MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Interaksi Manusia Dengan Lingkungan
Yang dibina oleh Bapak Dr. I Nyoman Ruja, Su
Oleh
Rian Nanda Bagus Wahyu P.
190721854417
PEMBAHASAN
Bentuk Interaksi Manusia Dengan Budaya
Budaya tidak dapat terpisah oleh masyarakat, keduanya selalu beriringan,
dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap individu tidaklah lepas dari peran
budaya,. Menurut Linton dalam Kristanto, Kebudayaan merupakan konfigurasi
dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsur-unsurnya
digunakan bersama-sama dan ditularkan oleh para warga masyarakat. Ada
beberapa subsitem kebudayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang saling
berhubungan. Untuk mempermudah dalam pembagiannya Kaplan membagi 4
subsistem yang terdiri dari subsistem Teknoekonomi, Struktur sosial, ideologi,
dan kepribadian.
Adanya unsur-unsur kebudayan atau isi dari kebudayaan sebagai strategi
perluasan makna kebudayaan agar tidak terlalu sempit menafsirkan kebudayaan
sebagai salah satu hasil seni. Unsur kebudayaan menunjukkan jenis-jenis atau
kategori-kategori kegiatan manusia untuk “mengisi” atau “mengerjakan,” atau
“menciptakan” kebudayaan sebagai tugas manusia diturunkan ke dunia sebagai
“utusan” ataukhalifah untuk mengelola dunia dan seisinya, memayu hayuning
bawana – tidak hanya melestarikan isi alam semesta melainkan juga merawat,
melestarikan dan membuatnya indah (kristanto: 7)
Untuk mempermudah dalam pemahaman menurut Rita Hanafie unsur-
unsur dalam kebudayaan dipisahkan menjadi tujuh, yaitu.
1. Sistem religi dan upacara adat
Sistem religi dan upacara keagamaan dilakukan sebagai usaha untuk
“membujuk” kekuatan besar agar mau menuruti kemauan manusia. Salah satu
contoh seperti adanya upacara adat tradisi yang ada di dataran tinggi Dieng yang
di sebut ruwatan rambut gimbal. Rueatan rambut gimbal adalah upacara
pemotongan (cukur) rambut pada anak-anak berambut gimbal (gembel) yang
dilakukan oleh masyarakat di daerah Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau), Jawa
Tengah. Ritual ruwatan yang diadakan pada tanggal satu Suro menurut Kalender
Jawa ini bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut
gimbal dari sukerta/sesuker (kesialan, kesedihan, atau malapetaka).
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Tersadar dari manusia tidak dapat hidup menjadi individu (tersendiri) oleh
karenanya didalam kehidupan bermasyarakat haruslah hidup secara berdampingan
antar satu dengan yang lain. Sebagai contoh adalah adanya sistem gotong royong
yang sampai sekarang masih tetap berlangsung di daerah-daerah tertentu.
3. Sistem pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pikiran sendiri maupun dari pikiran
orang lain Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam
sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. Sistem pengetahuan
meliputi flora dan fauna, ruang pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang
dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta tubuh manusia.
Contoh dari sistem pengetahuan adalah penggunaan teraktor untuk membajak
sawah, dahulu kerbau digunakan untuk membajak sawah, seiring dengan
berkembangnya sistem pengetahuan manusia dan teknologi akirnya teraktor
digunakan sebagai pengganti kerbau.
4. Sisitem mata pencaharian hidup
Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia
untuk medapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian
hidup atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan, bercocok
tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan. Sistem perdagangan online kini
hadir untuk mempermudah manusia dalam menawarkan barang dagangannya.
5. Sistem teknologi dan peralatan
Bersumber dari pemikiran manusia yang cerdas dan di bantu dengan
peralatan dan teknologi yang memadai, manusia dapat menciptakan sekaligus
mempergunakan hasil karyanya untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan pesawat
manusia mudah dalam melakukan mobilisasi, yang dulunya perjalanan bisa
ditempuh dalam beberapa hari dengan hadirnya pesawat terbang kini dapat
memangkas waktu tempuh yang lebih singkat.
6. Bahasa
Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen
kebudayaan dan sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia
untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Badan Pengembangan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan menyatakan,
berdasarkan data terakhir, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah (liputan 6).
Pulau papua menjadi pemilik bahasa daerah yang paling banyak, karena di setiap
komunitas mempunyai bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesialah yang menjadi
pemersatu dari bahasa-bahasa di setiap daerah. Salah satu contohnya adalah ketika
menjadi perantau di daerah lain secara tidak langsung telah mengikuti budaya
bahasa daerah tersebut, disinilah peran lingkungan budaya lebih mempengaruhi
manusia.
7. Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia
terhadap keindahan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu
muncul dari sebuah permainan imajinatif dan kreatif. Hal itu dapat memberikan
kepuasan batin bagi manusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan bentuk
kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.
Berdasarkan publikasi data kemendikbud 2017 jumlah seni yang tersebar di
seluruh indonesia sejumlah 2.700 kesenian, terdiri dari seni media, seni musik,
seni rupa, seni sastra, seni tari, seni theater, dan seni lainnya. Dalam memperingati
tahun baru hijriah atau sering disebut dengan malam suro dikota Ponorogo selalu
menggelar agenda festival kesenian reog ponorogo sebagai salah satu bentuk
melestarikan budaya yang ada didaerah tersebut .
Wujud Kebudayaan
Secara umum wujud kebudayaan dibedakan menjadi dua, yaitu wujud
kebudayaan material dan wujud kebudayaan spritual. Kebudayaan material
merupakan wujud yang dapat dilihat oleh kasat mata (nampak) dan sangat mudah
untuk di pahami, sedangkan wujud kebudayaan spiritual hanya dapat di rasa
sehingga bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami. Menurut Koentjaraningrat
(dalam Rita Hanafie: 40) membagi kebudayaan atas tiga wujud, yaitu: 1). Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, dan peraturan-peraturan.2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.3) Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
dan peraturan yang sifatnya abstrak, tidak dapat di raba atau di sentuh, dapat di
lihat dalam lapisan masyarakat dalam bentuk tata kelakuan. Sebagai contoh
adalah dalam masyarakat masih mempercayai hal mistis, semisal di larang
memakai baju berwarna hijau saat di pantai karna ada anggapan apabila hal itu
dilakukan maka akan berdampak buruk bagi individu tersebut.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas berpola dari manusia
dalam masyarakat, wujud ini dapat diartikan sebagai sisitem sosial. Sebagai salah
satu contoh adalah siraman pusaka yang ada di kraton yogjakarta pada hariselasa
kliwon pada bulan sura (kalender jawa).
Wujud kebudayaan yang terakir adalah sebagai benda-benda hasil karya
manusia, secara kasat mata sering dijumpai di berbagai daerah yang umum
tentang wujud kebudayaan ini seperti candi borobudur, kain batik yogjakarta, atau
juga komputer yang sering terlihat sebagai hasil dari perkembangan teknologi.
Eksistensi Budaya Di Era-Globalisasi
Budaya lokal dihadapkan pada persaingan dengan budaya asing untuk
menjadi budaya yang dianut masyarakat demi menjaga eksistensinya. Daya tahan
budaya lokal sedang diuji dalam menghadapi penetrasi budaya asing yang
mengglobal itu. Permasalahannya, daya tahan budaya lokal relatif lemah dalam
menghadapi serbuan budaya asing. Perlahan tapi pasti, budaya lokal sepi peminat
karena masyarakat cenderung menggunakan budaya asing yang dianggap lebih
modern. Sekarang, dunia mengalami Revolusi 4T (Technology,Telecomunication,
Transportation, Tourism) yang memiliki globalizing force dominan sehingga batas
antarwilayah semakin kabur dan berujung pada terciptanya global village seperti
yang pernah diprediksikan McLuhan (Farina).
Lebih penting dari perkembangan iptek melihat kepribadian, budaya
ketimuran sudah mulai terkikis oleh waktu. Beberapa catatan penting dalam
permasalahan krisis kebudayaan adalah, 1. Bidang hukum dan keuangan, 2.
Bidang pendidikan, 3. Bidang politik (Zaimar 2016: 134). Melihat hal yang
seperti itu maka perlu adanya penguatan penanaman nilai-nilai budaya dalam
kehidupan bermasyarakat yang sadar akan pentingnya budaya lokal. Perlu adanya
strategi khusus untuk menumbuhkan kembali eksistensi budaya lokal, sejalan
dengan hal tersebut ada beberapa strategi yang dijalankan (menurut mubah,2011 :
5). 1.pembangunan jati diri, 2.pemahaman filsafah budaya, 3.penerbitan peraturan
daerah, 4.pemanfaatan teknologi informasi dengan bijak. Dengan penguatan nilai-
nilai
PENUTUP
Karakteristik wilayah Indonesia yang sangat luas dan tersebar membuat
budaya yang ada di setiap wilayah berbeda, hal ini tidak lepas dari peran manusia
sebagai mahkluk sosial yang adaptif dengan lingkungan sekitar. Budaya
merupakan salah satu ciri khas dari setiap daerah yang menjadi pembeda antara
satu daerah dengan yang lain. Budaya setiap daerah menjadi identitas diri dari
warga masyarakatnya, oleh karenanya setiap individu mempunyai kewajiban
untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Farina, Siti. 2018. Eksistensi Budaya lokal Dalam MenghadapiGlobalisasi
Budaya. Kompasiana. (Online). Diakses 27 Agustus 2019
https://www.kompasiana.com/sitifarina8501/5bfae7be677ffb79b12f3668/e
ksistensi-budaya-lokal-dalam-menghadapi-globalisasi-budaya?page=all
Hanafie, Rita Sri Raharyu. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta. Andi
Offset.
Kaplan, Dafid., & Manners, A. Robert. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta . Pustaka
Pelajar Offset.
Kemendikbud. 2017. Statistik kebudayaan dan bahasa. Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta. (online) Diakses 27 Agustus 2019
Kristanto, Nurdien hary. 200. Tentang Konsep Kebudayaan. Jurnal undip. Dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/download/13248/10033
Mubah, A.Shafril. 2011. Strategi Meningkatkan Budaya Lokal Dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Universitas Airlangga. Surabaya. Diakses
dari www.journal.unair.ac.id/filerPDF
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri.. 2016. Krisis Budaya. Jakarta. Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.