KEGURUAN
TUGAS RESUME
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Beajar Mengajar
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Popon Sumarni, S.Ag., M.Pd.
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG
2022
IDENTITAS BUKU
Cetakan : 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan resume ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Tidak lupa juga shalawat serta salam saya curah
limpahkan kepada nabi Muhammad Saw.
Kemudian saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan resume ini. Sehingga resume ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwasannya resume ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala
bentuk saran maupun kritikan dari berbagai pihak. Saya harap semoga resume ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
GURU DAN TUGASNYA DALAM PEMBELAJARAN
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah pengaturan bahan pelajaran secara lisan dari sumber (guru)
kepada penerima (peserta didik) untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
jumlah yang relatif besar. Melalui metode ceramah guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi peserta didik (pendengarnya).
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Terdapat beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.
a) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dalam
arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan peralatan yang lengkap, berbeda
dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sementara itu, mudah
karena ceramah hanya mengandalkan suara guru sehingga tidak terlalu memerlukan
persiapan yang rumit.
b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi pelajaran yang
banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok pokoknya oleh guru dalam waktu yang
singkat.
c) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru
dapat mengatur pokok-pokok materi mana yang perlu ditekankan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan berikut.
a) Materi yang dapat di didik sebagai hasil dari ceramah akan terbatas yang dikuasai guru.
Kelemahan ini memang kelemahan paling dominan, sebab apa yang diberikan guru
adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai peserta didik pun akan
tergantung pada apa yang dikuasai guru.
b) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme.
B. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak
terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran
peserta didik hanya sekadar memmerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran demonstrasi dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Fungsi demonstrasi antara lain:
a) Untuk memunculkan suatu masalah
b) Untuk memberikan gambaran sesuatu dengan jelas
c) Untuk membantu memecahkan suatu masalah
d) Untuk secara mengulangi apa yang telah dipelajari peserta didik
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta
didik, serta untuk membuat suatu keputusan (Kilen 1998). Karena itu diskusi bukanlah
debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman
untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura berbuat seakan-akan.
Sebagai metode pembelajaran, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses
terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak
gagal dalam waktunya nanti.
Pada simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagai kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu
konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan kreatifan belajar,
(5) memberikan motivasi belajar kepada peserta didik, (6) peserta didik untuk mengadakan
kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif peserta didik, dan (8)
melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap toleransi. (Karwono dan Achmad Irfan
Muzni, 2022:90-91)
E. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu.
Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok.
Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat
lainny. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti
tugas meneliti, menyusun laporan dan tugas di laboratorium.
F. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan peserta didik guru bertanya peserta didik menjawab dan peserta didik
bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik
secara langsung antara guru dengan peserta didik.
G. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian
bahwa peserta didik dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok)
tersendiri ataupun dibagi atas kelompok kelompok kecil (sub sub kelompok).
H. Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
pembelajaran tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam problem solving
dapat menggunakan dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
I. Metode sistem Regu (Team Teaching)
Tim teaching pada dasarnya ialah metode pembelajaran dua orang guru atau lebih
bekerjasama pembelajaran sebuah kelompok peserta didik, jadi kelas dihadapi beberapa
guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara
formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian
yang dibutuhkan.
J. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/Inisiatif peserta didik untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan
tingkat kewajaran dari metode drill
a. Latihan, wajar digunakan untuk hal hal yang bersifat motorik, seperti menulis,
permainan, pembuatan dan lain lain.
b. Untuk melatih Kecakapan mental, misalnya perhitungan menggunakan rumus
rumus, dan lain lain.
c. Untuk melatih hubungan, tanggapan seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol peta
dan lain lain.
K. Metode Karyawisata
Karyawisata dalam arti metode pembelajaran mempunyai arti tersendiri berbeda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata sebagai metode pembelajaran dalam
cerita ini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
L. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran
secara optimal dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru peserta
didik tidak dituntut untuk menemukan materi itu materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
karakteristik pembelajaran ekspositori
1. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
formal artinya bertutur secara lisan
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi
seperti data atau fakta konsep-konsep tertentu yang harus dihafal
3. Tujuan utama pembelajaran dalam penguasaan materi pelajaran itu sendiri artinya
setelah proses pembelajaran berakhir peserta didik diharapkan dapat memahaminya
dengan benar
Prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori
1. Berorientasi pada tujuan
2. Prinsip komunikasi
3. Prinsip permengaplikasikansiapan
4. Prinsip berkelanjutan
Langkah-langkah pelaksanaan strategi ekspositor
1. Persiapan (Preparation)
2. Penyajian (Presentation
3. Korelasi (Correlation)
4. Menyimpulkan (Generalization)
5. Mengaplikasikan (Application)
BAB VI
PENGEMBANGAN SIASAT PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran
Seperti telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya bahwa produk belajar adalah adanya
perubahan perilaku. Perubahan adalah perbedaan dari satu keadaan ke keadaan lain. Agar terjadi
perubahan perilaku dapat dilakukan sendiri oleh individu yang belajar tanpa bantuan orang lain, namun
dalam batas-batas tertentu pula dalam proses belajar diperlukan bantuan pihak lain (komponen
eksternal). Oleh sebab itu, tidak semua bantuan yang diberikan Guru semua bernilai edukatif, untuk itu
guru harus mampu membedakan bantuan mana yang bersifat edukatif dan non-edukatif.
Pembelajaran kognitif (pengetahuan) mencakup perolehan informasi dan konsep, pembelajaran
ini tidak hanya berkenaan dengan pemahaman pokok bahasa, tetapi juga hal yang terkait dengan analisis
dan aplikasinya pada situasi baru. Pembelajaran afektif (sikap), meliputi sikap dan nilai, perasaan dan
emosi. Pembelajaran keterampilan (psikomotor) berhubungan dengan keterampilan motorik seperti
pengembangan kompetensi pada kemampuan dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan
mengungkapkan pendapat. Gradasi antar satuan pendidikan dalam menetapkan dan merumuskan
juga harus memperhatikan seperti perkembangan psikologis peserta didik, lingkup dan
kedalaman materi, kesinambungan, dan fungsi satuan pendidikan.
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
Analisis tujuan pendidikan dapat diurai sebagai berikut:
Sikap spiritual: dari Man dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sikap sosial: dari kalimat yang akhlak mulia, sehat, mandi demokratis serta bertanggung jawab.
Pengetahuan: dari kalimat yang berbunyi berilmu.
Keterampilan: dari berbunyi cakap dan kreatif.
2. Anatomi dalam merumuskan tujuan pembelajaran
Audience /subjek yang harus melakukan sesuatu peserta didik yang menjadi sasaran
pembelajaran.
Behavior/apa yang harus dilakukan: perilaku atau kegiatan yang harus dilakukan dalam
pembelajaran.
Condition al/sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan saat peserta didik
menampilkan perilaku: berupa bahan, alat, informasi atau lingkungan.
Degree / tingkat/level/kriteria periode/frekuensi dari behavior: spesifikasi perilaku untuk
mengukur perilaku.
B. Karakteristik Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk material yang disusun secara sistematis yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar dan dirancang sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Ada beragam karakteristik bahan ajar ada yang bentuk buku, contohnya buku
referensi, modul ajar, buku praktikum, dan buku teks.
1. Tipe isi bidang studi
Reigeluth dan Merrill (1979) menganalisis isi bidang studi menjadi 4 yaitu fakta konsep,
prinsip, prosedur. Di samping hasil terhadap isi bidang studi, marril (1983) mengemukakan
hasil analisisnya terhadap tingkat unjuk-kerja peserta didik, diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
mengingat, menggunakan, dan menemukan.
2. Peristiwa pembelajaran
Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi 9 tahapan yang diasumsikan sebagai cara-
cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam belajar. 9 peristiwa
pembelajaran yang dikembangkan oleh gadge yaitu menarik perhatian, memberitahukan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan
bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan
balikan informatif, menilai unjuk kerja meningkatkan retensi dan alih belajar.
C. Siasat Pembelajaran
Siasat pembelajaran Menjelaskan komponen umum suatu perangkat material
pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut untuk
menimbulkan hasil atau buah belajar tertentu dari peserta didik. 5 komponen utama dalam
siasat pembelajaran, yaitu kegiatan pra-pembelajaran penyajian informasi, peran serta peserta
didik, pengetesan, dan tindak lanjut pembelajaran.
1. Kegiatan pra pembelajaran
Komponen pertama tingkat motivasi belajar bagi individu yang akan menggunakan
material pembelajaran. Kedua ini berupa demonstrasi guru, uraian tertulis atau ilustrasi dari
apa yang akan mampu dikerjakan peserta didik. Komponen ketiga dari kegiatan pra
pembelajaran itu ialah memberitahu kepada peserta didik tentang keterampilan prasyarat yang
diperlukan untuk memulai pembelajaran.
2. Penyajian informasi
Dalam penyajian informasi kepada para peserta didik Bagaimana pengurutan yang
perlu diikuti, alat mana yang paling berguna dalam menentukan jawaban atas pertanyaan ini
ialah analisis pembelajaran yang dibuat. Tidak ada tahapan dalam menyajikan informasi
mengenai suatu informasi tertentu sebelum selesai melakukan sajian demikian itu bagi semua
keterampilan subordinat yang berkaitan.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan Berapa banyak
bahan keterangan yang akan disajikan, yaitu tingkat usia peserta didik, macam perubahan
belajar yang terjadi, dan Apakah kegiatan itu dapat dianeka ragamkan, hal ini untuk
meningkatkan perhatian terhadap tugas kegiatan pelajaran.
3. Peran serta peserta didik
Peserta didik harus diberi kesempatan Berlatih mengerjakan hal-hal yang mereka harus
mampu kerjakan sesuai dengan maksud pembelajaran. Tidak saja harus bisa berlatih, tetapi
juga harus diberi latihan atau balikan tentang performasinya. balikan kadang-kadang disebut
dengan pengetahuan tentang hasil. artinya peserta didik harus diberitahu Apakah jawabannya
itu betul atau salah, atau ditunjukkan lembar yang berisi jawaban yang betul untuk dipakai
peserta didik menyimpulkan Apakah jawabannya betul.
4. Pengetesan
Ada 4 jenis tes acuan patokan yaitu tes tingkah laku masukan, prates, tes sambil jalan
atau sisipan, dan pasca tes. Selanjutnya beberapa hal yang harus dilakukan secara pasti siasat
apa yang akan digunakan instrumen tesnya. siasat pengetesan ini bisa sangat berlainan dengan
siasat yang pada waktunya kemudian akan digunakan oleh guru yang memakai pembelajaran
yang sudah selesai disiapkan. Pada tempat dalam pembelajaran ini perancang dapat
memasukkan pertanyaan yang sangat spesifik tentang tanggapan peserta didik terhadap apa
yang telah dilakukan.
5. Kegiatan tindak lanjut pembelajaran
Kegiatan tindak ikutan ini merupakan bagian dari siasat individual tetapi tidak ada
rencana terinci yang dibuat untuk kegiatan pengayaan dan remediasi sampai penilaian formatif
hampir selesai dikerjakan dan kebutuhan yang jelas untuk melakukan kegiatan tertentu.
D. Tindak Lanjut Pembelajaran
Guru dalam proses pembelajaran hakikatnya adalah penyampaian pesan pembelajaran
dengan harapan pesan Pembelajaran dapat diterima secara optimal oleh peserta didik.
Ketuntasan belajar pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang difokuskan
pada penguasaan peserta didik terhadap material pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap penguasaan pembelajaran. Menurut
bloom (1956) pembelajaran tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang difokuskan
pada penguasaan peserta didik dalam sesuatu hal yang dipelajari.
E. Pengayaan dan Perbaikan
Diperlukan suatu siasat pembelajaran berupa program pengayaan (enrichment) dan
program perbaikan (remedial). Prinsip dalam pembelajaran tuntas Jangan pindah ke pokok
bahasan lanjutan sebelum pokok bahasan sebelumnya tuntas, karena ketidak tuntasan pokok
bahasa akan berdampak pada tumpukan kesulitan belajar dan akan menyebabkan peserta didik
tidak tertarik untuk mempelajari pokok bahasan yang disampaikan oleh guru.
1. Program Pengayaan dan Perbaikan
Carroll dalam teorinya mengemukakan bahwa peserta didik akan mencapai tujuan
pendidikan yang relatif sama Meskipun mereka bukan waktu yang berbeda-beda. Meskipun
dalam menentukan ketuntasan belajar banyak dipengaruhi oleh banyak variabel, namun
menurut Carrol waktu merupakan faktor esensial dalam belajar. Banyak variabel, waktu
merupakan bagian dari banyak variabel itu.
Selanjutnya menurut teori Carrol masih ada tiga variabel utama dan dua variabel
tambahan dalam teori Carroll. Variabel pertama disebut aptitude (bakat), yaitu jumlah waktu
ideal yang dimiliki peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Variabel kedua
disebut perseverance ketekunan, yaitu jumlah waktu yang benar-benar dipakai peserta didik
untuk belajar. variabel ketiga disebut opportunity to learn (kesempatan untuk belajar), yaitu
jumlah waktu yang dialokasikan atau disediakan komponen lain yang juga berpengaruh
terhadap proses belajar peserta didik yaitu kemampuannya untuk memahami pembelajaran,
dan kualitas pembelajaran itu sendiri.
2. Bentuk pembelajaran pengayaan
Guru dapat memberikan tambahan materi yang sejenis yang terkait dengan pokok
bahasan yang dipelajari sambil menunggu kelompok lain yang belum tuntas. Dapat dilakukan
melalui penugasan untuk membaca buku terkait dengan pokok bahasan, membuat ringkasan,
penugasan kerja lapangan, observasi lapangan, membantu peserta didik lain yang belum tuntas
dan lain-lain.
3. Kendala melaksanakan kegiatan pengayaan dan cara mengatasinya
Cara umum, kesulitan dalam program pengayaan bersumber pada dua hal berikut:
a. Keragaman peserta didik, dari aspek tingkat kematangan, minat, hobi, kebiasaan, guru
menjadi kesulitan untuk menentukan melalui kegiatan apa untuk memperkaya materi
pembelajaran yang dibahas sehingga tidak terjadi kejenuhan. Cara mengatasinya yaitu
memberi penugasan peserta didik secara individual berdasarkan tingkat kematangannya.
b. Satuan waktu, kesulitan untuk memanfaatkan satuan waktu yang tersisa dengan jenis
kegiatan yang sesuai untuk pengayaan materi. Cara mengatasinya yaitu pengelompokan satuan
waktu yang tersisa setelah menyelesaikan pokok bahasan yang diberikan, setidaknya dapat
dikelompokkan sisa waktu yang banyak, sedang, sedikit misalnya 15 menit, 25 menit dan 35
menit.
4. Program pembelajaran perbaikan (remedial)
Bagi peserta didik yang lamban diberikan kesempatan agar mencapai ketuntasan
menguasai materi pelajaran, untuk itu diadakan pembelajaran perbaikan atau remedial.
Pembelajaran remedial merupakan upaya perbaikan terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar titik peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar jika peserta didik
tersebut belum mencapai nilai standar minimal. Bentuk pembelajaran remedial dapat dilakukan
melalui berbagai kegiatan antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Re-teaching yaitu pembelajaran ulang
b. Pemberian bimbingan individu atau kelompok serta motivasi belajar
c. Pemberian tugas secara individu
d. Belajar kelompok dengan bimbingan peserta didik yang telah tuntas belajarnya.
BAB 7
MASALAH PENGELOLAAN KELAS