Anda di halaman 1dari 4

I.

FOYA-FOYA

Pengertian Foya-Foya

Hidup foya-foya merupakan gaya hidup, gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan uang
demi kesenangannya sendiri. Hidup foya-foya ini ternyata tidak hanya ada pada kaum hawa saja,
namun juga kaum adam, entah itu remaja, anak muda maupun orang tua. Gaya hidup foya-foya
merupakan budaya yang tentunya sangat bertentangan dengan ajaran islam. Padahal Allah Swt telah
menjelaskan dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an.

Bentuk gaya hidup foya-foya yang lainnya yaitu trend perayaan tahun baru, biasanya para
remaja akan menggunakan moment pergantian tahun ini dengan tradisi makan-makan, minum-
minuman keras, hura-hura di pusat kota, mengganti knalpot motor dengan suara bising dan aktivitas
lainnya. Nilai yang dimunculkan dalam kegiatan perayaan tahun baru ini mayoritas adalah nilai yang
bersifat negatif. Sedangkan dalam islam sendiri tidak dianjurkan untuk mengikuti kegiata ini karena
dianggap lebih mengarah kepada kerugian,

sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. Al-Ashr ayat 2-3:

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,”

Gaya hidup foya-foya merupakan budaya yang tentunya sangat bertentangan dengan ajaran
islam. Bentuk-bentuk gaya hidup diatas adalah gaya hidup boros dan menghambur-hamburkan uang.
Padahal Allah Swt telah menjelaskan dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an. Salah satu ayatnya
yaitu dalam Qs. Al-Isra’ ayat 27 :

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dann syaitan itu sangat ingkar
kepada Tuhannya."

Penafsiran pada ayat tersebut menurut Tafsir Al-Muyassar dari Kementrian Agama Saudi
Arabia yaitu Sesungguhnya orang yang melakukan pemborosan serta membelanjakan harta dalam
kemaksiat kepada Allah, maka mereka meyerupai setan dalam hal-hal keburukan, kemaksiatan dan
kerusakan. Dan setan kufurnya sangat banyak dan pengingkarannya terhadap nikmat Tuhannya
sangat keras.

Kemudian dalam Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi pada
kalimat "Sesugguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara-saudara setan maksudnya berjalan
di jalan setan," kemudian dalam kalimat dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya"
maksudnya setan sangat ingkar kepada nikmat-nikmat yang Allah Swt berikan, orang-orang
pemboros adalah saudara setan.

1
Isi Kandungan Qs. Al-Isra’ ayat 27

Selain itu, dalam Qs. Al-Isra’ ayat 27 memiliki kandungan atau isi pokok yaitu sebagai berikut:

1. Allah SWT telah berfirman dan memerintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk
memeberikan atau menunaikan hak (berzakat, shadaqah, infaq, dsb.) kepada keluarga-keluarga yang
dekat, orang miskin, musafir (orang yang sedang dalam perjalanan).

2. Dalam ayat ini, berisi perintah untuk berbuat baik kepada kaum dhuafa seperti orang-orang
miskin, orang terlantar, dan juga orang yang sedang berada dalam perjalanan.

3. Hal lainnya yang harus ditunaikan adalah “mempererat talipersaudaraan dan hubungan kasih
saying satu sama lain, saling menghargai. Bersilahturahmi, bersikap lemah lembut, dan sopan
santun, memberikan bantuan kepada mereka, dan memberikan rezeki yang Allah SWT berikan
kepada kita semua.

4. Selanjutnya, Allah SWT memberikan penegasan bahwa kita dilarang untuk menghamburkan-
hamburkan harta yang kita miliki secara boros atau berlebihan, Islam mengajarkan kita
kesederhanaan sehingga kita harus membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan saja, seperlunya.

5. Dalam ayat ke 27, Allah berfirman bahwa orang-orang yang berperilaku boros adalah saudara-
saudaranya setan. Karena, setan adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan, namun mereka ingkar
atau tidak menjalankan perintah-Nya.

Contoh Foya-Foya yang harus dihindari

1. Tabzir dan Israf dalam berbicara (tabżīr secara bahasa bermakna boros sedangkan isrāf secara
bahasa bermakna berlebih-lebihan) berkata-kata yang tidak perlu, baik bertemu secara langsung
dengan lawan bicara maupun dengan barang elektronik.

2. Tazbir dan Israf dalam makan dan minum, mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu
acara tasyakuran berasalan bahwa ia takut jikalau tidak mendapatkan bagianya dan berakhir
mubadzir karena terlalu banyak/rakus.

3. Tazbir dan Israf dalam memakai perhiasan, memakai gelang emas, kalung dan perhiasan terlalu
berlebihan sehingga dapat membahayakan diri dan merugikan orang lain, selain itu dapat
menimbulkan penyakit hati yang bermala petaka.

Dampak Negatif dari ber Foya-Foya

1. Selalu merasa kurang


Orang boros akan selalu merasa kurang dalam hidupnya. Ia akan terus berusaha memenuhi
keinginannya dan tidak akan puas apabila semua tidak terpenuhi. Hal ini bisa membuat orang
menjadi tidak mensyukuri segala sesuatu yang dimilikinya.

2
2. Tidak bisa mengatur keuangan
Salah satu dampak negatif hidup boros ialah tidak bisa mengatur keuangan. Padahal, mengatur
keuangan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup selama jangka waktu yang telah
ditentukan, misalnya satu bulan, satu minggu, dan seterusnya.

3. Suka berfoya-foya
Orang boros akan senang berfoya-foya atau menghamburkan uang dengan percuma. Misalnya sering
belanja baju baru, padahal koleksi baju kekinian sudah sangat banyak, bermain judi, atau kegiatan
lain yang sebenarnya tidak perlu dilakukan dan tidak bermanfaat.

4. Berpotensi terlilit hutang


Orang yang hidupnya boros akan berpotensi terlilit hutang untuk mencukupi kebutuhannya. Segala
cara ia lakukan supaya keinginannya terpenuhi tanpa bisa mengatur keuangan dengan baik.

5. Tidak punya tabungan masa depan


Orang boros juga tidak punya tabungan masa depan karena uangnya sudah habis untuk memenuhi
keinginannya di masa sekarang. Selain itu, ia juga tidak punya dana darurat apabila ada suatu hal
terjadi tanpa terduga. Misalnya sakit, renovasi rumah, biaya kebutuhan pokok yang tiba-tiba naik,
dan lain sebagainya.

6. Hidup tidak tenang dan stres


Keinginannya untuk memperoleh sesuatu yang berlebihan itu membuatnya stes apabila ia tidak
berhasil mendapatkannya. Selain itu, ia akan iri dan berpkir keras kepada orang lain yang berhasil
mendapatkannya terlebih dulu.

7. Menyesal di kemudian hari


Orang yang boros akan menyesal di kemudian hari ketika semua uangnya habis dan tidak punya
tabungan.

3
Cara Menghindari dan Menanggulangi Sikap Foya-Foya

Pertama, kecakapan mencari materi (usaha atau kerja). Allah SWT berfirman, Apabila telah
ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS al-Jumu'ah [62]: 10). Untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup, kita perlu mengoptimalkan daya diri untuk mencari rezeki melalui aktivitas usaha
dan bekerja.

Kedua, kecakapan membelanjakan harta pada pos-pos pengeluaran yang tepat dengan cara
berhemat (tidak boros). Allah SWT berfirman, Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu
pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. (QS al-Isra` [17]: 29).
Islam hadir ke muka bumi untuk menciptakan mentalitas yang baik, kokoh, dan tahan banting
dengan cara berhemat dan menjauhi gaya hidup mewah. Allah SWT memerintahkan kita agar
memenuhi kebutuhan dengan cara sederhana dan bersahaja. Dalam bahasa lain, kita dilarang untuk
hidup boros dalam mengelola keuangan. Di dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS al-
A'raf [7]: 31). Bahkan, teladan agung kita, Rasulullah SAW, bersabda, Jauhilah gaya hidup
bermewahan. Sesungguhnya hambahamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewahmewahan.
Beliau memperingatkan kita bahwa hidup bermewah-mewah, meskipun dengan barang-barang yang
sifatnya mubah, berpotensi menyeret diri pada laku boros. Hal ini juga menandakan kita tidak
mengapresiasi harta dan kekayaan dengan baik yang merupakan nikmat Allah sehingga laku boros
termasuk ke dalam menyianyiakan harta. Karena itu, Islam memberi peringatan bahwa boros atau
berlebihan dalam membelanjakan harta berbahaya bagi diri kita di dunia dan di akhirat.

Karena itulah, dengan mewaspadai bahaya dunia dan akhirat, kita bisa memiliki neraca tetap
aman saat mendapatkan rezeki dari Allah; tidak besar pasak daripada tiang. Penghasilan dan
pengeluaran pun menjadi seimbang. Allah SWT berfirman, Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian (baca: berhemat). (QS al- Furqan [25]:67).

Anda mungkin juga menyukai