AKIDAH AKHLAK
“Meneladani Sifat Israf, Tabzir, dan Bakhil ”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
A. RENHY MURDIANY
ABDUL RAHMAN ZAKY
ASTIA AMANDA
MUH. AIDHIL PRAMULADI
MUH. RAYYAN ELSHIRAZY
MURTAFIAH SYADZWANA AKHIRA YUSUF
KELAS: XI AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA MAKASSAR
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR
ISI............................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................. 1
1.3 TUJUAN............................................................................................2
BAB II......................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 AWAL MULA KEDATANGAN BANGSA EROPA KE
INDONESIA............................................................................................3
2.2 KRONOLOGI DAN JALUR PELAYARAN KEDATANGAN
BANGSA EROPA KE INDONESIA.....................................................4
PENUTUP.................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN................................................................................... 5
3.2 SARAN................................................................................................5
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
3. Bagaimana cara menghindari sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil?
4. Bagaimana sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil berkaitan dengan konsep
keadilan dalam islam
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana memahami sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil
2. Mengetahui dampak dari akibat negatif sikap Israf, Tabzir, dan
Bakhil
3. Mengetahui cara menghindari sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil
4. Mengetahui bagaimana sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil berkaitan
dengan konsep keadilan dalam islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISRAF
Kata Isyraf berasal dari bahasa arab asyrofa-yusrifu-isroofan yang berarti ria sampai
melewati bahas, memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau berlebih-
lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yang melampaui batas
atau ukuran yang sebenarnya. Sikap ini biasanya terjadi pada orang-orang yang rakus
dan tidak puas atas nikmat yang telah di beri oleh Allah Ta’ala. Israf adalah
perbuatan yang tidak di senangi oleh Allah karena perbuatan ini merupakan bagian
dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang telah di berikan oleh allah Ta’ala.
Melampaui batas (berlebihan) dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Usira-
Usaran” yang berarti bersukaria sampai melewati batas. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, melampaui batas (berlebihan) diartikan, melakukan tindakan di
luar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan aturan (nilai) tertentu yang
berlaku. Secara istilah melampaui batas (berlebihan) dapat dimaknai sebagai mani
tindakan yang dilakukan seseorang di luar kewajaran ataupun kepatutan karena
kebiasaan dilakukan untuk memuaskan kesenangan diri secara berlebihan
Melampaui batas (berlebihan) merupakan penyakit mematikan. Merusak banyak
orang dari kaum muslimin zaman dahulu hingga menjadi orang mufaraqah dengan
komunitas Islam. Pada kehidupan modern sifat melampaui batas (berlebihan itu
mengancam masa depan umat manusia, terutama kalangan generasi mudanya. Nabi
bersabda, “Binasalah orang-orang yang melampaui batas (berlebihan)” (HR. muslim)
Nabi juga bersabda yang artinya, “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah
seseorang yang memberatkan agama ini, melainkan ia akan terkalahkan. Oleh karena
itu luruskan dan bersahajalah (tidak berlebih-lebihan)” (HR. Muslim)
Perlu dibedakan antara berlebihan dengan pemurah. Bahwa orang yang berlebihan
adalah orang yang memanfaatkan suatu perbuatan melebihi yang kita butuhkan atau
menambah sesuatu yang tidak semestinya.
Adapun bentuk bentuk sikap Israf yaitu:
Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal
makan, karena makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang
negatif pada struktur tubuh manusia.
2
Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam
memakan atau meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu,
sehingga semua yang di inginkan tersedia.
Melanggar batasan-batasan yang telah di tentukan Allah Ta ’ala.
Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak terlalu dibutuhkan oleh
kita maupun oleh masyarakat.
Melakukan segala sesuatu yang berlebihan, contohnya terlalu banyak tidur
bisa menyebabkan berbagai penyakit terutama malas, dari penyakit malas
inilah timbul berbagai dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja,
kalaupun bekerja hasilnya pun tidak akan optimal
Melakukan pekerjaan yang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka
dengan hal-hal yang bersifat hura-hura.
Memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya
dihadapkan pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan
dengan keinginan.
2
bermaksud menjalankan kedua duanya dengan susah payah, tetapi akhirnya ia
terhenti atau bahkan meninggalkan amal kebaikan keduanya”.
Ustaz Fathi Yakan menuturkan, “Saya teringat ada seorang ikhwan bersumpah bahwa
ia harus hafal Al-Qur’an di luar kepala selama musim kemarau, la telah bersungguh-
sungguh untuk itu, tetapi tidak mampu la sangat marah kepada dirinya sendiri. Lalu
ia bersikeras untuk menghukum dirinya dengan hukuman yang paling berat. Hal itu
tidak dilakukan kecuali dengan jalan mengharamkan dirinya sendiri dari semua yang
dihalalkan Allah. La mulai dengan puasa berturut-turut dan tidak pernah berbuka
kecuali pada saat tertentu, setiap malam melakukan qiyamullail secara terus-menerus
tanpa tidur kecuali lupa. Bangku sekolah ditinggalkan, buku-buku yang dimiliki dan
segala perabot sekolah diberikan orang lain. Sampailah pada suatu saat karena
kondisi fisik dan psikisnya semakin tidak stabil, akhirnya dibawa ke rumah sakit
bagian penyakit syaraf Perilaku yang seperti ini merupakan bagian dari melampaui
batas atau berlebihan (israf). Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung”.
2
D. SIKAP ISRAF YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
KEADILAN DALAM ISLAM
Dalam al-Qur’an terdapat term tabzir yakni dalam surat Al- Baqarah: 61, 178, 190,
Ali Imran: 112, An-Nisa: 171, al-Isra ayat 26-27,dan 29-30, QS. Al-Furqan: 67, Al-
A’raf: 31, al-An’am: 141, Al-Maidah:32, 72, 87, yaitu:
٢٦ َو ٰا ِت َذ ا اۡل ُقۡر ٰب ى َح َّقٗه َو اۡل ِم ۡس ِكۡي َن َو اۡب َن الَّسِبۡي ِل َو اَل ُتَبِّذ ۡر َتۡب ِذ ۡي ًرا
٢٧ ِاَّن اۡل ُمَبِّذ ِر ۡي َن َك اُنۤۡو ا ِاۡخ َو اَن الَّشٰي ِط ۡي ِن ؕ َو َك اَن الَّش ۡي ٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفۡو ًرا
-Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al-Isra:
26-27).
Ismâ’îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî dalam Tafsîr al-Qur’anal-Azîm
menjelaskan ayat 26 dan 27 surat al-Isra secara jelas dan rinci dengan menegaskan
bahwa setelah perintah untuk memberi nafkah, Allah melarang bersikap berlebih-
lebihan dalam memberi nafkah(membelanjakan harta), tetapi yang dianjurkan ialah
pertengahan.
Menurut Ahmad Mustafâ Al-Marâgî bahwa Usman bin al-Aswad mengatakan: saya
pernah berkeliling ke masjid-masjid di sekitar Ka’bah bersama Mujahid. Maka dia
mengangkat kepalanya memandang ke AbuKubais (sebuah gunung di Makkah), lalu
berkata: andai kata ada seorang lelaki menafkahkan harta sebesar gunung ini dalam
ketaatan kepada Allah, tidaklah ia tergolong pemboros. Jadi kalau dia menafkahkan
satu dirham dalam bermaksiat kepada Allah, maka dia memang tergolong pemboros.
Menurut Hamka, orang yang bakhil akan tercela dalam pergaulan hidupnya, sebab
dengan tidak disadarinya dia telah diperbudak oleh hartanya itu. Mau dia berputus-
putus berkerat rotan dengan kaum keluarganya karena cintanya akan harta itu.
Sedang orang yang ceroboh, boros dan mencurah-curahkan harta seakan-akan tangan
tidak berkunci, akhir kelaknya akan menyesal sendirinya bilamana harta benda itu
telah punah dan licin tandas karena keluarnya tidak beperhitungan.11Ibnu Mas’ud
mengatakan bahwa istilah tabzir berarti membelanjakan harta bukan pada jalan yang
benar. Hal yang sama dikatakan oleh ibnu Abbas, Mujahid mengatakan, “Seandainya
seseorang membelanjakan semua hartanya dalam kebenaran, dia bukanlah termasuk
orang yang boros. Dan seandainya seseorang membelanjakan satu mud bukan pada
jalan yang benar, dia termasuk seorang pemboros.”
2
2.2 TABZIR
2
Membahayakan bagi jiwa dan raga, misal: Rokok
• Orang yang bersedekah tetapi tidak ikhlas
• Merayakan Hari Raya lebaran dengan berlebihan
• Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan syari’at
2
Rasulullah juga melarang setiap muslim makan atau minum terlalu banyak titik
tergolong suatu kejahatan apabila seseorang memadati perutnya dengan makanan
yang disukai semata-mata. karena yang demikian itu akan menimbulkan penyakit,
baik penyakit jasmani ataupun rohani. Rasulullah memberi arahan, bahwa lambung
(perut) hendaknya diisi secara teratur dan terencana, seperti sepertiga makanan,
sepertiga minuman, dan sepertiga udara.
kalau anjuran itu dilakukan dengan baik niscaya akan menjaga kesehatan jasmani
maupun rohani. Hidup sederhana bukan berarti harus melarat tetapi hidup yang
sederhana sebatas mencukupi kebutuhan yang diperlakukan tanpa berlebih-lebihan
titik karena itu, segala hal yang berlebihan tidak akan memperoleh kebaikan bagi
yang melakukannya.
Allah sudah menjelaskan secara gamblang bagi kaum yang mengetahui titik
diantaranya tata cara berpakaian, makan, dan lainnya secara lengkap, sebagai sesuatu
yang sangat penting dan pokok bagi kehidupan manusia. tujuannya agar manusia
tetap sehat dan nyaman dalam menjalani kehidupan. jika kondisi badan terasa sakit
maka akan berakibat kepada pekerjaan yang tidak terselesaikan dengan baik dan
sempurna. baik pekerjaan sehari-hari ataupun yang berhubungan dengan peribadatan
pada Allah.
sesungguhnya orang yang dapat menerima dengan baik dan mengamalkan nasihat
yang benar hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun. termasuk di dalamnya orang
yang patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang
menyakiti mereka menerima dengan baik dan ikhlas apa yang diberikan Allah
kepadanya. selalu berusaha sesuai ketentuannya serta membelanjakan hartanya untuk
kepentingan diri ataupun masyarakat.
2
dan mengamalkan prinsip keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam dan harta
benda.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan konsep keadilan dan larangan
pemborosan (Tabzir) sebagai bagian dari ajaran Islam. Salah satu ayat yang
menggambarkan hubungan antara Tabzir dan keadilan adalah dalam Surah Al-Isra
(17): 26-27:
َو آِت َذ ا اْلُقْر َبٰى َح َّقُه َو اْلِم ْس ِكيَن َو اْبَن الَّسِبيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ يًرا
ِإَّن اْلُمَبِّذ ِر يَن َك اُنوا ِإْخ َو اَن الَّش َياِط يِن ۖ َو َك اَن الَّش ْيَطاُن ِلَر ِّبِه َك ُفوًرا
Artinya:
“Dan berikanlah kepada kaum kerabatnya haknya, begitu juga kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-boros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa pemborosan (Tabzir) dianggap sebagai tindakan yang
bertentangan dengan keadilan. Allah SWT menegaskan pentingnya memberikan hak-
hak kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa melakukan pemborosan.
Pemborosan dianggap sebagai tindakan yang menyimpang dari prinsip keadilan dan
bahkan disamakan dengan tindakan setan.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa sikap Tabzir adalah tidak adil dan
bertentangan dengan konsep keadilan dalam Islam. Allah SWT menyeru umat
manusia untuk menggunakan sumber daya dengan bijaksana, menghindari
pemborosan, dan memperlakukan orang lain dengan adil, sesuai dengan konsep
keadilan dalam ajaran Islam.
2.3 BAKHIL
A. PENGERTIAN SIKAP BAKHIL
Menurut bahasa kata bakhil adalah Al-bakhil ( (البخلadalah menahan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah bukhl adalah perbuatan seseorang menahan/ tidak
memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada orang lain, baik wajib
secara agama maupun wajib secara kepatutan menurut adat.
Orang yang tidak mau membayar zakat, tidak memberi nafkah kepada keluarga
disebut bakhil, karena secara agama zakat dan nafkah adalah wajib. Demikian juga
orang kaya raya yang memberi nafkah yang sedikit kepada keluarganya, atau barang
yang jelek menurut masyarakat termasuk orang bakhil.
Perilaku bakhil seperti ini muncul karena terlalu cinta kepada dunia. meyakini harta
bendanyalah yang akan menyelamatkan di dunia maupun di akhirat. Padahal harta
2
yang sesungguhnya adalah harta yang ia sedekahkan kepada orang lain. Harta yang
hanya dinikmati sendiri akan lenyap seiring dengan hilangnya kenikmatan di dunia.
Sedangkan harta yang disedekahkan akan kekal nikmatnya kelak di akhirat.
Orang bakhil merasa sayang terhadap hartanya untuk diberikan kepada orang lain,
apalagi berkorban demi kebahagiaan orang lain. Orang bakhil kadang keterlaluan,
hingga kikir terhadap keperluan dirinya sendiri, khawatir hartanya berkurang. Karena
itu sungguh buruk di mata masyarakat perilaku orang kikir, sehingga dijauhi
masyarakat.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa bakhil disebabkan karena cinta dunia,
sedangkan cinta dunia disebabkan karena dua hal, yaitu, mencintai kesenangan
dunia, dan merasa senang terhadap harta di tangannya.
2
Islam mendorong umatnya untuk berbagi dengan orang lain, memberikan
sedekah, dan menolong sesama sebagai bagian dari ibadah dan prinsip
keadilan sosial.
2
meminta-minta, serta memerdekakan hamba sahaya.” Ini menunjukkan bahwa
keadilan dalam Islam mencakup berbagi harta dengan mereka yang membutuhkan
dan menolak sikap bakhil.
Salah satu dalil yang menunjukkan hubungan antara sikap bakhil dan konsep
keadilan dalam Islam adalah dalam hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak memberikan zakatnya (harta
tersebut), maka pada hari kiamat harta itu akan diubah menjadi ular yang panjangnya
sejengkal dan akan menggigitnya di lehernya, lalu ular itu akan berkata: ‘Aku adalah
harta yang engkau kumpulkan dengan rakus dan aku adalah harta yang engkau
simpan dengan kikir.’” (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa sikap bakhil atau kikir terkait dengan penolakan untuk
memberikan zakat, yang merupakan bagian dari konsep keadilan dalam Islam. Zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang mewajibkan umat Muslim untuk
memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang berhak menerimanya, seperti
fakir miskin, anak yatim, dan lain sebagainya. Dengan menolak memberikan zakat,
seseorang tidak hanya menunjukkan sikap bakhil, tetapi juga melanggar prinsip
keadilan dalam Islam dengan menahan hak orang lain atas harta yang dimilikinya.
Dengan demikian, hadis ini menunjukkan bahwa sikap bakhil atau kikir tidak sesuai
dengan konsep keadilan dalam Islam, karena menolak untuk berbagi harta dengan
orang lain yang membutuhkan merupakan pelanggaran terhadap prinsip keadilan
sosial yang ditekankan dalam ajaran Islam.
2
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
- Israf artinya memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau
berlebih-lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yg
melampaui batas atau ukuran yang sebenarnya.
- Tabzir yang artinya pemborosan. Secara istilah tabzir adalah.
Membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan
bukan dijalan Allah. Tabzir dan israf sekilas memiliki arti yang sama tetapi
tabzir dan israf adalah dua hal yang berbeda
- Bakhil adalah menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah bukhl adalah
perbuatan seseorang menahan/ tidak memberikan sesuatu yang semestinya
wajib diberikan. Kepada orang lain, baik wajib secara agama maupun wajib
secara kepatutan menurut adat.
3.2 SARAN
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.
2
DAFTAR PUSTAKA
-https://id.scribd.com/document/450255391/Makalah-akidah-klmpk-4
- https://rohismaha.blogspot.com/2019/06/akhlak-tercela-israf-tabzir-dan-
bakhil.html?m=1
-https://t.me/GPT4Tbot
- Materi dari buku akidah akhlak kelas XI