Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK
“Meneladani Sifat Israf, Tabzir, dan Bakhil ”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
A. RENHY MURDIANY
ABDUL RAHMAN ZAKY
ASTIA AMANDA
MUH. AIDHIL PRAMULADI
MUH. RAYYAN ELSHIRAZY
MURTAFIAH SYADZWANA AKHIRA YUSUF

KELAS: XI AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2024/2025


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, rasa syukur kita panjatkan ke hadirat


Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari teman teman kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah akidah
akhlak ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini .
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah
pengetahuan kita pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang
akidah akhlak “ Meneladani sifat Israf, Tabzir, dan Bakhil”
Mudah - mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun
ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapa pun yang membacanya.
Sebelumnya kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau
kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya
masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Makassar, 24 Januari 2024
Penyusun
Kelompok 2DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR
ISI............................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................. 1
1.3 TUJUAN............................................................................................2
BAB II......................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 AWAL MULA KEDATANGAN BANGSA EROPA KE
INDONESIA............................................................................................3
2.2 KRONOLOGI DAN JALUR PELAYARAN KEDATANGAN
BANGSA EROPA KE INDONESIA.....................................................4
PENUTUP.................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN................................................................................... 5
3.2 SARAN................................................................................................5
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Israf artinya memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau berlebih-


lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yang melampaui
batas atau ukuran yang sebenarnya. Sikap ini biasanya terjadi pada orang-orang
yang rakus dan tidak puas atas nikmat yang telah di beri oleh Allah Ta’ala. Dan
israf sangatlah tidak di perbolehkan. Allah pun melarang akan perbuatan israf
didalam firmannya,
Tabzir yang artinya pemborosan. Secara istilah tabzir adalah
membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan
bukan dijalan Allah. Tabzir dan israf sekilas memiliki arti yang sama tetapi
tabzir dan israf adalah dua hal yang berbeda.
Bakhil adalah menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah bukhl adalah
perbuatan seseorang menahan/ tidak memberikan sesuatu yang semestinya
wajib diberikan kepada orang lain, baik wajib secara agama maupun wajib
secara kepatutan menurut adat.
Lawan dari berlebih-lebihan adalah hemat, sederhana atau seperlunya. Setiap
manusia dalam mengurangi hidup pastilah berhadapan dengan berbagai
persoalan, baik persoalan yang berkaitan dengan harta benda maupun dengan
persoalan lainnya yang memerlukan sebuah penyelesaian.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Islam sangat melarang terhadap
perbuatan fitnah, hal ini bukan saja karena dampak yang ditimbulkan dari
fitnah tetapi juga akibat yang akan di terima oleh orang yang suka memfitnah.
Orang yang memfitnah akan di beri azab oleh Allah di akhirat kelak. Allah
telah memberi ancaman berupa azab yang sangat pedih, yaitu Neraka jahanam

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah
tersebut antara lain:
1. Bagaimana memahami sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil?
2. Bagaimana dampak dari akibat negatif sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil?

2
3. Bagaimana cara menghindari sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil?
4. Bagaimana sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil berkaitan dengan konsep
keadilan dalam islam

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana memahami sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil
2. Mengetahui dampak dari akibat negatif sikap Israf, Tabzir, dan
Bakhil
3. Mengetahui cara menghindari sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil
4. Mengetahui bagaimana sikap Israf, Tabzir, dan Bakhil berkaitan
dengan konsep keadilan dalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ISRAF

A. PENGERTIAN SIKAP ISRAF

Kata Isyraf berasal dari bahasa arab asyrofa-yusrifu-isroofan yang berarti ria sampai
melewati bahas, memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau berlebih-
lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yang melampaui batas
atau ukuran yang sebenarnya. Sikap ini biasanya terjadi pada orang-orang yang rakus
dan tidak puas atas nikmat yang telah di beri oleh Allah Ta’ala. Israf adalah
perbuatan yang tidak di senangi oleh Allah karena perbuatan ini merupakan bagian
dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang telah di berikan oleh allah Ta’ala.
Melampaui batas (berlebihan) dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Usira-
Usaran” yang berarti bersukaria sampai melewati batas. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, melampaui batas (berlebihan) diartikan, melakukan tindakan di
luar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan aturan (nilai) tertentu yang
berlaku. Secara istilah melampaui batas (berlebihan) dapat dimaknai sebagai mani
tindakan yang dilakukan seseorang di luar kewajaran ataupun kepatutan karena
kebiasaan dilakukan untuk memuaskan kesenangan diri secara berlebihan
Melampaui batas (berlebihan) merupakan penyakit mematikan. Merusak banyak
orang dari kaum muslimin zaman dahulu hingga menjadi orang mufaraqah dengan
komunitas Islam. Pada kehidupan modern sifat melampaui batas (berlebihan itu
mengancam masa depan umat manusia, terutama kalangan generasi mudanya. Nabi
bersabda, “Binasalah orang-orang yang melampaui batas (berlebihan)” (HR. muslim)
Nabi juga bersabda yang artinya, “Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah
seseorang yang memberatkan agama ini, melainkan ia akan terkalahkan. Oleh karena
itu luruskan dan bersahajalah (tidak berlebih-lebihan)” (HR. Muslim)
Perlu dibedakan antara berlebihan dengan pemurah. Bahwa orang yang berlebihan
adalah orang yang memanfaatkan suatu perbuatan melebihi yang kita butuhkan atau
menambah sesuatu yang tidak semestinya.
Adapun bentuk bentuk sikap Israf yaitu:
 Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal
makan, karena makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang
negatif pada struktur tubuh manusia.

2
 Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam
memakan atau meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu,
sehingga semua yang di inginkan tersedia.
 Melanggar batasan-batasan yang telah di tentukan Allah Ta ’ala.
 Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak terlalu dibutuhkan oleh
kita maupun oleh masyarakat.
 Melakukan segala sesuatu yang berlebihan, contohnya terlalu banyak tidur
bisa menyebabkan berbagai penyakit terutama malas, dari penyakit malas
inilah timbul berbagai dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja,
kalaupun bekerja hasilnya pun tidak akan optimal
 Melakukan pekerjaan yang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka
dengan hal-hal yang bersifat hura-hura.
 Memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya
dihadapkan pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan
dengan keinginan.

B. AKIBAT NEGATIF SIKAP ISRAF


Melampaui batas (berlebihan) mengakibatkan amal ibadah orang yang memiliki sifat
tersebut terhenti dan tidak sabar. Demikian itu karena manusia mempunyai tabiat
cepat bosan dan terbatas kemampuannya. Jika ia mampu bersabar mengerjakan yang
lebih berat dan sulit dalam beberapa hari atau beberapa bulan, ia tidak akan bersabar
lebih dari itu.
Kadang-kadang orang yang melampaui batas berubah dari sikap yang berlebih
lebihan menjadi teledor dan dari memperketat diri menjadi membebaskan din
Kemudian, ia meninggalkan sama sekali sedikit maupun banyak yang mestinya harus
dilakukan.
Menurut pendapat Hasan Bashri, sunah telah menjelaskan antara orang yang
melampaui batas dan orang yang berpaling. Oleh karena itu, bersabarlah dalam
mengikuti sunah, karena ahlus-sunah adalah orang yang paling sedikit di masa
lampas dan mereka paling sedikit di masa yang tersisa, serta tidak mengikuti orang-
orang yang bermewah-mewah dalam hidup mereka. Semoga Allah merahmati bagi
yang bersabar terhadap sunah hingga menemui-Nya.
Menurut imam asy-Syathibi, bahaya melampaui batas (berlebihan) bekainya dapat
menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang dituntut agama dalam
melaksanakan berbagai tanggung jawab hukum. Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa
kesempitan tidak dihilangkan dari orang yang dibeban tanggung Jawab (mukalaf)
karena dua segi Pertama, khawatir terputus amalnya di tengah jalan membenci
ibadah, dan tidak suka melaksanakan beban agama. Kedua, khawatir menimbulkan
pengurangan amal dengan bermalas-malasan. Kadang-kadang menekuni sebagian
amal dapat melalaikan dan menghentikan amal lainnya. Kadang-kadang ia

2
bermaksud menjalankan kedua duanya dengan susah payah, tetapi akhirnya ia
terhenti atau bahkan meninggalkan amal kebaikan keduanya”.
Ustaz Fathi Yakan menuturkan, “Saya teringat ada seorang ikhwan bersumpah bahwa
ia harus hafal Al-Qur’an di luar kepala selama musim kemarau, la telah bersungguh-
sungguh untuk itu, tetapi tidak mampu la sangat marah kepada dirinya sendiri. Lalu
ia bersikeras untuk menghukum dirinya dengan hukuman yang paling berat. Hal itu
tidak dilakukan kecuali dengan jalan mengharamkan dirinya sendiri dari semua yang
dihalalkan Allah. La mulai dengan puasa berturut-turut dan tidak pernah berbuka
kecuali pada saat tertentu, setiap malam melakukan qiyamullail secara terus-menerus
tanpa tidur kecuali lupa. Bangku sekolah ditinggalkan, buku-buku yang dimiliki dan
segala perabot sekolah diberikan orang lain. Sampailah pada suatu saat karena
kondisi fisik dan psikisnya semakin tidak stabil, akhirnya dibawa ke rumah sakit
bagian penyakit syaraf Perilaku yang seperti ini merupakan bagian dari melampaui
batas atau berlebihan (israf). Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung”.

C. CARA MENGHINDARI SIKAP ISRAF


Sesungguhnya setiap mukalaf dituntut berbagai amal dan tugas agama yang harus
dikerjakan dan tidak dapat dihindari untuk memenuhi hak Tuhannya. Jika ia
menekuni suatu amal yang berat, kadang-kadang membuatnya meninggalkan amal
lain yang berkaitan dengannya. Jadi, ibadah atau amal yang masuk di dalamnya
membuatnya terhenti dari semua yang dibebankan Allah Swt. Kepadanya sehingga ia
tercela tanpa alasan yang dibenarkan. Padahal, ia hanya dituntut melaksanakan
semua amal tanpa mengurangi salah satu dari taklif yang dibebankan kepadanya.
Rasulullah melarang umatnya berpuasa terus-menerus, melarang salat di sebagian
besar waktu malam kecuali pada sepuluh hari akhir bulan Ramadan, melarang
membujang bagi yang mampu menikah, atau melarang meninggalkan makan daging.
Jadi, orang yang beribadah dengan tidak mengetahui sebagian besar dari hal tersebut,
ia dapat dimaafkan dan diberi pahala. Adapun orang yang beribadah dan paham
sunah lalu melampauinya maka ia akan dikalahkan dan tertipu oleh nafsunya.
Adapun amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dikerjakan terus-menerus
(istiqamah) menurut syarak meskipun sedikit.
Islam mengajarkan sifat kebersahajaan (iffah), setiap muslim dilarang mengikuti
ajakan nafsu atau panggilan syahwat Nafsu harus dikendalikan, sederhanalah dan
tundukkan nafsu dengan akal sehat. Sebagian besar keburukan itu disebabkan
seseorang tidak sanggup mengendalikan nafsunya. Janganlah mendekati hal-hal yang
dapat mendorong diri untuk berbuka yang tidak baik ataupun melampaui batas.
Orang yang memiliki kesederhanaan maka tidak suka melakukan sesuatu yang
melebihi kewajaran karena akan merendahkan diri sendiri di hadapan makhluk atau
pencipta-Nya.

2
D. SIKAP ISRAF YANG BERKAITAN DENGAN KONSEP
KEADILAN DALAM ISLAM
Dalam al-Qur’an terdapat term tabzir yakni dalam surat Al- Baqarah: 61, 178, 190,
Ali Imran: 112, An-Nisa: 171, al-Isra ayat 26-27,dan 29-30, QS. Al-Furqan: 67, Al-
A’raf: 31, al-An’am: 141, Al-Maidah:32, 72, 87, yaitu:
٢٦ ‫َو ٰا ِت َذ ا اۡل ُقۡر ٰب ى َح َّقٗه َو اۡل ِم ۡس ِكۡي َن َو اۡب َن الَّسِبۡي ِل َو اَل ُتَبِّذ ۡر َتۡب ِذ ۡي ًرا‬
٢٧ ‫ِاَّن اۡل ُمَبِّذ ِر ۡي َن َك اُنۤۡو ا ِاۡخ َو اَن الَّشٰي ِط ۡي ِن ؕ َو َك اَن الَّش ۡي ٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفۡو ًرا‬
-Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al-Isra:
26-27).
Ismâ’îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî dalam Tafsîr al-Qur’anal-Azîm
menjelaskan ayat 26 dan 27 surat al-Isra secara jelas dan rinci dengan menegaskan
bahwa setelah perintah untuk memberi nafkah, Allah melarang bersikap berlebih-
lebihan dalam memberi nafkah(membelanjakan harta), tetapi yang dianjurkan ialah
pertengahan.
Menurut Ahmad Mustafâ Al-Marâgî bahwa Usman bin al-Aswad mengatakan: saya
pernah berkeliling ke masjid-masjid di sekitar Ka’bah bersama Mujahid. Maka dia
mengangkat kepalanya memandang ke AbuKubais (sebuah gunung di Makkah), lalu
berkata: andai kata ada seorang lelaki menafkahkan harta sebesar gunung ini dalam
ketaatan kepada Allah, tidaklah ia tergolong pemboros. Jadi kalau dia menafkahkan
satu dirham dalam bermaksiat kepada Allah, maka dia memang tergolong pemboros.
Menurut Hamka, orang yang bakhil akan tercela dalam pergaulan hidupnya, sebab
dengan tidak disadarinya dia telah diperbudak oleh hartanya itu. Mau dia berputus-
putus berkerat rotan dengan kaum keluarganya karena cintanya akan harta itu.
Sedang orang yang ceroboh, boros dan mencurah-curahkan harta seakan-akan tangan
tidak berkunci, akhir kelaknya akan menyesal sendirinya bilamana harta benda itu
telah punah dan licin tandas karena keluarnya tidak beperhitungan.11Ibnu Mas’ud
mengatakan bahwa istilah tabzir berarti membelanjakan harta bukan pada jalan yang
benar. Hal yang sama dikatakan oleh ibnu Abbas, Mujahid mengatakan, “Seandainya
seseorang membelanjakan semua hartanya dalam kebenaran, dia bukanlah termasuk
orang yang boros. Dan seandainya seseorang membelanjakan satu mud bukan pada
jalan yang benar, dia termasuk seorang pemboros.”

2
2.2 TABZIR

A. PENGERTIAN SIKAP TABZIR


Kata tabzir berasal dari kata bahasa arab yaitu bazara, yubaziru tabzir yang artinya
pemborosan. Secara istilah tabzir adalah membelanjakan/mengeluarkan harta benda
yang tidak ada manfaatnya dan bukan dijalan Allah. Sifat tabzir ini timbul karena
adanya dorongan nafsu dari setan dan biasanya untuk hal-hal yang tidak disenangi
oleh Allah serta ingin dipuji oleh orang lain.
Boros dalam bahasa Arab disebut dengan kata “bažara-yubažira-mubattinun
sabzirun”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boros diartikan berlebih-lebihan
atau menghambur-hamburkan dalam pemakaian uang ataupun barang. Secara istilah
boros sebagai perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang
ataupun barang, karena kesenangan ataupun kebiasaan
Perbuatan boros merupakan perbuatan setan yang dilarang dalam Islam. Seorang
muslim dalam membelanjakan harta/uangnya harus dengan kalkulasi yang matang
menyangkut manfaat dan mudaratnya. Seorang muslim dilarang keras
membelanjakan harta dengan cara sesuka hatinya yang akan berakibat pada
kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat.
Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menunaikan kewajiban shalat
dengan harta yang dikuasainya yaitu memenuhi hak keluarga dekat, orang makin dan
orang dalam perjalanan. Memenuhi kewajiban dengan menyantuni mereka berupa
mempererat tali persaudaraan, hubungan kasih sayang, bersikap sopan santun, dan
membantu memenuhi kebutuhan pokok yang diperlukan.
Islam mengajarkan pada umatnya untuk memiliki kepedulian sosial setugas dasar
penciptanya ketentuan dan kedamaian masyarakat. Memberi bantuan orang yang
sungguh sungguh memerlukan bantuan, berarti telah meringankan beban sesananya,
keluarga dekat, orang miskin ataupun orang dalam perjalanan dengan tujuan
dibenarkan agama. Setiap muslim harus memperhitungkan secara matang akan
manfaat dan madaratnya untuk menjamin kemaslahatan pemberi bantuan atau pun
penerima bantuan.
Adapun bentuk -bentuk perilaku Tabzir yaitu:
• Membantu orang lain dalam kemaksiatan. Contoh: Memberi sumbangan kepada
orang untuk meminum-minuman keras
• Mengkonsumsi makanan/minuman yang tidak ada manfaatnya dan justru

2
Membahayakan bagi jiwa dan raga, misal: Rokok
• Orang yang bersedekah tetapi tidak ikhlas
• Merayakan Hari Raya lebaran dengan berlebihan
• Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan syari’at

B. AKIBAT NEGATIF SIKAP TABZIR


Allah tidak melarang makan atau minum yang lezat, demikian pula tidak ada
larangan berpakaian yang indah, berdandan, dan berhias yang dihalalkan Allah.
Agama membolehkan itu semua selama tidak boros. Orang-orang beriman
diperbolehkan menikmati makanan-makanan atau minuman yang baik dan lezat,
selama tidak menimbulkan sikap pemborosan.
Allah telah memberikan isyarat dalam Al-Qur’an, bahwa akibat kesombongan dan
kecongkakannya maka Qarun berikut harta kekayaan yang menjadi kebanggaan dan
keangkuhannya dibenamkan Allah ke perut bumi. Tidak ada seorang pun yang dapat
menolong dari azab Allah Harta kekayaan yang melimpah ruah, diri atau pun teman
tidak dapat menolong sedikit pun dari azab Allah. sikap orang yang mendambakan
kemewahan dunia semata sebagai tabiat buruk yang harus ditinggalkan, karena Allah
memberikan pelajaran bahwa Qarun dengan harta kekayaannya telah dibenamkan ke
dalam bumi. Ternyata harta yang tidak diridai Allah tidak memperoleh manfaat apa-
apa. Setiap aturan yang telah Allah buat untuk Hamba-Nya sudah pasti mengandung
hikmah/manfaat bagi hamba-Nya, begitu pun larangan terhadap perbuatan tabzir
(boros ).
Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari perbuatan tabzir, yaitu:
• Mendapat murka Allah
• Mendapat siksa yang teramat pedih oleh Allah
• Mendapat kesengsaraan dunia dan akhirat
• Mendapat cacian dari orang lain

C. CARA MENGHINDARI SIKAP TABZIR


Melalui sunnahnya, Rasulullah menjelaskan secara tegas larangan makan dan minum
berpakaian dan bersedekah secara melalui sunnahnya, Rasulullah menjelaskan secara
tegas larangan makam dan minum, berpakaian dan bersedekah secara berlebihan.
segala sesuatu yang dilarang Allah dan rasulnya sudah pasti di dalamnya terdapat
madharat yang sangat merugikan bagi kehidupan manusia. Islam menganjurkan
hidup sederhana dan tidak boleh sombong dengan menzalimi diri sendiri ataupun
orang lain. karena perilaku zalim akan berakibat menyengsarakan diri sendiri
ataupun orang lain.

2
Rasulullah juga melarang setiap muslim makan atau minum terlalu banyak titik
tergolong suatu kejahatan apabila seseorang memadati perutnya dengan makanan
yang disukai semata-mata. karena yang demikian itu akan menimbulkan penyakit,
baik penyakit jasmani ataupun rohani. Rasulullah memberi arahan, bahwa lambung
(perut) hendaknya diisi secara teratur dan terencana, seperti sepertiga makanan,
sepertiga minuman, dan sepertiga udara.
kalau anjuran itu dilakukan dengan baik niscaya akan menjaga kesehatan jasmani
maupun rohani. Hidup sederhana bukan berarti harus melarat tetapi hidup yang
sederhana sebatas mencukupi kebutuhan yang diperlakukan tanpa berlebih-lebihan
titik karena itu, segala hal yang berlebihan tidak akan memperoleh kebaikan bagi
yang melakukannya.
Allah sudah menjelaskan secara gamblang bagi kaum yang mengetahui titik
diantaranya tata cara berpakaian, makan, dan lainnya secara lengkap, sebagai sesuatu
yang sangat penting dan pokok bagi kehidupan manusia. tujuannya agar manusia
tetap sehat dan nyaman dalam menjalani kehidupan. jika kondisi badan terasa sakit
maka akan berakibat kepada pekerjaan yang tidak terselesaikan dengan baik dan
sempurna. baik pekerjaan sehari-hari ataupun yang berhubungan dengan peribadatan
pada Allah.
sesungguhnya orang yang dapat menerima dengan baik dan mengamalkan nasihat
yang benar hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun. termasuk di dalamnya orang
yang patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang
menyakiti mereka menerima dengan baik dan ikhlas apa yang diberikan Allah
kepadanya. selalu berusaha sesuai ketentuannya serta membelanjakan hartanya untuk
kepentingan diri ataupun masyarakat.

D. SIKAP TABZIR BERKAITAN DENGAN KONSEP KEADILAN


DALAM ISLAM
Sikap Tabzir (pemborosan) dalam Islam berkaitan erat dengan konsep keadilan.
Dalam konsep keadilan Islam, umat Muslim diajarkan untuk memperlakukan sumber
daya alam dan harta benda dengan bijaksana dan adil. Sikap Tabzir dianggap
bertentangan dengan prinsip keadilan karena melibatkan pemborosan sumber daya
yang seharusnya digunakan secara efisien dan bertanggung jawab.
Dalam Islam, pemborosan dianggap sebagai tindakan yang tidak adil karena dapat
merugikan orang lain yang membutuhkan sumber daya tersebut. Konsep keadilan
Islam menekankan pentingnya menggunakan sumber daya dengan penuh tanggung
jawab, menghindari pemborosan, dan memastikan distribusi yang adil bagi semua
orang. Dengan demikian, sikap Tabzir dianggap tidak sesuai dengan konsep keadilan
Islam karena dapat merugikan orang lain dan tidak memperlakukan sumber daya
dengan bijaksana. Sebagai umat Muslim, penting untuk menghindari sikap Tabzir

2
dan mengamalkan prinsip keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam dan harta
benda.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan konsep keadilan dan larangan
pemborosan (Tabzir) sebagai bagian dari ajaran Islam. Salah satu ayat yang
menggambarkan hubungan antara Tabzir dan keadilan adalah dalam Surah Al-Isra
(17): 26-27:
‫َو آِت َذ ا اْلُقْر َبٰى َح َّقُه َو اْلِم ْس ِكيَن َو اْبَن الَّسِبيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ يًرا‬
‫ِإَّن اْلُمَبِّذ ِر يَن َك اُنوا ِإْخ َو اَن الَّش َياِط يِن ۖ َو َك اَن الَّش ْيَطاُن ِلَر ِّبِه َك ُفوًرا‬
Artinya:
“Dan berikanlah kepada kaum kerabatnya haknya, begitu juga kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-boros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa pemborosan (Tabzir) dianggap sebagai tindakan yang
bertentangan dengan keadilan. Allah SWT menegaskan pentingnya memberikan hak-
hak kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa melakukan pemborosan.
Pemborosan dianggap sebagai tindakan yang menyimpang dari prinsip keadilan dan
bahkan disamakan dengan tindakan setan.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa sikap Tabzir adalah tidak adil dan
bertentangan dengan konsep keadilan dalam Islam. Allah SWT menyeru umat
manusia untuk menggunakan sumber daya dengan bijaksana, menghindari
pemborosan, dan memperlakukan orang lain dengan adil, sesuai dengan konsep
keadilan dalam ajaran Islam.

2.3 BAKHIL
A. PENGERTIAN SIKAP BAKHIL
Menurut bahasa kata bakhil adalah Al-bakhil ( ‫ (البخل‬adalah menahan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah bukhl adalah perbuatan seseorang menahan/ tidak
memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada orang lain, baik wajib
secara agama maupun wajib secara kepatutan menurut adat.
Orang yang tidak mau membayar zakat, tidak memberi nafkah kepada keluarga
disebut bakhil, karena secara agama zakat dan nafkah adalah wajib. Demikian juga
orang kaya raya yang memberi nafkah yang sedikit kepada keluarganya, atau barang
yang jelek menurut masyarakat termasuk orang bakhil.
Perilaku bakhil seperti ini muncul karena terlalu cinta kepada dunia. meyakini harta
bendanyalah yang akan menyelamatkan di dunia maupun di akhirat. Padahal harta

2
yang sesungguhnya adalah harta yang ia sedekahkan kepada orang lain. Harta yang
hanya dinikmati sendiri akan lenyap seiring dengan hilangnya kenikmatan di dunia.
Sedangkan harta yang disedekahkan akan kekal nikmatnya kelak di akhirat.
Orang bakhil merasa sayang terhadap hartanya untuk diberikan kepada orang lain,
apalagi berkorban demi kebahagiaan orang lain. Orang bakhil kadang keterlaluan,
hingga kikir terhadap keperluan dirinya sendiri, khawatir hartanya berkurang. Karena
itu sungguh buruk di mata masyarakat perilaku orang kikir, sehingga dijauhi
masyarakat.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa bakhil disebabkan karena cinta dunia,
sedangkan cinta dunia disebabkan karena dua hal, yaitu, mencintai kesenangan
dunia, dan merasa senang terhadap harta di tangannya.

B. AKIBAT NEGATIF SIKAP BAKHIL


Dalam Islam, sikap bakhil sangat tidak dianjurkan karena bertentangan dengan nilai-
nilai kebaikan, solidaritas, dan keadilan sosial. Sebaliknya, Islam mendorong
umatnya untuk berbagi dengan orang lain, memberikan sedekah, dan menolong
sesama sebagai bagian dari ibadah dan prinsip keadilan sosial.
Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, tetapi di akhirat pun
orang bakhil akan mendapat azab karena kebakhilannya tersebut. Sikap bakhil atau
kikir memiliki banyak akibat negatif, baik secara individu maupun sosial. Beberapa
akibat negatif dari sikap bakhil antara lain:
 Kurangnya rasa empati: Orang yang bakhil cenderung tidak peduli
terhadap kebutuhan orang lain. Mereka lebih fokus pada kepentingan
pribadi dan kurang memiliki empati terhadap orang-orang di sekitarnya
yang membutuhkan bantuan.
 Kerusakan hubungan sosial: Sikap bakhil dapat merusak hubungan antar
individu karena orang yang bakhil cenderung tidak mau memberikan
bantuan atau berbagi dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakharmonisan dalam hubungan sosial.
 Kehilangan kepercayaan: Orang yang bakhil cenderung sulit dipercaya
karena sikap mereka yang terlalu mengutamakan kepentingan pribadi. Hal
ini dapat membuat orang di sekitarnya merasa tidak nyaman dan
kehilangan kepercayaan terhadap mereka.
 Keterbatasan diri: Sikap bakhil sering kali membuat seseorang merasa
terbelenggu oleh harta dan kekayaan mereka sendiri. Mereka mungkin
merasa takut untuk mengeluarkan uang atau meluangkan waktu untuk
hal-hal yang lebih besar dan lebih bermakna.
 Kehilangan kesempatan: Kikir juga dapat menyebabkan seseorang
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar,
baik dalam hal karier, hubungan sosial, maupun pahala di akhirat.
 Dalam Islam, sikap bakhil sangat tidak dianjurkan karena bertentangan
dengan nilai-nilai kebaikan, solidaritas, dan keadilan sosial. Sebaliknya,

2
Islam mendorong umatnya untuk berbagi dengan orang lain, memberikan
sedekah, dan menolong sesama sebagai bagian dari ibadah dan prinsip
keadilan sosial.

C. CARA MENGHINDARI SIKAP BAKHIL


timbulnya sikap kikir pada umumnya dikarenakan adanya anggapan bahwa kita
berhak seutuhnya atas harta yang kita dapatkan dari hasil jerih payah kita sendiri
anggapan seperti itu tidak sepenuhnya salah, kendati tidak sepenuhnya tepat. dalam
realitas hidup, manusia memiliki kemampuan otak, fisik, dan kesempatan yang tidak
sama. Ada yang lemah, ada yang jenius.
Konsekuensinya perbedaan itu akan menimbulkan hasil yang berbeda pula titik
termasuk perbedaan pendapatan dan kesuksesan materi titik pada waktu yang sama
diperlukan keseimbangan relatif untuk menciptakan tatanan masyarakat yang adil,
sejahtera dan harmonis.
Berikut ini cara menghindari bakhil:
 Orang yang berkelebihan materi untuk berbuat baik (ihsan) dengan cara mau
berbagi yang mana kebaikan itu pada dasarnya untuk kepentingan diri mereka
sendiri titik sebagaimana sikap pelit atau batin yang sebenarnya justru akan
mencelakakan diri sendiri.
 mengetahui kebaikan-kebaikan yang akan didapat dari sifat dermawan (suka
memberi) serta mengetahui kejelekan-kejelekan yang akan didapat dari sifat
bakhil. juga perlu diketahui bahwasanya sifat batil itu mempunyai sebab-
sebab dan motif-motif yang mendorong seseorang bersikap demikian titik
motif yang paling kuat dalam hal ini adalah takut miskin

D. SIKAP BAKHIL BERKAITAN DENGAN KONSEP KEADILAN DALAM


ISLAM
Sikap bakhil (kikir) berkaitan dengan konsep keadilan dalam Islam karena bakhil
atau kikir merupakan sifat yang ditolak dalam ajaran Islam. Keadilan dalam Islam
menekankan pentingnya berbagi harta dan kekayaan dengan orang lain, terutama
yang membutuhkan. Sikap bakhil dianggap bertentangan dengan prinsip keadilan
Islam yang mendorong umatnya untuk memberikan zakat, infaq, dan sedekah
sebagai bentuk berbagi rezeki dengan sesama.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan pentingnya keadilan dan berbagi rezeki
dalam banyak ayat, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 177: “Bukanlah berbuat
baik itu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi berbuat baik itu
adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang

2
meminta-minta, serta memerdekakan hamba sahaya.” Ini menunjukkan bahwa
keadilan dalam Islam mencakup berbagi harta dengan mereka yang membutuhkan
dan menolak sikap bakhil.
Salah satu dalil yang menunjukkan hubungan antara sikap bakhil dan konsep
keadilan dalam Islam adalah dalam hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak memberikan zakatnya (harta
tersebut), maka pada hari kiamat harta itu akan diubah menjadi ular yang panjangnya
sejengkal dan akan menggigitnya di lehernya, lalu ular itu akan berkata: ‘Aku adalah
harta yang engkau kumpulkan dengan rakus dan aku adalah harta yang engkau
simpan dengan kikir.’” (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa sikap bakhil atau kikir terkait dengan penolakan untuk
memberikan zakat, yang merupakan bagian dari konsep keadilan dalam Islam. Zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang mewajibkan umat Muslim untuk
memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang berhak menerimanya, seperti
fakir miskin, anak yatim, dan lain sebagainya. Dengan menolak memberikan zakat,
seseorang tidak hanya menunjukkan sikap bakhil, tetapi juga melanggar prinsip
keadilan dalam Islam dengan menahan hak orang lain atas harta yang dimilikinya.
Dengan demikian, hadis ini menunjukkan bahwa sikap bakhil atau kikir tidak sesuai
dengan konsep keadilan dalam Islam, karena menolak untuk berbagi harta dengan
orang lain yang membutuhkan merupakan pelanggaran terhadap prinsip keadilan
sosial yang ditekankan dalam ajaran Islam.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
- Israf artinya memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau
berlebih-lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yg
melampaui batas atau ukuran yang sebenarnya.
- Tabzir yang artinya pemborosan. Secara istilah tabzir adalah.
Membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan
bukan dijalan Allah. Tabzir dan israf sekilas memiliki arti yang sama tetapi
tabzir dan israf adalah dua hal yang berbeda
- Bakhil adalah menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah bukhl adalah
perbuatan seseorang menahan/ tidak memberikan sesuatu yang semestinya
wajib diberikan. Kepada orang lain, baik wajib secara agama maupun wajib
secara kepatutan menurut adat.

3.2 SARAN
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.

2
DAFTAR PUSTAKA

-https://id.scribd.com/document/450255391/Makalah-akidah-klmpk-4
- https://rohismaha.blogspot.com/2019/06/akhlak-tercela-israf-tabzir-dan-
bakhil.html?m=1
-https://t.me/GPT4Tbot
- Materi dari buku akidah akhlak kelas XI

Anda mungkin juga menyukai