Anda di halaman 1dari 15

Pola Hidup Sederhana dan Perintah

Menyantuni Para Duafa

KELOMPOK 1
Aidil Farhan
Bambang Nurdin Sucipto
Cut Naufia Adelia
Fadillah Junianti
Farisha Firzana
Hairi Salsabila Siregar
Pola Hidup Sederhana dan
Perintah Menyantuni Para Duafa
Pola hidup sederhana adalah hidup
dengan tidak berlebih-lebihan dengan
penuh kesombongan, namun hidup dengan
penuh kesederhanaan.
Menyantuni kaum duafa adalah
membantu orang yang lemah yang hidup
dengan serba kekurangan, agar
kesusahan mereka dapat diringankan.
Kata yusrifu yaitu melampaui
batas kewajaran sesuai dengan
kondisi orang yang memberi dan
diberi nafkah. Kata yaqturu berarti
memberi kurang dari apa yang dapat
diberikan sesuai dengan keadaan
yang memberi dan menerima .
Ayat ini mengisyaratkan
bahwasanya hamba-hamba Allah
yang memiliki harta benda itu ketika
memberi nafkah dari hartanya
hendaknya mencukupi kebutuhan
mereka serta dapat menyisihkan
sedikit atau banyak dari harta itu.
Hadist Pola Hidup
Sederhana

Dari Abi Karimah al-Miqdam Ibi Ma’dikarib , Ia berkata berkata : Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda : tidak ada bejana yang diisi ole seseorang yang lebih jelak
dari pada perutnya, perut Ibnu Adam/manusia cukup disi dengan bebarapa suap
makanan yang akan menegakkan tulang rusuknya, karena fungsi perut sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas
( HR.Turmidzi )
Ari Amr bin Syuab dari Bapaknya, dari kakeknya ia berkata bahwasanya Rasulullah
Saw bersabda, makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakainlah tampa belebihan
dan tidak sombong ( HR. Bukhari )
Dua hadis ini memberikan pelajaran kepada kita agar selalu berbuat hemat dalam
segala hal, baik dalam makanan, minumam maupun berpakain. Bahkan ketika kita memiliki
sesuatu untuk diberikan kepada orang lain, maka kita harus tetap bersikap tidak boros.
Artinya, ketika kita hendak bersedekah maka kita sudah memikirkan sudahkan keperluan
anak, isteri dan orang-orang yang menjadi tanggungan kita terpenuhi, kalau sudah
terpenuhi barulah bersedekah dengan tidak menganggu ketentraman kehidupan keluarga
kita.
Begitu juga dalam hal makanan dan minuman, umat Islam hendaknya dapat
mengatur kesehatan fisiknya melalui cara makanan dan minuman yang benar menurut
ajaran Islam. Cara tersebut adalah dengan tidak mengisi seluruh perut dengan makanan
dan minuman, karena fungsi perut juga untuk bernafas. Bila semua perut terisi dengan
makanan dan minumam maka perut akan kehilangan fungsinya yang sangat vital. Oleh sebab
itu,dalam hadis kedua dijelaskan, isi perutmu dengan pembagian sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas.
Surah Al-Isra Ayat 26-27
Kata waati dalam bahasa arab berarti pemberian sempurna yaitu
pemberian tentunya bukan hanya terbatas pada materi, tetapi juga
imateri, seperti kasih sayang. Yang dimaksud keluarga dekat adalah
hubungan keluarga karena adanya perkawinan . Di akhir ayat Allah
subhanahu wa ta’ala melarang kaum muslimin membelanjakan harta
bendanya secara boros. Larangan ini bertujuan agar kaum muslimin
mengatur perbelanjaannya dengan perhitungan yang secermat-
cermatnya, agar apa yang dibelanjakannya sesuai dan tepat dengan
keperluannya, tidak boleh membelanjakan harta kepada orang-orang
yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari
yang seharusnya.
Isi kandungan atau isi pokok Qur'an Surat Al-Isra' ayat 26 -
27

Allah swt telah berfirman dan memerintahkan kepada kita semua sebagai
umat Islam untuk memberikan atau menunaikan hak (berzakat, shadaqah,
infaq dll) kepada keluarga-keluarga yang dekat, orang miskin, musafir (orang
yang dalam perjalanan).
mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang satu sama lain,
saling bersilaturahmi, bersikap lemah lembut dan sopan santun, memberikan
bantuan kepada mereka, dan memberikan sebagaian rizeki yang Allah swt
berikan kepada kita semua.
Dalam ayat yang ke 27 Allah berfirman bahwa orang-orang yang berperilaku
boros adalah saudara-saudaranya setan, tentu kita tidak mau bukan menjadi
saudara setan. Karena setan adalah makhluk yang Allah swt ciptakan, tetapi
ia ingkar kepada Allah swt atau tidak mau menjalankan yang Allah swt
perintahkan. Sehingga setan nantinya akan masuk ke dalam neraka, setan
Surah Al-Isra Ayat 29-30

Artinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu


dan jangan (pula) kamu terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu
menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada
siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki);
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
Ayat di atas ditafsirkan oleh Ibnu `Abbas, al-Hasan, Qatadah, Ibnu juraij,
Ibnu Zaid dan lain-lain, bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sifat kikir dan sifat
berlebih-lebihan. Dalam ayat ini Allah berfirman sekaligus memerintahkan untuk
berlaku sederhana dalam menjalani hidup, yaitu tidak kikir ataupun berlebih-lebihan
dalam memberi.
Rasulullah saw. menganjurkan untuk mengeluarkan sedekah paling
banyak sepertiga (1/3) dari harta yang kita miliki. Karena akan lebih baik jika
digunakan untuk memberi nafkah ataupun diwariskan kepada anak-anak kita
kelak. Selanjutnya Rasulullah pun melarang umatnya untuk kikir dalam
memberi, bahkan menghitung-hitung pemberiannya. Karena sesungguhnya
Allah yang Maha Pemberi pun tidak pernah menghitung-hitung rizki yang Dia
berikan pada hamba-Nya. Sekiranya Allah menghendaki itu, maka pasti ada
hikmah di dalamnya. Sebagaimana firman-Nya pada ayat selanjutnya:
Allah memerintahkan kita untuk menginfakkan harta yang kita dapat,
namun Allah juga melarang kita untuk mengeluarkannya diluar batas
kemampuan. Bersikaplah di pertengahan (Mutawasith) tidak berlebihan dan
tidak kikir.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa
maksud ayat ini adalah jika kamu kikir, niscaya kamu
akan menjadi tercela, yaitu mendapat celaan dan hinaan
dari orang-orang, tidak akan dihargai, serta mereka
tidak akan memerlukanmu lagi. Bila kamu mengulurkan
tanganmu di luar kemampuanmu, maka kamu akan hidup
tanpa sesuatu apapun yang dapat kamu nafkahkan,
sehingga kamu menjadi seperti hasir, yaitu binatang
yang sudah tidak mampu berjalan, yang berhenti, lemah
dan tiada daya.
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
menginfakkan sebagian rizki yang telah Dia berikan
sebagai bentuk rasa syukur dan kepedulian terhadap
sesama. Namun yang Allah maksud di sini adalah
memberi dengan kadar yang sewajarnya; tidak sedikit
dan tidak terlalu banyak. Karena kedua-duanya
merupakan sifat yang tercela. Jika sedikit, maka kita
tergolong orang-orang yang kikir dan pelit. Tapi jika
terlalu banyak, maka kelak kita akan menyesal.
Hadist tentang Larangan Berlebihan dalam
Berwudhu
Dalam hal berwudhu para ulama juga memberikan catatan tersendiri
khususnya dalam menggunakan air. Jika berlebihan dalam menggunakan air para
ulama menghukuminya makruh. Meskipun wudhu itu dilakukan di sungai yang
mengalir dan airnya berlimpah.
Dalam Jaami‘ut Tirmidziyy dari hadits Ubay bin Ka’b, bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dalam wudhu’ ada
syaitan yang disebut dengan walhan, maka hati-hatilah terhadap waswas dalam
(menggunakan) air. Diceritakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan
melewati sa’ad yang sedang berwudhu, lalu Beliau menegurnya. “jangan
berlebihan menggunakan air” Sa’ad bertanya “apakah ada berlebihan dalam
masalah wudhu” Rasulullah menjawab “iya, meskipun engkau berada di sungai
yang mengalir” (hadis riwayat Ibnu Majah)
Bahkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim
juga disebutkan bahwa nabi berwudhu dengan satu butir saja
atau setara dengan 2 telapak tangan yang laki-laki sedang.
Sedangkan beliau mandi menggunakan air satu sof atau setara
dengan tempat mod. Menurut ulama kontemporer takaran satu
mod kurang lebih setara dengan 80 ML air dengan kata lain
jumlah ini jauh dengan takaran air minum botol yang berisi 600
ml. Lihatlah betapa iritnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
dalam menggunakan air untuk bersuci. Dengan demikian
ketika berwudhu hendaknya kita tidak membuka aliran air
keran dengan penuh.

Anda mungkin juga menyukai