah mengesakan Allah
dalam konsep praktisnya adalah menjalankan
semua perintah dan menjauhi larangan, dan
salah satu perintah Allah kepada manusia
adalah kita memiliki sikap tenggang rasa dan
kepedulian sosial sebagai aplikasi dari
penerapan tauhid sosial.
Dalam kandungan ayat 2-3 terdapat salah satu bentuk
sederhana dari sikap kepedulian sosial dan tenggang rasa,
yaitu larangan kepada siapa saja untuk tidak mengabaikan
anak yatim dan orang miskin. Sebagai manusia yang telah
diberikan nikmat yang cukup, tidak ada salahnya apabila
dalam mensyukuri nikmat Allah kita dapat menyisihkan
sebagian harta kita untuk membantu saudara-saudara kita
yang kesusahan. Sebagai umat islam kita di anjurkan untuk
memberi dari pada menerima. Dapat kita fahami bersama
bahwa dalam memberi bantuan jangan pilih-pilih. Selama
ada seseorang membutuhkan bantuan kita, entah itu musuh
kita,janganlah kita mengabaikannya dan menunggu di
suruh dalam memberikan bantuan karena sekecil apapun
bentuk bantuannya jika dengan niat ikhlas maka akan
memberi kebahagiaan dunia dan akhirat bagi kita maupun
pihak yang memberi ataupun pihak yang kita beri.
B. Hadits tentang Pola Hidup
Sederhana dan Menyantuni
Duafa
1.Hadits Riwayat Imam Ibnu Majah dan Ahmad
dari Abdullah bin Amru
Artinya : Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ua
berkata,"Rasulullah saw. bertemu dengan Sa'ad
pada saat ia sedang berwudhu. Lalu Rasulullah
bersabda: 'Alangkah borosnya wudhu mu hai Sa'ad!
' Sa'ad berkata :'Apakah dalam wudhu ada
pemborosan?' Rasulullah saw. bersabda :'Ya. Walau
sekalipun kamu berada di tepi sungai yang
mengalir'."
(H.R Ibnu Majah dan Ahmad)
Kandungan Hadits : Hadits riwayat Ibnu Majah
dan Ahmad dari Abdullah bin Umar tersebut
menjelaskan bahwa kita dilarang melakukan
pemborosan dalam segala hal. Hadits tersebut
mengungkapkan tentang larangan pemborosan
ketika berwudhu meskipun berada di tepi sungai
yang mengalir. Dalam hal ibadah saja kita dilarang
untuk melakukan pemborosan, apalagi dalam hal-
hal yang lain seperti uang dan waktu. Pemborosan
harus di hindarkan dan dijauhi dalam kehidupan
sehari-hari . Sebaliknya kita seharusnya
memberikan sebagian harta kita untuk bersedekah
kepada orang-orang yang kurang mampu agar
harta kita bermanfaat dan membawa berkah.
Umat islam harus bisa membiasakan pola hidup
sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hadits Riwayat Bukhari
Artinya : Dari Hakim bin Hiram r.a dari Nabi
saw., beliau bersabda, "Tangan di atas lebih
baik dari pada tangan yang di bawah. Dan
mulailah dari orang-orang yang menjadi
tanggungan mu. Dan sebaik-baiknya sedekah
adalah yang di keluarkan dari orang yang
menjaganya dan barang siapa yang merasa
cukup maka Allah akan memberikan
kecukupan kepadanya." (H.R. Bukhari)
Kandungan Hadits :
Hadits tersebut menjelaskan beberapa hal.
1) Memberi lebih baik dari pada orang yang
meminta-minta
2) Sedekah yang paling utama adalah kepada
orang-orang yang menjadi tanggungan, yaitu
keluarga.
3) Bersedekah dengan kelebihan harta setelah
memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.
4) Rasulullah saw. menganjurkan sifat qana'ah
terhadap rezeki yang di berikan Allah swt. dan
senantiasa bersyukur

Anda mungkin juga menyukai