Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar oleh Dosen
Pembimbing :

SY. Didik Widiyanto, SKM., M.Kes

Disusun Oleh:

Kurnia Pamuji Daniyanto (P1337434117038)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad-Nya
kepada kami sehingga kami masih diberikan kesempatan,masih diberi kemudahan mencari ilmu
sehingga dapat menyusun,dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ISBD mengenai Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum.

Kami sepenuhnya meyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dari segi
apapun, maka dari itu kami mohon saran yang membangun.

Semarang, 20 Mei 2018

(Penyusun)

ii
Daftar Isi

Halaman
JUDUL MAKALAH.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Manusia............................................................................................................2
B. Pengertian Nilai..................................................................................................................3
C. Pengertian Moral................................................................................................................5
D. Pengertian Hukum..............................................................................................................6
E. Manusia, Nilai, Hukum dan Moral...................................................................................6
F. Hubungan Manusia dengan Moral...................................................................................9
G. Hubungan Manusia dengan Hukum...........................................................................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

Dewasa ini masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan

nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan

negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan

adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan

kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan.

Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma

kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam

konteks sosial.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas sekelumit mengenai manusia, nilai, moral, dan hukum yang

mencakup hal-hal berikut:


 Pengertian Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum
 Hubungan Manusia, Nilai, Moral dan Hukum
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum
2. Mengetahui Hubungan Manusian Nilai, Moral, dan Hukum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),

yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai

makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,

sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam

hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living

organism).

Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara

ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan

vertikal (genetika dan tradisi), horizontal (geografik, fisik, dan sosial), maupun

kesejarahan. Takala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan

energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan

kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia

dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan

keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk

memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu

lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca, belajar

membuat sesuatu dan sebagainya, memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

2
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan

bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat

dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya

yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.

Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam

rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian

gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok.

Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan

aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak

mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

B. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna

bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi

kehidupan manusia.

Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut;

1. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ad dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat

abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai

itu. Misalnya orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita

tidak bias menindra kejujuran itu.

2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan

suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen. Nilai diwujudkan

dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya nilai

keadilan. Semua orang berharap manusia dan mendapatkan dan berperilaku yang

mencerminkan nilai keadilan.

3
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia

bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya nilai

ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa

mencapai derajat ketakwaan.

Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti

terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk

menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang

seharusnya dimiliki (dalam Lasyo,1999,hlm.1).

Menurut Lasyo (1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan

landasan atau motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi

pedoman dalam berperilaku.

Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua

konteks,pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,apabila dia

memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan memandang

nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan salah

bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada sebagai sesuatu

yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.Pandangan kedua memandang

nilai itu subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.Jadi nilai

memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai.Oleh karena itu

nilai melekat dengan subjek penilai.

C. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata

mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner, mores atau manners,morals.

4
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan

yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi

pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama

dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis , etika adalah ajaran tentang baik

buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan

sebagainya.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi

individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam

zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral

atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang

diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati

oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara

utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Moral adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi

dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang

berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan

masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga

sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Jadi moral adalah tata aturan

norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan

perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi

manusia yang baik.

D. Pengertian Hukum

Disamping adat-istiadat tadi, ada kaidah yang mengatur kehidupan manusia yaitu

hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan mempunyai sanksi yang jelas. Hukum

dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian

5
diantara warga masyarakat dan sistem sosial yang dibangun oleh suatu masyarakat. Pada

masyarakat moderen hukum dibuat oleh lembaga – lembaga yang diberikan wewenang

oleh rakyat.

Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur masyarakat

agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh sistem sosial dan budaya yang berlaku

pada masyarakat tersebut. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak

atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.

Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku

masyarakat tadi. Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara

bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola

perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila

seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan social organization.

E. Manusia, Nilai, Hukum dan Moral

Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang

telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan

selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar

pada dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai,

akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang “relatif belum tersentuh” oleh

pemikir lain. Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat

pada pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of

Social Interest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya.

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai

landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun

tidak.

6
Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong

manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia

karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang

sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan

harus diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu

kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian

dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu itu

bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai negatif. Hal ini

dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa,

karsa, dan kepercayaan.

Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:

 Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai

polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.

 Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.

 Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang

dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).

Notonagoro membagi hierarki nilai pokok yaitu:

1. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.

2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan atau aktivitas. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang

berguna bagi rohani manusia.

3. Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:

4. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia

5. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan

estetis manusia

7
6. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia

7. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai

penghayatan melalui akal budi dan nuraninya

Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda material)

saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi dan

mutlak bagi manusia seperti nilai religius.

Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan, harapan, dan segala sesuatu

pertimbangan internal (batiniah) manusia. Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan

pada dasarnya bersifat subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih

dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih konkret dan objektif

dari nilai adalah norma / kaidah. Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti

penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu.

Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau

kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau

sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu

perbuatan.

Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:

1. Norma kepercayaan atau keagamaan.

2. Norma kesusilaan.

3. Norma sopan santun/adab.

4. Norma hukum.

Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat karena

dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal). Nilai dan norma

selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata

jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral

8
diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum

diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah moral

mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang

sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam

kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan

manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan

nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

F. Hubungan Manusia dengan Moral

Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal dari bahasa

kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki banyak arti yaitu tempat

tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak sikap , dan cara berpikir. Dalam

bentuk jamak ethos (ta etha) yang artinya adat kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin

yaitu mos (jamaknya mores) yang berarti adat, cara, dan tempat tinggal. Dengan demikian

secara etismologi kedua kata tersebut bermakna sama hanya asal usul bahasanya yang

berbeda dimana etika dari bahasa Yunani sementara moral dari bahasa Latin.

Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikaji secara kritis,

dilandasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsip kebaikan,

pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya. Moral

lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.

Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :

1. Hati Nurani Merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.

Hati nurani merupakan penghayatan tentang baik atau buruk mengenai perilaku

manusia dan hati nurani ini selalu dihubungkan dengan kesadaran manusia dan selalu

9
terkait dalam dengan situasi kongkret. Dengan hati nurani manusia akan sanggup

mererfleksikan dirinya terutama dalam mengenai dirinya sendiri atau juga mengenal

orang.

2. Kebebasan dan tanggung jawab.

Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan manusiawi dan karena

manusia pada dasarnya adalah makhluk bebas. Tetapi didalam kebebasan itu juga

terbatas karena tidak boleh bersinggungan dengan kebebasan orang lain ketika

mereka melakukan interaksi. Jadi, manusia itu adalah makhluk bebas yang dibatasi

oleh lingkungannya sebagai akibat tidak mampunya ia untuk hidup sendiri.

3. Nilai dan Norma Moral.

Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akan bergabung

dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai moral terkait dalam

tanggung jawab seseorang.

Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada pepatah Roma

yang mengatakan “quid leges sine moribus?” (apa artinya undang-undang jika tidak

disertai moralitas?). Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai

moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral,

perundang-undangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral juga

membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak

di undangkan atau dilembagakan dalam masyarakat.

Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap

berbeda, sebab dalam kenyataannya ‘mungkin’ ada hukum yang bertentangan dengan

moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan

10
antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan Indonesia dewasa

ini. Apalagi dalam konteks membutuhkan hukum.

Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas

hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun demikian perbedaan

antara hukum dan moral sangat jelas.

Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :

Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara

sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki

kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih

subjektif dan akibatnya lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan

tentang yang harus dianggap etis dan tidak etis.

Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi

diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.

Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan

moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan, pelanggar akan terkena

hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh bagian

luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi dibidang

moralitas hanya hati yang tidak tenang.

Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.

Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun hukum itu

harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas berdasarkan atas

norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis

atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat

mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral menilai hukum dan tidak

sebaliknya.

11
Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :

1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum

alam sedangkan moral berdasarkan hukum alam.

2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri

manusia), sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).

3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,

4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,

batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.

5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan

bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.

6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat,

sedangkan moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu

(1990,119).

G. Hubungan Manusia dengan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak

mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia,

masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk

mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan

antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat

menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang

melaksanakannya. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang

hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Manusia dan hukum adalah dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan

dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus”

12
(di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap

pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan

dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen

pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut

adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu

struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial

(social order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan

tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur

yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan

saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan

melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan

dan harmoni kehidupan.

Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang paling

sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan bumi.

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan

dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Nilai adalah sesuatu

yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu

bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

14
Daftar Pustaka
Masyhury, Legy, El, 2013, Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar: Manusia, Nilai, Moral, dan
Hukum, http://ideku.info/ .

Setiadi, Elly,M.,2012,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,(edisi II),Kencana,Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai