Anda di halaman 1dari 12

BAIK DAN BURUK DALAM AKHLAK ISLAM DAN ETIKA BARAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen pengampu: Khoirul Anwar, M.Ag

Disusun Oleh:

Muhammad Hilaluddin majid 33010230108

Riska Wahyu Nurkholifah 33010230119

Radhwa Dhiya’ Elhaq 33010230120

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmat serta kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Akhlak
Tasawuf. Dengan makalah ini, semoga kita bisa menambah wawasan dan
pengetahuan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Khoirul
Anwar, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. baik dalam penulisan atau pemilihan kata dan lainnya. Penulis
juga berharap, pembaca bisa mengerti dan memahami materi yang di sampaikan
ini, dan di perkenankan mengoreksi atau memberi seuntai sarannya kepada penulis
supaya penulis bisa lebih baik lagi kedepannya dalam menulis makalah.

Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1.............................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................1
BAB II ............................................................................................................2
PEMBAHASAN ............................................................................................2
A. Pegertian Baik dan Buruk................................................................2
B. Batasan Baik dan Buruk dalam Islam .............................................5
C. Batasan Baik dan Buruk menurut Pemikiran Barat .........................6
BAB III...........................................................................................................8
PENUTUP ......................................................................................................8
A. Kesimpulan ......................................................................................8
B. Saran ................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi
umatnya. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna
yang mengatur sedetail-detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang
selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan
agama yang mengatatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar
sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti istislam
penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang
berarti keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam
bukan hanya sekedar keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang
kekal abadi juga Allah berikan kepada umat Islam, yaitu keselamatan di akhirat.
Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan tunduksaja, tapi Islam juga
memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh pemeluknya.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pegertian Baik dan Buruk?

2. Apa Batasan Baik dan Buruk dalam Islam?

3. Apa Batasan Baik dan Buruk menurut Pemikiran Barat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa pegertian Baik dan Buruk

2. Untuk mengetahui Apa Batasan Baik dan Buruk dalam Islam

3. Untuk mengetahui Apa Batasan Baik dan Buruk menurut Pemikiran Barat

1
Ishom ad-Din, Dalilal-FalihinLi at-thuruqi Riyad as-Sholihin, (Kairo: Dar al-Hadist, 1998),
vol. 1, hlm. 183-184.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pegertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa
arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid,
mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan.2

Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa
Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that
which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan Kata baik adalah
buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan
evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud
dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah
adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia tersebut .
Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap
baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.

Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi


satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku
yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan
terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku,
seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras
dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur
kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat
dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan
baik dan selaras dengan alam manusia.

2
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
2014. Hlm 198

2
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :

1. Nurani

Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana


yang baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya
berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa
bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat
buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki
kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat
menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk.

2. Rasio

Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia,


yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki,
manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk.
Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat
baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian
rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai
dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.3

3. Adat

Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat


tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam
berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat
sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam
berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu
memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti
dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat

3
Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001. Hlm 203

3
satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan
mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan
kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan
sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.4

4. Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau
masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran
yang berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing
individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran
tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya.
Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang
dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk.
Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat,
akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil
meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah
baik.
5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan
buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan
dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan
pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat
berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang
berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan
Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal,
lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.

4
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002. Hlm 105

4
B. Batasan Baik dan Buruk dalam Islam
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk al-qur’an dan al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat
dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang
mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik
misalnya al-hasanah, thayyibah, khairah.

Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-raghib al- Asfahani


adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai
atau dipandang baik. Al-hasanah terbagi menjadi 3 bagian, pertama hasanah
dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan dan hasanah dari segi
pancaindera. Pemakaian kata al-hasanah kta jumpai pada ayat-ayat yang
berbunyi :

َ ‫ِي اَ ْح‬
َ‫سنُ ا َِّن َربَّك‬ ْ ِ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِ َّالت‬
َ ‫يه‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫اُدْعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
‫سبِ ْي ِله َوه َُو اَ ْع َل ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ه َُو اَ ْع َل ُم بِ َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S al-Nahl, 16: 125)”.

Adapun kata at-tayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan


sesuatu yang memberikan kelezatan kepada pancaindera dan jiwa seperti
makan dan sebagainya. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi :

“Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari


makanan yang baik-baik yang kami berikan kepadamu. (Q.S. al-baqarah,
2:57)”.

5
Selanjutnya kata al-khair digunakan utnuk menunjukkan sesuatu yang
baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala
sesuatu yang bermanfaat misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi “

‫ف‬ َّ َّ‫ع َل ْي ِه اَ ْن ي‬
َ ‫ط َّو‬ ِ ‫شعَ ۤا ِٕى ِر ّ ه‬
َ ‫للا فَ َم ْن َح َّج ا ْلبَيْتَ اَ ِو ا ْعتَ َم َر فَ َل ُجنَا َح‬ َ ‫صفَا َوا ْل َم ْر َوةَ ِم ْن‬
َّ ‫ِا َّن ال‬
‫ع ِليْم‬
َ ‫للا شَا ِكر‬َ ّ ‫ع َخي ًْرا فَ ِا َّن‬َ ‫ط َّو‬َ َ‫بِ ِه َما َو َم ْن ت‬

Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar


Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah,
maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan
barangsiapa yang melakukan kebaikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui (Q.S.
al-baqarah, 2: 158)”.

C. Batasan Baik dan Buruk menurut Pemikiran Barat


Menurut pemikiran Barat, konsep baik dan buruk sering kali terkait
dengan nilai-nilai moral dan etika yang diakui secara luas dalam masyarakat.
Namun, penting untuk diingat bahwa pandangan ini dapat bervariasi antara
individu dan budaya.

Secara umum, dalam pemikiran Barat, tindakan dianggap baik jika


mereka mempromosikan kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan umum.
Misalnya, nilai-nilai seperti menghormati hak asasi manusia, mempromosikan
kesetaraan gender, menghargai kebebasan berpendapat, dan menghormati
privasi individu sering dianggap sebagai tindakan yang baik.

Di sisi lain, tindakan dianggap buruk jika mereka melanggar hak asasi
manusia, menyebabkan penderitaan yang tidak perlu, atau melanggar prinsip-
prinsip etis yang dianggap penting. Misalnya, tindakan seperti diskriminasi,
kekerasan, penindasan, dan penyalahgunaan kekuasaan sering dianggap
sebagai tindakan yang buruk.

6
Namun, penting untuk diingat bahwa pandangan ini dapat berbeda
dalam konteks budaya dan agama tertentu. Nilai-nilai dan norma-norma yang
diakui dalam masyarakat Barat dapat berbeda dengan pandangan yang diakui

dalam budaya lain. Setiap individu dan budaya memiliki perspektif yang unik
tentang apa yang dianggap baik dan buruk.

Pemikiran Barat tentang batasan baik dan buruk tidak hanya terbatas
pada nilai-nilai moral dan etika. Ada beberapa pendekatan dan teori lain yang
juga digunakan dalam pemikiran Barat untuk memahami konsep ini. Berikut
adalah beberapa contohnya:

1. Utilitarianisme: Pendekatan ini menekankan bahwa tindakan


dianggap baik jika mereka menghasilkan akibat yang paling banyak
menguntungkan bagi sebanyak mungkin orang. Dalam
utilitarianisme, keputusan moral didasarkan pada prinsip
kebahagiaan dan kesejahteraan umum.
2. Etika Deontologi: Pendekatan ini menekankan pentingnya
mematuhi kewajiban moral dan prinsip yang tetap, terlepas dari
akibat yang mungkin terjadi. Etika deontologi berfokus pada prinsip-
prinsip moral yang universal dan tidak dapat dikompromikan.
3. Etika Keutamaan: Pendekatan ini menekankan pengembangan
karakter dan keutamaan moral sebagai landasan untuk menentukan
tindakan yang baik. Etika keutamaan berfokus pada memperkuat dan
mengembangkan sifat-sifat seperti kejujuran, keberanian, kesabaran,
dan keadilan.
4. Etika Kontrak Sosial: Pendekatan ini berpendapat bahwa tindakan
dianggap baik jika mereka sesuai dengan prinsip-prinsip yang akan
disepakati oleh masyarakat yang rasional dan adil. Etika kontrak
sosial mempertimbangkan peran kesepakatan sosial dalam
menentukan apa yang dianggap baik dan buruk.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik dan buruk adalah konsep yang relatif dan bisa berbeda-beda
tergantung pada konteks dan perspektif individu atau masyarakat.Dalam
konteks bahasa dan etika, baik biasanya merujuk pada sesuatu yang sesuai
dengan norma, etika, atau hukum yang berlaku, dan memberikan hasil yang
positif atau diinginkan. Sedangkan buruk merujuk pada hal yang bertentangan
dengan norma, etika, atau hukum dan memberikan hasil yang negatif atau tidak
diinginkan.Ada beberapa cara untuk menentukan apakah sesuatu itu baik atau
buruk, seperti melalui nurani, rasio, adat istiadat, pandangan individu, dan
norma agama.Dalam konteks agama, terutama Islam, baik dan buruk
ditentukan berdasarkan petunjuk dari al-Qur'an dan Hadis.

Dalam pemikiran Barat, baik dan buruk seringkali ditentukan


berdasarkan prinsip-prinsip etika dan moral, serta hukum yang berlaku dalam
masyarakat.

B. Saran
Untuk mempelajari mata kuliah akhlak tasawuf, mahasiswa diharapkan
membaca materi dari berbagai sumber ataupun sudut pandang penulis, dan
melakukan studi kasus. Dengan begitu, maka pemahaman dasar dan konsep
akan menjadi lebih. kritis dalam memahami kasus ataupun materi dengan
tingkat kesulitan tinggi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ishom ad-Din, Dalilal-FalihinLi at-thuruqi Riyad as-Sholihin, (Kairo: Dar al-


Hadist, 1998), vol. 1, hlm. 183-184.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 2014. Hlm 198
Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001. Hlm 203
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002. Hlm
105

Anda mungkin juga menyukai