Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TOLERANSI DALAM KEBERAGAMAN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Azainil, M. Si.

DISUSUN OLEH
Andrei Esem
2001036129

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Toleransi Dalam Keberagaman” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Dr. Azainil, M. Si pada mata kuliah Kewarngeraan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kehidupan antar
umat beragama bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Azainil, M, Si


selaku Dosen mata kuliah Kewarngeraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 04 Mei 2021

Andrei Esem
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………...………………………………………………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………....ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………...….……1
a. Latar Belakang………………………………………………...………....1

BAB 2 PERMASALAHAN……………………………………...………………..3

a. Rumusan Masalah…………………………………………………….....3
b. Tujuan Penelitian………………………………….…………………......3
c. Manfaat Penelitian…………………………………….……………….…3

BAB 3 PEMBAHASAN………………………...…………………………………4

a. Sikap Toleransi………………………………………………………...…4
b. Pengembangan Sikap Toleransi di Lingkungan Masyarakat…….5
c. Mengatasi Sikap Intoleren……………………………………………...6

BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………..……..7

a. Kesimpulan…………………………………………………………..……7
b. Daftar Pustaka…………………………………………………………….8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Toleransi adalah sikap dan Tindakan yang menghargai perbedaan


Agama, suku, etnis, pendapat dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.

Dalam masyarakat berdasarkan Pancasila terutama sila pertama,


bertaqwa terhadap Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing
adalah mutlak. Semua agama harus saling menghargai sesama dan saling
toleransi dan bukan hanya toleransi antar umat beragama melainkan
toleransi antar suku, etnis, ras, dan budaya lain.

Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam,


masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, suku, ras, etnis dan budaya.
Keragaman menjadi modal dan potensi bangsa untuk maju dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan
menjadi kekayaan bangsa yang sangat berharga, namun dibaliknya
terkandung pula potensi konflik yang besar didalamnya. Pada era sekarang
keragaman masyarakat cenderung menjadi beban dari pada modal bangsa
Indonesia untuk lebih berkembang maka dari itu di harapkan sikap toleransi
yang besar karena mengingat negara kita adalah negara yang besar.

Bangsa Indonesia diharapkan selalu utuh, Bersatu, demokratis, adil,


Makmur, dan toleransi antar sesama masyarakat guna memajukan bangsa,
namun harapan tersebut belum terlaksana sepenuhnya mengingat mulai
pudarnya sikap toleransi antar umat beragama, suku, ras, dan budaya lain.
Sikap toleransi tentu tidak muncul dengan begitu saja namun dibutuhkan
pembentukan sikap pada setiap individu yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, Pendidikan, media
massa, dan yang terutama adalah edukasi.
BAB II
PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Apa itu sikap toleransi ?
2. Bagaimana pengembangan sikap toleransi dalam lingkungan
masyarakat?
3. Bagaimana cara mengatasi sikap intoleren dalam keberagaman?

B. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pentingnya sikap toleransi dalam


keberagaman dan ditengah lingkungan masyarakat.
2. Untuk mengatahui bagaimana cara membangun sikap toleransi
dalam keberagaman.

C. Manfaat penelitian
Diharapkan melalui penilitian ini antara lain :
1. Dapat meningkatkan sikap toleransi dalam keberagaman umat
beragama, suku, ras, etnis, dan budaya lain.
2. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang toleransi ditengah
bermasyarakat sehingga tercapainya lingkungan yang aman dan
damai.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sikap toleransi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, toleranis adalah sifat atau sikap
toleran. Ditunjukkan untuk menghormati adanya perbedaan pendapat,
agama, ras, dan budaya setiap orang. Bersikap toleransi artinya bersikap
sabar, menahan diri, serta menghargai dan berhati lapang terhadap orang-
orang yang memiliki perbedaan pendapat.

Toleransi pun memiliki beberapa sikap antara lain toleransi dalam


beragama, toleransi dalam budaya, toleransi dalam berpolitik, toleransi
dalam pergaulan, toleransi, toleransi dalam bermedia sosial, bahkan
dilingkungan keluarga pun dibutuhkan sikap toleransi.

Ada beberapa macam sikap toleransi antara lain :


a. Negative, isi ajaran dan penganutnya di tolak atau tidak dihargai.
b. Positif, isi pikiran nya ditolak namun orangnya diterima ditengah
masyarakat.
c. Ekumenis, pikiran serta golongan nya diterima karena terdapat
unsur keberanaran dalam pemikiran dan berguna untuk lebih
mengembangkan pemikiran.
d. Toleransi sejati, didasarkan pada sikap hormat antar umat
beragama, suku, etnis, budaya, golongan serta ideologi lain.
B. Pengembangan Sikap Toleransi dalam Lingkungan Masyarakat

Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial dan


berkelompok, sebagai makhluk sosial tentu manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan invidu maupun kelompok lainnya. Dalam menjalani
kehidupan sosial tentu kita juga dihadapkan dengan kelompok-kelompok
yang berbeda dengan kita.

Indonesia memiliki beragam budaya, suku, ras, dan agama, namun


dibalik keberagamannya tentu ada juga gesekan antar kelompok yang
berbeda yang terjadi ditengah masyarakat salah satunya kasus yang
menyangkut agama. Contoh kasusnya adalah aksi sosial jemaat gereja
yang gagal lantaran dituding adanya kegiatan kristenisasi, kasus tersebut
tepatnya terjadi di Gereja Katolik Santo Paulus Priggolayan, Bantul,
Yogyakarta. Mula nya jemaat Gereja Santo Paulus akan menjual sembako
murah sebagai bagian dari acara perayaan ulang tahun gereja. Namun,
aksi ini terpaksa harus dibubarkan lantaran ada oknum yang
mengatasnamakan organisasi mereka Front Jihad Islam (FJI) dan
beberapa ormas yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu
kegiatan Kristenisasi.

Menurut pengakuan pihak gereja, acara sosial ini sengaja dilaksanakan


guna membaur dengan masyarakat. Pada akhirnya masalah ini pun
diselesaikan melalui mediasi Bersama pihak-pihak berwenang dan pihak-
pihak terkait. Melalui kasus ini bisa kita lihat bahwa minimnya sikap
toleransi antar sesama umat beragama padahal umat yang ingin
mengadakan acara sosial ini hanya ingin membaur sehingga terciptanya
suasana yang rukun antar umat, namun ada beberapa kelompok yang
salah menilai kegiatan tersebut.
Dalam membangun dan mengembangkan sikap toleransi di lingkungan
masyarakat sekitar memang dibutuhkan sikap toleransi yang tinggi dan
tidak berpikiran negative terhadap suatu kelompok tertentu. Jika terus
berpikiran negative terhadap kelompok tertentu maka sulit untuk
membangun suatu hubungan yang baik antar kelompok.

Untuk membangun sikap toleransi ditengah masyarakat bisa dimulai


dengan hidup saling menghormati satu sama lain. Dengan menghormati
satu sama lain maka akan terciptanya suasana yang kondusif ditengah
bermasyarakat. Selain menghormati satu sama lain, juga dibutuhkan sikap
saling menerima satu sama lain ataupun antar kelompok, menerima
perbedaan antar suku, agama, ras dan budaya sangat dibutuhkan dalam
lingkungan bermasyarakat. Dengan menerima perbedaan, lingkungan akan
terasa nyaman, aman, dan tentram tanpa adanya perselisihan dan sikap
saling menolak yang akan mengakibatkan lingkungan tersebut menjadi
tidak nyaman untuk ditempati.

C. Mengatasi Sikap Intoleren

Negara kita republik Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika


yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kekuatan persatuan yang
diimplementasikan dengan semangat gotong royong yang merupakan
kekuatan utama untuk mencapai visi dan misi negara yang tertuang dalam
UUD 1945. Namun, semboyan ini pun tidak dapat terlaksana dengan baik
jika adanya sikap intoleren antar invidu maupun antar golongan masyarakat.

Diperlukan cara untuk mengangkat sikap toleransi dan melawan sikap


intoleren yang berkembang ditengah masyarakat sehingga tercapainya
tujuan Bhinneka Tunggal Ika tersebut.
Cara melawan sikap intoleren pun dibutuhkan hukum yang berlaku
karena hukum berlaku untuk melarang dan menindak lanjuti sikap intoleren
tersebut dan lebih spesifiknya pun pemerintah sudah bertanggung jawab dan
menegakan melalui HAM serta melarang perilaku yang mengandung unsur
kebencian yang mengakibatkan perpecahan ditengah masyarakat yang
beragam ini dan juga sikap diskriminatif kaum minoritas ditengah
masyarakat. Menerima perbedaan sekali lagi saya tegaskan bahwa itu
sangat dibutuhkan dalam melawan sikap intoleren karena sikap intoleren itu
sendiri muncul dari penolakan terhadap suatu perbedaan agama, suku dan
budaya.

Dalam melawan sikap intoleren pun sebenarnya berasal dari diri kita
sendiri, apakah kita ingin menciptakan suatu kondisi yang aman dan nyaman
atau sebaliknya dengan memelihara sikap intoleren yang malah akan
menciptakan permusuhan di lingkungan baik dilingkungan masyarakat,
sekolah, maupun organisasi. Dibutuhkan juga edukasi sejak kecil agar
tertanamnya sikap toleransi dalam keberagaman sehingga saat beranjak
dewasa mereka sudah tahu bahwa keberagaman tanpa toleransi itu sangat
merugikan bagi kehidupan karena tidak adanya kedamaian di lingkungan
masyarakat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam keberagaman antar umat beragama, suku, ras dan budaya


sangat diperlukan sikap toleransi, menerima perbedaan adalah yang
terpenting dalam menciptakan suasana yang hangat dalam lingkungan
bermasyarakat. Berpikiran positif dalam bermasyarakatpun dibutuhkan
dalam menciptakan toleransi tersebut karena jika kita selalu berpikiran
negative terhadap antar golongan sulit pastinya terciptanya sikap
saling menerima.

Lawan berat dalam menciptakan suasana aman di lingkungan


masyarakat adalah sikap intoleren, adanya sikap intoleren dalam
lingkungan bermasyarakat menciptakan prasangka buruk terhadap
golongan lain, stigma negative, hinaan, maupun gurauan yang bersifat
SARA.

Negara kita adalah negara kesatuan yang memiliki semboyan


Bhinneka Tunggal Ika dan juga memiliki arti berbeda-beda tapi tetap
satu jiwa dan sudah seharusnya kita implementasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari khusus dalam kehidupan bermasyarakat,
karena tumpuan dan kekuatan utama dari negara kita adalah
keberagaman antar golongan agama, suku, ras, dan budaya itu
sendiri. Seperti yang pendahulu kita sudah lakukan dalam melawan
penjajah, jika pahlawan kita dahulu tidak Bersatu dalam melawan
penjajah melainkan hanya satu golongan saja yang maju melawan
penjajah maka akan sulit tercapainya sebuah kemenangan. Namun,
karena adanya persatuan dari semua golongan maka pada akhirnya
kita bisa menang dari penjajah dan merdeka dari penjajah.

B. Daftar Pustaka

Paristianti Nurwadani 2016. Buku ajar mata kuliah wajib umum


Pendidikan kewarnegaraan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrisdikti

Linda Julianti.
2018.https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/news/indo
nesia/amp/linda/5-kejadian-penyerangan-rumah-ibadah-di-
indonesia/ diakses pada 30 April 2021.

KSM Eka Prasetya UI. 2017. https://ksm.ui.ac.id/melawan-


intoleran-semua-berawal-dari-diri-sendiri/ Diakses pada 03 Mei
2021.

Anda mungkin juga menyukai