Anda di halaman 1dari 18

BAB 3

MENJALANKAN HIDUP PENUH MANFAAT DENGAN


MENGHINDARI BERFOYA-FOYA, RIYA DAN SUM’AH, TAKABBUR
DAN HASAD

OLEH :
NIRMALA INDAH
KELAS X.2

SMA NEGERI 2 BAUBAU


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan
hidayah-Nya, penulis diberi kemudahan untuk mengerjakan tugas dengan judul
”Menjalankan Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya-foya, Riya dan Sum’ah,
Takabbur dan Hasad” Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas sekolah SMA N 2
Baubau kelas X 2.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu
saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Demikianlah makalah ini , harapan penulis sangat sederhana, yaitu semoga para
pembaca makalah ini akan mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru dari
makalah ini.

Baubau, 21 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...........................................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
3. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Menghindari Sifat Berfoya-foya................................................................2


2. Menghindari Sifat Riya dan Sum’ah.........................................................10
3. Menghindari Sifat Takabbur......................................................................12
4. Menghindari Sifat Hasad...........................................................................14

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernahkah kalian melakukan suatu amal ibadah, kemudian menunjukkannyakepada


orang lain, baik melalui melalui media sosial ataupun secara langsungdengan maksud agar
mendapat pujian?. Atau pernahkah kalian bersedekah,kemudian menghendaki diumumkan
secara terbuka oleh panitia pembangunanmasjid? Jika kalian pernah melakukannya, maka
berhati-hatilah karena bias jadi amal tersebut sia-sia, sebab ada sifat sum’ah di dalam hati.

Kebanyakan manusia suka mendapat pujian, hanya sedikit yang mampu beramal
secara ikhlas. Padahal, Allah Swt. hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas. Di
samping itu, berbagai sifat tercela seperti berfoya-foya, takabur (sombong), hasad juga akan
selalu dihembuskan setan ke dalam hati manusia dengan tujuan menjerumuskannya ke dalam
neraka.

1.2 Perumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan dengan pertanyaan, sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menghindari sifat berfoya-foya?
2. Bagaimana cara menghindari sifat riya dan sum’ah?
3. Bagaimana cara menghindari sifat takabbur?
4. Bagaimana cara menghindari sifat hasad?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menghindari sifat berfoya-foya?
2. Untuk mengetahui cara menghindari sifat riya dan sum’ah?
3. Untuk mengetahui cara menghindari sifat takabbur?
4. Untuk mengetahui cara menghindari sifat hasad?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menghidari Sifat Berfoya-Foya

Hidup Berfoya-foya (tabzir dan israf)

Kebanyakan manusia memiliki kecenderungan terhadap uang dan harta melimpah. Meskipun
ada manusia yang tidak begitu tertarik dengan harta duniawi, mereka berlaku zuhud dengan
lebih mengutamakan kehidupan akhirat.

Jenis manusia seperti ini jumlahnya sangatlah kecil. Secara kodrat alamiah, manusia memang
memiliki tabiat mencintai harta. Pada saat uang dan hartanya melimpah, perilakunya bisa
berubah menjadi lebih konsumtif. Ia akan mudah membuat keputusan untuk membeli barang-
barang mewah, meskipun barang tersebut kurang begitu penting bagi diri dan keluarganya.

Sesungguhnya gaya hidup seperti itu salah, karena termasuk kategori menghamburkan harta,
pemborosan dan berfoya-foya. Berfoya-foya merupakan pola pikir, sikap dan tindakan yang
tidak seimbang dalam memperlakukan harta.

Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka harta bisa
bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya. Harta bisa menjadi tercela jika dijadikan tujuan utama oleh pemiliknya,
dan dalam proses mencarinya tidak diniatkan untuk beribadah kepada Allah Swt.

Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf) dan boros (tabzir)
dalam membelanjakan harta, keduanya termasuk perbuatan setan. Sebaliknya, Islam
menganjurkan umatnya untuk hidup bersahaja, seimbang dan proporsional.

Perhatikan Q.S. al-Isra’/17: 26-27 berikut ini!

‫ْن َكانُ ْٓوا اِ ْخ َوانَ ال َّش ٰي ِطي ِْن ۗ َو َكانَ ال َّشي ْٰطنُ لِ َرب ِّٖه‬hَ ‫) اِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِري‬26( ‫ت َذا ْالقُرْ ٰبى َحقَّهٗ َو ْال ِم ْس ِك ْينَ َوا ْبنَ ال َّسبِ ْي ِل َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذ ْيرًا‬
ِ ‫َو ٰا‬
)27( ‫َكفُوْ رًا‬

Artinya:

5
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra’/17: 26-27)

Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa pemboros merupakan saudara setan. Berkaitan
dengan sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), Allah Swt. berfirman dalam Q.S.
al-Furqan/25: 67 berikut ini!

‫ْرفُوْ ا َولَ ْم يَ ْقتُرُوْ ا َو َكانَ بَ ْينَ ٰذلِكَ قَ َوا ًما‬


ِ ‫َوالَّ ِذ ْينَ اِ َذآ اَ ْنفَقُوْ ا لَ ْم يُس‬

Artinya:

“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila
menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya
secara wajar”. (Q.S. al-Furqan/25: 67)

Kata tabzir diulang sebanyak tiga kali dalam Al-Qur’an, sedangkan kata israf diulang
sebanyak dua puluh tiga kali dengan berbagai bentuknya. Ayat di atas menyatakan secara
tegas larangan tabzir dan israf. Sikap tabzir dan israf memiliki kemiripan perngertian dan
makna. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya.

Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq. Apabila
seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan oleh
Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan harta
meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk pemboros.

Allah Swt. sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta secara berlebihan
(israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-hak
orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta
melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk
kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan harta
pada seseorang yang lemah imannya.

6
Contoh perilaku tabzir dan israf

Berikut ini beberapa contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan sehari-hari:

Contoh tabzir dan israf dalam makan dan minum

Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu acara tasyakuran. Ia takut
tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak mempertimbangkan daya tampung perut.
Akhirnya ia tidak sanggup menghabiskan makanan dan minuman tersebur.

Contoh tabzir dan israf dalam berbicara

Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan lawan
bicara ataupun melalui media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain misalnya,
menggunakan kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.

Contoh tabzir dan israf dalam penampilan

Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat pertemuan
warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar negeri.

Selain di atas, masih banyak lagi contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan sehari-
sehari.

Dampak negatif sifat hidup berfoya-foya

Banyak dampak negatif dari sikap hidup berfoya-foya, di antaranya:

1. Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat

Dunia dianggap sebagai tempat persinggahan terakhir, padahal akhiratlah tujuan akhir
kehidupan manusia. Mereka sibuk mencari kebahagiaan dunia dengan menumpuk-numpuk
harta hingga melupakan hidup di akhirat.

2. Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer

Membelanjakan secara berlebihan dan boros serta memamerkannya kepada orang lain akan
memicu sifat iri, dengki dari orang lain. Sifat ini akan memicu konflik di tengah masyarakat.

7
3. Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis

Pengeluaran harta yang tidak terkontrol karena memperturutkan gengsi dan hawa nafsu akan
mengakibatkan frustasi. Mereka sangat khawatir apabila hartanya habis dan tidak bisa lagi
membeli sesuatu untuk memuaskan keinginannya.

4. Berpotensi menimbulkan sifat kikir

Kekhawatiran berlebihan atas kekurangan harta membuat mereka bersifat kikir dan tidak mau
berbagi dengan sesama. Karena takut jatuh miskin, akhirnya tidak ada kepedulian kepada
fakir miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Cara menghindari sifat hidup berfoya-foya

Agar terhindar dari sifat hidup berfoya-foya, lakukanlah hal-hal berikut ini:

1. Membelanjakan harta sesuai dengan skala priorias kebutuhan

Antara kebutuhan primer, sekunder dan tersier harus dibuat prioritas mana yang harus
dipenuhi terlebih dahulu.

2. Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain

Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang disedekahkan kepada orang lain. Kebiasaan
bersedekah akan membangkitkan rasa empati kepada orang lain. Lebih dari itu, akan
mempererat hubungan antar sesama warga masyarakat.

3. Bergaya hidup sederhana

Hidup apa adanya akan membuat hati dan pikiran tenteram. Ia akan merasa bahagia apabila
melihat orang lain hidup berkecukupan. Dan akan tergerak untuk membantu orang lain yang
membutuhkan.

4. Selalu bersyukur

Menerima dengan senang hati atas semua karunia dari-Nya akan membuahkan ketenangan
batin. Seseorang yang syukur bil qalb (syukur dalam hati) akan menyadari sepenuhnya
bahwa segala nikmat itu adalah bentuk kasih sayang Allah Swt. Kemudian tumbuh keyakinan

8
bahwa Allah Swt. telah menjamin rejeki semua mahkluk ciptaan-Nya. Tidak mungkin Allah
Swt. akan membiarkan manusia hidup sengsara.

Di samping syukur bil qalb, bersyukur juga dapat diungkapkan bil lisan, yakni dengan
mengucapkan kalimat tahmid (alhamdulillah) dan berdoa kepada Allah Swt. dan syukur bil
arkan, yakni dengan menggunakan nikmat sesuai peruntukkannya.

5. Bertindak selektif dan terencana

Merencanakan kehidupan di masa datang akan membuat seseorang lebih selektif dalam
memutuskan penggunaan harta. Membiasakan diri menyisihkan uang saku untuk ditabung
merupakan sikap bijak. Lebih dari itu, sikap hemat dan bijak dalam menggunakan kuota
internet juga harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Bersikap rendah hati

Harta merupakan titipan dari Allah Swt. agar dipergunakan di jalan-Nya. Sesungguhnya
kehidupan dunia merupakan ladang untuk beramal demi kebahagiaan akhirat. Oleh
karenanya, seseorang harus menjauhi perasaan paling kaya dan paling hebat. Kekayaan
seseorang di muka bumi ini tidak ada artinya dibanding kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.
Sebagai pelajar seharusnya kalian menghindari perasaan paling pintar, paling kuat dan paling
hebat di kelas atau sekolah.

Islam melarang umatnya bersifat berlebihan dan kikir. Antara sifat berlebihan dan kikir
merupakan dua kutub yang berlawanan, namun keduanya merupakan sifat tercela yang harus
dihindari.

Orang kikir atau bakhil akan mementingkan diri sendiri, yang penting dirinya kecukupan,
semua kebutuhan terpenuhi, dan ia tidak peduli atas derita yang dialami orang lain. Ia tidak
akan mau mengorbankan hartanya, tenaganya, waktunya untuk kepentingan agama Islam.
Kebakhilan akan merugikan diri sendiri, bahkan mendapat siksa di akhirat kelak.

Perhatikan Q.S. Ali Imran/3: 180 berikut ini:

‫اث‬ُ ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْب َخلُوْ نَ بِ َمآ ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه هُ َو خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَّهُ ْم ۗ َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا بِ ٖه يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ َوهّٰلِل ِ ِمي َْر‬
‫ض َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬ ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫السَّمٰ ٰو‬

Artinya:

9
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada
mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu
buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya)
pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Ali Imran/3: 180)

Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut ini:

‫ات يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َواتَّقُوا ال ُّش َّح فَِإ َّن ال ُّش َّح‬
ٌ ‫الظ ْل َم ظُلُ َم‬
ُّ ‫الظ ْل َم فَِإ َّن‬
ُّ ‫ال اتَّقُوا‬ َ ِ ‫ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ار َمهُ ْم‬ ُّ ‫َأ‬
ِ ‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َح َملَهُ ْم َعلَى ْن َسفَ ُكوا ِد َما َءهُ ْم َوا ْست ََحلوا َم َح‬ َ َ‫ْهل‬ ‫َأ‬

Artinya:

“Dari Jabir bin Abdullah r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh
kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan
Jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang
mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan
bagi mereka”. (H.R. Muslim: 4675

2.2. Menghindari Sifat Riya’ dan Sum’ah

Secara bahasa, sum’ah berarti memperdengarkan. Secara istilah, sum’ah yaitu


memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada orang lain agar
dirinya mendapat pujian atau sanjungan.

Riya’, secara bahasa berarti menampakkan atau memperlihatkan. Secara istilah, riya’ yaitu
melakukan ibadah dengan niat supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
Baca Juga : Materi IPS Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka (Semester 1 dan Semester 2)

Riya’ dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu riya’ khalish dan riya’ syirik. Riya’ khalish yaitu
melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata. Sedangkan riya’ syirik
yaitu melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan sekaligus juga
karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.

Riya’ dan sum’ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi sia-sia.
Sifat riya’ dan sum’ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah ataupun
setelah melakukannya. Rasulullah Saw menegaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi, yaitu
10
syirik yang samar dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan sifat riya’ terkait dengan niat dalam
hati, sedangkan isi hati manusia hanya diketahui oleh Allah Swt.
Baca Juga : Pembelajaran Berbasis Proyek, Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Implementasi

Ciri-Ciri Riya’ dan Sum’ah

Selalu menyebut dan mengungkit amal baik yang pernah dilakukan.


Beramal hanya sekadar ikut-ikutan bersama orang lain.
Malas atau enggan melakukan amal saleh apabila tidak dilihat oleh orang lain.
Melakukan amal kebaikan apabila sedang berada di tengah khalayak ramai.
Amalannya selalu ingin dilihat dan didengar agar dipuji oleh orang lain.
Ekspresi amal berbeda karena sedang dilihat oleh orang lain atau tidak.
Tampak lebih rajin dan bersemangat dalam beramal saat mendapat sanjungan, sebaliknya
semangatnya akan turun apabila mendapat cemoohan dari orang lain.

Dampak Negatif Riya’ dan Sum’ah

Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan.


Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan.
Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain.
Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain.
Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan iri dan dengki.

Meluruskan niat.
Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
Memohon pertolongan Allah Swt.
Memperbanyak rasa syukur.
Memperbanyak ingat kematian.
Membiasakan hidup sederhana.

11
2.3. Menghindari Sifat Takabbur

Takabur merupakan sifat tercela yang harus dihindari. Menurut buku Tasawuf dan
Pendidikan Karakter, takabur berasal dari bahasa Arab takkabbara-yatakabbaru yang artinya
sombong atau membanggakan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, takabur adalah
merasa diri mulia (hebat, pandai, dan sebagainya), angkuh, atau sombong. Lawan dari sifat
takabur adalah tawadhu’, yaitu menghargai orang lain dan menerima kebenaran. Takabur
adalah sikap sombong, merasa tinggi, dan merendahkan orang lain. Seseorang yang takabur
tidak mau menerima kebenaran, meremehkan orang lain, dan merasa lebih tinggi. Orang
takabur memperlihatkan kelebihannya untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik sambil
mengejek dan merendahkan orang lain. Terdapat sebuah hadis yang menjelaskan sikap
takabur atau sombong sebagai berikut.

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اَل يَد ُْخ ُل ا ْل َجنَّةَ َمنْ َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه ِم ْثقَا ُل َذ َّر ٍة‬،‫عن عبدهللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬
ُ‫ ط‬f‫ق َو َغ ْم‬ ِّ f‫ ُر ا ْل َح‬f‫ط‬ َ ‫سنَةً قَا َل ِإنَّ هَّللا َ َج ِمي ٌل يُ ِح ُّب ا ْل َج َما َل ا ْل ِك ْب ُر َب‬ َ ‫ِمنْ ِك ْب ٍر قَا َل َر ُج ٌل ِإنَّ ال َّر ُج َل يُ ِح ُّب َأنْ َي ُكونَ ثَ ْوبُهُ َح‬
َ ‫سنًا َونَ ْعلُهُ َح‬
ِ ‫النَّا‬
‫س‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan sebesar biji sawi.’ Ada seseorang yang bertanya, ‘Bagaimana dengan
seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.’” (HR. Muslim no. 91). Tentang Takabur Terdapat beberapa ayat
Al-Quran tentang takabur. Dalam An-Nahl ayat 22-23 dijelaskan bahwa Allah SWT tidak
menyukai orang sombong.

‫هّٰللا‬
ْ fُ‫س ُّر ْونَ َو َما يُ ْعلِن‬
َ‫ون‬f ْ ‫اِ ٰل ُه ُك ْم اِ ٰلهٌ َّوا ِح ٌد ۚفَالَّ ِذيْنَ اَل يُْؤ ِمنُ ْونَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم ُّم ْن ِك َرةٌ َّو ُه ْم ُّم‬
ِ ُ‫اَل َج َر َم اَنَّ َ يَ ْعلَ ُم َما ي‬٢٢ - َ‫ستَ ْكبِ ُر ْون‬
٢٣ - َ‫ستَ ْكبِ ِريْن‬ ْ ‫ۗاِنَّ ٗه اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم‬

Artinya: “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), dan mereka adalah orang yang
sombong. Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan
apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.”
Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT tidak suka kepada orang-orang sombong
yang tidak mau percaya kepada keesaan-Nya dan enggan mengikuti seruan para nabi dan
rasul-Nya. Pernyataan ini menunjukkan betapa murka dan bencinya Allah kepada mereka dan

12
sikap mereka yang tidak mengerti akan kedudukan diri mereka. Sikap takabur atau sombong
juga dijelaskan dalam Surat Al Isra ayat 37.

‫ض َولَنْ تَ ْبلُ َغ ا ْل ِجبَا َل طُ ْواًل‬ َ ‫ض َم َر ًح ۚا اِنَّ َك لَنْ ت َْخ ِر‬


َ ‫ق ااْل َ ْر‬ ِ ‫ش ِفى ااْل َ ْر‬
ِ ‫َواَل تَ ْم‬

Artinya: “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi
gunung.” Menurut tafsir Kementerian Agama, Allah SWT melarang umat Islam berjalan di
muka bumi dengan sombong. Berjalan dengan sombong di muka bumi bukanlah sikap yang
wajar, karena bagaimanapun kerasnya derap kaki yang dihentakkan di atas bumi, tidak akan
menembus permukaannya dan bagaimanapun juga tingginya ia mengangkat kepalanya,
tidaklah dapat melampaui tinggi gunung. Baca Juga Tasamuh adalah Sikap Toleransi, Ini
Penjelasan dan Contohnya Di dalam ayat ini terdapat juga celaan bagi orang-orang musyrik
yang suka bermegah-megah, menyombongkan diri karena harta kekayaan dan menghambur-
hamburkannya, suka bermabuk-mabukan, dan berzina. Orang yang menyombongkan diri
akan mendapatkan azab yang pedih sebagaimana dijelaskan dalam Surat An Nisa ayat 173.

ِّ f‫تَ ْكبَ ُر ْوا فَيُ َع‬f‫اس‬


‫ َذابًا‬f‫ذبُ ُه ْم َع‬f ْ ‫تَ ْن َكفُ ْوا َو‬f‫اس‬ ْ َ‫ ُد ُه ْم ِّمنْ ف‬f‫ ْو َر ُه ْم َويَ ِز ْي‬f‫ت فَيُ َوفِّ ْي ِه ْم اُ ُج‬
ْ َ‫لِ ٖ ۚه َواَ َّما الَّ ِذيْن‬f‫ض‬ ّ ٰ ‫فَا َ َّما الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
‫هّٰللا‬
١٧٣ - ‫ص ْي ًرا‬ ِ َ‫اَلِ ْي ًم ۙا َّواَل يَ ِجد ُْونَ لَ ُه ْم ِّمنْ د ُْو ِن ِ َولِيًّا َّواَل ن‬

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan
menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan
orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung
dan penolong selain Allah.” Dalam ayat tersebut dijelaskan, orang yang selalu
menyombongkan diri dan mengingkari adanya Allah SWT akan mendapat siksaan yang amat
pedih sesuai dengan dosa dan keingkaran mereka. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka,
tak ada yang akan membela mereka, dan tak ada yang akan menolong mereka supaya dapat
keluar dari neraka, karena semua urusan ketika itu berada di tangan Allah SWT. Baca Juga
Surat Al Kafirun dan Artinya dalam Bahasa Indonesia dan Arab Dampak Negatif dari
Takabur Terdapat beberapa dampak negatif dari takabur, yaitu: Tidak disukai Allah SWT.
Merasa menjadi orang yang paling baik dan benar. Dapat menimbulkan perpecahan antar
sesama. Dapat merusak sendi persatuan dan persatuan. Tidak suka berbuat benar dan tidak
menerima kebenaran. Tidak memiliki keikhlasan dalam perbuatan sehingga semua yang
dilakukan sia-sia. Merugikan diri sendiri. Mudah tersinggung. Baca Juga Doa Keluar Rumah

13
dan Artinya serta Keutamaan Cara Menghindari Sifat Takabur Adapun cara menghindari sifat
takabur meliputi: Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menyadari akibat yang ditimbulkan
oleh sifat takabur. Mensyukuri nikmat. Perbanyak ibadah. Jauhi perbuatan maksiat.
Memperbanyak istigfar. Meminta maaf kepada orang yang telah diremehkan. Menyadari
kekuasaan Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa takabur merupakan sikap sombong dan
merendahkan orang lain. Takabur membawa banyak dampak negatif dan dapat dihindari,
salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2.4. Menghindari Sifat Hasad

Hasad merupakan salah satu sifat tercela manusia yang dapat menjadi penyakit hati.
Pasalnya, hasad sifat yang tidak mensyukuri atas nikmatnya dan selalu iri dan dengki atas
nikmat orang lain. Rasulullah pernah bersabda, “Jangan kalian saling mendengki, jangan
saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! dan hendaklah kalian
menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lalu bagaimana cara menghindari sifat hasad, berikut diantaranya.

1. Memperbanyak ibadah
Ibadah, merupakan cara yang paling tepat untuk menghindari hasad. Dengan kita
memperbanyak ibadah, insyaallah kita menjadi pribadi yang baik dan secara tidak langsung
menghindari diri berbagai hal yang yang dibenci Allah salah satunya sifat hasad.

2. Memperbanyak rasa syukur


Selalu bersyukur atas nikmat yang kita miliki merupakan langkah yang paling ampuh untuk
menghindari sifat hasad. Dengan kita bersyukur hati dan kehidupan kita kan terasa bahagia.
Namun sayangnya, banyak manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah Allah
berikan, padahal Allah telah memberikan nikmat yang berlimpah. Tapi dengan hati iri dan
dengki yang membuat sesorang tidak sadar akan nikmat itu.

3. Bersikap rendah hati


Menjauhkan diri dari hal yang dibenci Allah dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah
berikan salah satu cara untuk menghindari diri dari sifat iri dan dengki. Sebaiknya kita
bersikap rendah hati yang membuat kita selalu sadar bahwa masih banyak orang yang

14
hidupnya lebih sulit dibandingkan kita. Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah pernah
bersabda,
ْ ‫ فَ ْليَ ْنظُ ْر ِإلَى َمنْ ُه َو َأ‬، ‫ق‬
ُ‫سفَ َل ِم ْنه‬ ِّ ُ‫ِإ َذا نَظَ َر َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى َمنْ ف‬
ِ ‫ض َل َعلَ ْي ِه فِى ا ْل َما ِل َوا ْل َخ ْل‬
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau
kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.”
(HR.Bukhari dan Muslim).

4. Biasakan untuk berprasangka baik


Membiasaka diri untu berprasangka biak terhadap orang lain membuat kita tehindar dari sifat
dengki. Pasalnya, dengan kita berprsangka baik pikiran kita akan jauh lebih tenang
dibandingkan dengan kita berprasangka buruk. Makanya berprasangka baik merupakan salah
satu cara yang dapat menghindari diri dari sifat dengki.

5. Bersilahturahim
Yang terakhir, memiliki hubungan yang baik terhadap keluarga, tetangga bahkan saudara
jauh dapat mempererat tali silahturahim yang secara tidak langsung membuat kita selalu
berprasangka baik dan sifat iri dan dengki pun menjadi jauh dari diri kita sendiri. Karena
hubungan yang baik akan selalu membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih peka
terhadap sekitar.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan baik maka
harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara salah maka akan
mencelakakannya.
2. Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), boros (tabzir)
dalam membelanjakan harta, pamer (riya’), sum’ah, sombong (takabur), dan dengki
(hasad).
3. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya atau
mengeluarkan harta tidak haq
4. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta melewati batas
kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan
dunia maupun akhirat.
5. Riya’ yaitu melakukan dan memperlihatkan amal ibadah dengan niat supaya
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
6. Sum’ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan
kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.
7. Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa lebih
kuat, lebih hebat dibanding orang lain.
8. Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang
lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut.
9. Syarat diterimanya amal ada tiga:
a. Beramal dengan landasan ilmu, 
b. Berniat ikhlas karena Allah Swt., 
c. Melakukan dengan sabar dan ikhlas.
10. Benteng amal itu ada tiga, yaitu: 
a. Merasa bahwa hidayah itu datangnya dari Allah Swt., 
b. Berniat meraih ridha Allah Swt. agar dapat mengalahkan hawa nafsu, 
c. Berharap pahala dari Allah Swt. dengan menghilangkan riya’ dan sum’ah.

16
11. Sifat hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, hasad dapat dihindari dengan
menerapkan sifat rendah hati (tawadhu’).

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sekolahmuonline.com/2021/09/rangkuman-paibp-kelas-10-bab-3-menjalani-
hidup-penuh-manfaat-dengan-menghindari-berfoya-foya-riya-sumah-takabbur-dan-
hasad.html
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas X, Kementerian Agama Republik Indonesia 2021

18

Anda mungkin juga menyukai