Anda di halaman 1dari 9

NILAI EDUKATIF DALAM BUDAYA LOMBOK NYONGKOLAN

M. Chaerul Jamal Munawir


PPS, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: jamalmunawir95@gmail.com

Abstrak

Lombok secara kultural memiliki kultur perpaduan antara jawa, bali dan bugis. Suku sasak
Lombok seperti suku-suku lainnya yang ada di dunia ini juga menjunjung tinggi nilai kultural
budaya mereka, salah satu yang bisa kita lihat dan sering kita temui adalah tradisi “nyongkolan”
yang memiliki pengetahuan lokal budaya lombok. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menjadikan
tradisi budaya nyongkolan sebagai bahan ajar di sekolah. Model pendekatan dalam peneletian ini
mengarah ke etnografi deskriptif kualitatif. Realitas empiris diperoleh peneliti langsung ke lokasi
penelitian, untuk mendapatkan gambaran tentang tentang budaya “nyongkolan” sesuai dengan
tradisi mereka, dan gejala kehidupan sehari-hari Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat Selebung Kecamatan Janapria.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Analisis menurut
Miles dan Huberman, yaitu (1). Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) penarikan simpulan. Hasil
penelitian Tradisi Merariq atau kawin lari Masyarakat Sasak memiliki banyak ritual atau tahapan-
tahapan lain.

Kata kunci: nilai edukatif, Nyongkolan, bahan ajar, siswa

EDUCATIONAL VALUE IN THE CULTURE OF LOMBOK NYONGKOLAN

Abstract

Culturally, Lombok culture is a fusion between Java, Bali and Bugis cultures. Like other tribes
in the world, Lombok Sasak tribes also uphold their cultural values. One of which we can see and
often meet is the “nyongkolan” tradition, which contains a local cultural knowledge of Lombok
culture. This study aims to make the cultural tradition of nyongkolan as teaching materials in
schools. The approach model of this research leads to qualitative descriptive ethnography. An
empirical reality obtained by the researchers directly to the location of the study, to get a picture
of the culture of “nyongkolan” in accordance with the traditions, and the daily life symptoms.
This study uses descriptive quantitative research methods. The subjects of the research were the
Selebung community of Kecamatan Janapria. Data collection is conducted through observations,
interviews, and documents. The data analysis is done according to Miles and Huberman’s theory,
namely (1) Data reduction, (2) Data presentation, (3) Drawing conclusions. The research results
of the Merariq Tradition or elopement of the Sasak Society have many rituals or other stages.

Keywords: educational values, Nyongkolan, teaching materials, learners

PENDAHULUAN daerah mempunyai tradisi dan budaya yang


Orang Sasak, Bugis, dan Arab mayoritas unik, menjadikan Indonesia kaya akan budaya.
beragama Islam; orang Bali beragama Hindu; Seperti halnya dalam merayakan pernikahan
dan orang-orang Cina beragama Kristen. Setiap sepasang pengantin, seperti Nyongkolan

42
Nilai Edukatif dalam Budaya Lombok Nyongkolan (M. Chaerul Jamal Munawir) 43

merupakan tradisi yang berasal dari Pulau keputusan yang biasa diambil oleh pemuda
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nyongkolan pemudi Sasak adalah dengan melakukan kawin
adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai culik menjadi sebuah pilihan yang tepat bagi
rangkaian acara dalam prosesi perkawinan pasangan. Dalam adat perkawinan Sasak bila
atau pernikahan pada suku sasak di Lombok kedua pasangan telah melakukan kawin culik,
Nusa Tenggara Barat, kegiatan ini berupa arak- maka penyelesaian masalah dalam proses
arakan, kedua mempelai dari rumah mempelai perkawinan akan mempermudah mendapatkan
pria ke rumah mempelai wanita, dengan diiringi persetujuan wali, serta menjadi keharusan bagi
keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai pihak wali perempuan untuk menyetujuinya.
baju adat, serta rombongan musik yang bisa Jika tidak menyelesaikan persoalan perkawinan
disebut gamelan atau kelompok penabuh akan menjadi aib bagi keluarga yang dikesankan
rebana, atau disertai Gendang beleq. Dalam menyalahi adat.
Pelaksanaannya rombongan dari mempelai Tujuan dari prosesi ini adalah untuk
pria mulai berjalan dari jarak 1 – 1/5 km dari memperkenalkan pasangan mempelai tersebut
rumah mempelai wanita. ke masyarakat, terutama pada kalangan
Fenomena perkawinan ini dapat kerabat maupun masyarakat di mana mempelai
dikategorikan dalam tindakan tradisional perempuan tinggal, karena biasanya seluruh
karena sudah menjalankan perkawinan sesuai rangkaian acara pernikahan dilaksanakan di
dengan adat dan tradisi daerahnya yang sudah pihak mempelai laki-laki. Sebagian Pengiring
ada sejak zaman dahulu. Bagi orang tua dalam prosesi ini biasanya membawa beberapa
perempuan jika diminta anaknya secara terus benda seperti hasil kebun, sayuran maupun
terang, maka akan tersinggung karena anak buah-buahan yang akan dibagikan pada
gadisnya disamakan dengan benda atau barang kerabat dan tetangga mempelai perempuan
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi nantinya. Untuk pengiring wanita biasanya
yang dijalani oleh masyarakat suku Sasak berada di bagian depan rombongan, sedangkan
merupakan sebuah komunikasi budaya yang pengiring pria berada di barisan belakang.
melekat dalam tatanan sosial. Tradisi kawin Mereka mengenakan pakaian adat khas
culik yang dijalani oleh masyarakat suku Sasak Lombok, menggunakan baju lambung dankain
khususnya di Lombok Tengah tidak menjadi songket dari perut sampai bawah lutut dan
suatu masalah melainkan menjadi tradisi yang berbagai aksesorisnya unuk perempuan dan
unik. Tradisi tersebut sudah membudaya bagi baju berwarna hitam menggunakan sarung
masyarakat Sasak, hal itulah yang menjadi yang pemakaiannya dari perut sampai sekitar
perbedaan dari tradisi dan adat istiadat di lutut yang memiliki warna hitam. Sedangkan
daerah-daerah lainnya dalam hal perkawinan. aksesoris di kepala menggunakan kain warna
Melakukan perkawinan dengan cara hitam yang disusun dan dipasang menyerupai
menculik terkesan menjadi sebuah bentuk blangkon fungsinya sebagai ikat kepala untuk
pilihan dalam sikap yang menggunakan tradisi para laki-laki.
adat sebagai cara untuk mencapai tujuan. Budaya nyongkolan juga harus diapresiasi
Jika, melakukan perkawinan dengan cara oleh masyarakat lombok karena banyak terdapat
meminang sebagai bentuk izin dari keluarga nilai edukatif pada budaya tersebut untuk di
perempuan terkadang cukup memberatkan dan jadikan bahan ajar ke anak sekolah atau di
membutuhkan modal serta kesiapan psikologis dunia pendidikan untuk menjaga kelestarian
yang harus ditanggung oleh pria Sasak. budaya tersebut agar budaya peninggalan
Terkadang dalam lamaran terjadi penolakan nenek moyang kita tradisi terdahulu tidak
oleh wali perempuan karena adanya perbedaan punah. Adapun cara mengantisipasinya dengan
status sosial, dan syarat-syarat lainnya yang cara memperkenalkan budaya nyongkolan
harus dipenuhi oleh pelamar yang terkadang sebagai bahan ajar di sekolah lebih cendrung
bisa memberatkan bagi seorang pria. Maka, untuk mengkaji nilai edukatif yang terkadung
44 , Vol. 18, No. 1, April 2020: 42 - 50

pada budaya nyongkolan tersebut, adapun dimaksudkan sebagai sarana pengumuman


nilai edukatif yang bisa di peroleh dalam kepada masyarakat banyak bahwa pasangan
budaya nyongkolan bertanggung jawab, yang diiringkan tersebut sudah resmi menikah,
bersosialisasi, kekompakan, kebersamaan, dan diharapkan juga bahwa tidak akan ada lagi
menjalin hububungan silaturrahmi dan nilai orang yang mengganggu pasangan tersebut.
gotong royong. Nyongkolan ini bisa dibilang merupakan
Nilai edukatif adalah nilai-nilai yang puncak dari ritual bersatunya seorang terune
terdapat dalam masyarakat, mengajarkan (pemuda) dengan seorang dedare (gadis) dalam
tentang pendidikan kepada masyarakat suatu ikatan perkawinan yang sah menurut
(Noviyanti, 2017: 99). Dalam Budaya Lombok agama dan adat. Prosesi nyongkolan tidak akan
“Nyongkolan” ini terdapat nilai. Nilai-nilai yang bisa dilepas dari suatu kegiatan yang disebut
mendidik atau nilai edukatif ini didapatkan anak “Begawe” (hajatan) Jadi prosesi nyongkolan
melalui Pendidikan formal, nonformal, dan akan dikategorikan sebagai suatu hajatan atau
informal. Melalui program pendidikan tersebut Begawe. Begawe Nyongkolan akan dikemas
anak-anak dapat mengembangkan nilai-nilai dalam suatu pesta hajatan yang sangat meriah
pendidikan. Publikasi pusat kurikulum (Samini, dan di sebut “Begawe Beleq” yang tidak sedikit
2012: 9) menyatakan bahwa nilai pendidikan mengeluarkan biaya.
berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar Dalam acara Begawe Beleq baik pihak
agar berhati baik, dan berperilaku baik, (2) laki-laki dan perempuan masing-masing akan
memperkuat dan membangun perilaku bangsa mempersiapkan segala sesuatu untuk prosesi
yang multikultur, (3) meningkatkan peradaban acara nyongkolan tersebut. Maka disini letak
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. kemeriahan dari acara tersebut, para tamu
Nilai pendidikan ini bersumber dari agama, undangan akan di undang dua atau tiga hari
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan sebelum hari H tersebut, untuk melakukan
nasional, nilai-nilai tersebut antara lain kegiatan memasakan nasi dan lauk pauk serta
bertanggung jawab, bersosialisasi, kekompakan, membuat jajanan pesta. Untuk menghibur
menjalin hububungan silaturrahmi dan nilai para tamu yang bekerja biasanyanya pemilik
gotong royong. hajatan (Epen Gawe) akan menyewa kesenian-
Budaya adalah daya dari budi yang berupa kesenian tradisional khas Sasak seperti
cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan Gendang Beleq, Drama, Joget (sinden) dan
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. sebagainya. Setelah puncak acara Tiba,
Secara prinsip kebudayaan itu adalah hasil pengantin laki-laki dan perempuan akan
usaha manusia, baik hasil berupa material diiring atau di giring atau diarak layaknya Raja
maupun spiritual dan bahwa kebudayaan itu dan Permaisuri menuju kediaman keluarga
adalah milik dan warisan sosial, kebudayaan pihak pengantin perempuan, pengiring ini
itu terbentuk dalam dan dengan interaksi sosial. akan mengenakan pakaian adat sasak layaknya
Budaya dapat diukur berdasarkan karakteristik prajurit dan dayang-dayang menghantar Raja
umum seperti yang dikemukakan oleh dan Permaisuri sambil diiringi dengan musik
Robbins (1994) sebagai berikut: (1) Inisiatif tetabuhan tradisional baik berupa Gendang
individual, (2) toleransi terhadap tindakan Beleq Atau kedodak. Sesampai dikediaman
beresiko, (3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan keluarga pengantin perempuan, pasangan
dari manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) pengantin akan melakukan sungkeman untuk
sistem imbalan, (9) toleranis terhadap konflik meminta do’a restu kepada pihak keluarga
dan, (10) pola-pola komunikasi. juga sebagai tanda bahwa pihak keluarga sudah
Tradisi nyongkolan diadakan selain merestui untuk melepas anak gadis mereka dan
untuk mengantar sepasang mempelai ke dibawa oleh suaminya.
rumah keluarga mempelai wanita, juga
Nilai Edukatif dalam Budaya Lombok Nyongkolan (M. Chaerul Jamal Munawir) 45

METODE Sampling, Snowball Sampling merupakan


1. Rancangan Penelitian tehnik penentuan sampel yang mula-mula
Metode penlitian yang digunakan untuk jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat
mencari penyelesaian permasalahan maka bola salju yang mengelinding yang lama-lama
penelitian ini akan menggunakan metode membesar.
penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif merupakan suatu cara untuk 5. Metode Pengumpulan Data
mendapatkan atau mendekati persoalan Metode pengumpulan data adalah cara-
secara etnografi, dalam penerapannya cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
menekankan pada kelompok budaya dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2010). Adapun
konteks natural selama periode tertentu, metode pengumpulan data yang digunakan
dengan tujuan mengetahuai budaya kelompok dalam penelitia adalah; metode observasi,
tersebut. Etnografi merupakan salah satu jenis metode wawancara, dan metode dokumentasi.
penelitian kulitatif yang banyak berkaitan
dengan antropologi. (Afifuddin dan Saebani, 6. Jenis dan Sumber Data
2009:86). Secara teoritis jenis data dapat digolongkan
menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan
2. Lokasi Penelitian data kuantitatif. Sumber data yang digunakan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih sumber data primer dan sumber data sekunder.
dahulu ditentukan obyek penelitian, sehinga
mempermudah bagi peneliti untuk melakukan 7. Teknik Analisis Data
penelitian. Adapun tempat penelitian di desa Analisis menurut Miles dan Huberman
Langko Kecamatan Janapria Kabupaten (2002:65) dibagi dalam tiga alur kegiatan yang
Lombok Tengah Tahun 2019. Alasan peneliti terjadi secara bersamaan. Ketika alur tersebut
memilih lokasi ini adalah “karena Kabupaten adalah (1). Reduksi data, (2) Penyajian data,
Lombok Tengah merupakan daerah yang (3) penarikan simpulan.
banyak melaksanakan tradisi kawin lari.
PEMBAHASAN
3. Prosedur Penelitian A. Nilai Edukatif
Prosedur penelitian: membuat rumusan Analisis nilai edukatif pada budaya
masalah, menentukan tujuan, dan manfaat “nyongkolan” ini dimulai dari analisis
penelitian, landasan teori, pengumpulkan data, fakta kemanusiaan dan subjek kolektif.
analisis data (Social situation dan informant), Menjabarkan pandangan dunia tentang budaya
reduksi data, penyajian data, dan memberikan “nyongkolan”. Indonesia adalah negara yang
kesimpulan. Sumber. Prosedur Penelitian menghargai setiap masyarakat. Kesantunan
(Sugiono, 2011:68). adalah cerminan masyarakat Indonesia.
Namun seiring berjalannya waktu nilai-nilai
4. Instrumen Penelitian pendidikan semakin diabaikan, banyak terjadi
Instrumen dalam penelitian menurut penindasan, kekerasan, tindakan sewenang-
Moleong (2003: 13) bahwa dalam instrumen wenang yang menyebar ke segala pelosok
penelitian kualitatif pengumpulan data lebih negeri dan berbagai kalangan, baik kalangan
banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pejabat, masyarakat biasa, maupun pelajar.
pengumpul data. Adapun alat bantu yang Nilai-nilai pendidikan perlu ditingkatkan.
bisa digunakan dalam penelitian kualitatif Permasalahan-permasalahan tentang
seperti alat kamera, dan dokementasi yang konflik dalam keluarga, sekolah, dan
berhubungan dengan masalah penelitian, dan masyarakat dalam budaya “nyongkolan” ini
alat bantu lainnya. Tehnik penentuan informan menimbulkan ketegangan (tention). Nilai-
dalam penelitian mengunakan Snowball nilai pendidikan dalam budaya “nyongkolan”
46 , Vol. 18, No. 1, April 2020: 42 - 50

Pembahasan tentang nilai-nilai edukatif yang c. Sosialisai


terkandung dalam budaya “nyongkolan” dapat Sosialisasi adalah proses pnanaman atau
dilihat dalam analisis berikut ini. mentransfer kebiasaan atau nilai dan aturan
a. Pendidikan dari satu generasi ke generasi lainnya
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
formal menjadi panutan dalam berbagai hal Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi
termasuk pendidikan karakter. Pendidikan sebagai teori mengenai peranan Karena
karakter di sekolah disesuaikan dengan dalam proses sosialisasi diajarkan peran-
tingkat usia perkembangan mental peserta peran yang harus dijalankan oleh individu.
didik. Pendidikan merupakan sebuah d. Kompak
proses yang membantu menumbuhkan, Kompak adalah bersatu padu (dalam
mengembangkan, mendewasakan, mem- menanggapi atau menghadapi suatu
buat yang tidak tertata menjadi semakin perkara Definisi dan arti kata kekompakan
tertata, semacam proses penciptaan sebuah di KBBI adalah perihal kompak.
kultur dan tata keteraturan dalam diri Kekompakan berasal dari kata dasar
maupun dalam diri orang lain (Sutiyono, kompak. Kekompakan memiliki arti dalam
2013: 314). Pendidikan pada hakekatnya kelas nominal atau kata benda sehingga
adalah proses penyempurnaan diri kekompakan dapat menyatakan nama dari
manusia terus menerus yang berlangsung seseorang, tempat, atau semua benda dan
dari generasi yang satu ke generasi yang segala yang dibendakan.
lain (Koesoema A, 2011). Pendidikan e. Silaturrahmi
mempunyai peranan yang sangat penting Menurut kamus besar bahasa indonesia,
dalam menyiapkan sumber daya yang silaturrahmi merupakan tali persaudaraan
berkarakter dan berkualitas. Pendidikan atau persahabatan.
karakter dapat dimaknai sebagai f. Gotong royong
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, Karakter yang terdapat dalam tradisi
pendidikan moral, pendidikan watak yang nyongkolan adalah semangat gotong
bertujuan mengembangkan kemampuan royong dan tolong-menolong untuk
siswa untuk memberikan dengan sepenuh kepentingan pribadi maupun kepentingan
hati keputusan baik-buruk, memelihara umum. Membangun rasa peduli terhadap
apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan sesama dan tentu untuk menjaga keutuhan
itu dalam kehidupan sehari-hari (RAN bangsa dan negara. Sebab itu, pemuda dan
Kemendiknas 2010-2014). Pendidikan anak-anak sekolah sebgai gnerasi bangsa
nilai adalah pendidikan seumur hidup dan selanjutnya sebagai titik tengah yang berada
pendidikan nilai merupakan pembentukan antara kaum tua dan kaum muda berperan
karakter anak didik (Borong, 2007). penting untuk belajar mempertahankan
b. Tanggung jawab dan belajar memberikan contoh yang baik
Tangung jawab adalah tugas yang harus kepada generasi selanjutnya
dilakukan dengan sungguh sungguh dan Semangat gotong royong dan tolong-
tulus. Saat ini nilai tanggung jawab mulai menolong adalah inti dari kebersamaan
menghilang misalnya anak yang harus dalam hidup bermasyarakat. Kepedulian
berbakti kepada orang tua malah sebaliknya, terhadap sesama merupakan karakter
durhaka pada orang tua. Manusia juga penting dalam hidup dalam lingkungan
sering lupa tentang tanggung jawabnya yang sama. Hal yang diharapkan tentu
kepada Tuhan yang telah menciptakan, mempunyai pengaruh positif terhadap
mereka lebih mementingkan duniawi segala tindakan. Mangunhardjana (1986:
dan mengabaikan kepentingan rohani. 29) bahwa: Pemuda mampu menciptakan
Penggambaran nilai tanggung jawab dapat dan membina kebersamaan dan kerja sama
dilihat pada kutipan
Nilai Edukatif dalam Budaya Lombok Nyongkolan (M. Chaerul Jamal Munawir) 47

dengan orang lain sebagai tempat untuk 5. Sistem teknologi dan peralatan
mengembangkan diri dan mencapai tugas 6. Bahasa
pekerjaan bersama, dalam semangat setia 7. Kesenian
kawan dan Bhinneka Tunggal Ika.
C. Nyongkolan
B. Budaya Nyongkolan adalah berasal dari kata
Bahasa indonesia mengartikan kebudayaan songkol atau sondol yang berarti mendorong
dari bahasa Sanksekerta “buddhayah” dari belakang. secara kasar berarti menggiring
(Ahmadi; 2004:56). Yaitu bentuk jamak dari (mengiring -pen) dalam bahasa sasak dialek
buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat Petung Bayan. Nyongkolan adalah prosesi
lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah adat yang dijalankan apabila adanya proses
sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk pernikahan antara Laki-Laki (Terune) dan
: budi daya, yang berarti daya dari budi. Karena Perempuan (Dedare) di dalam suku Sasak.
itu mereka membedakan antara budaya dan Biasanya nyongkolan akan dilaksanakan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi setelah proses akad nikah, untuk waktu bisa
yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan ditentukan oleh kedua belah pihak. Ada yang
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan meringkas dalam satu waktu ada pula yang
rasa tersebut. Secara prinsipil kebudayaan akan melakukan nyongkolan seminggu setelah
itu adalah hasil usaha manusia, baik hasil proses akad nikah dilaksanakan. Upacara
berupa material maupun spiritual dan bahwa nyongkolan biasanya diikuti oleh banyak
kebudayaan itu adalah milik dan warisan sosial, orang, dan pasangan pengantin yang diarak
kebudayaan itu terbentuk dalam dan dengan diperlakukan seperti seorang raja dan ratu yang
interaksi social (Sutiyono, 2011: 46). berjalan diiringkan oleh para pengawal, prajurit
Budaya dapat diukur berdasarkan dan dayang-dayangnya. Oleh karena itulah
karakteristik umum seperti yang dikemukakan pengantin sering pula disebut raja sejelo yang
oleh Robbins (1994) sebagai berikut: (1) Inisiatif artinya raja sehari. Ada kebiasaan yang berlaku
individual, (2) toleransi terhadap tindakan dalam masyarakat, yaitu bahwa jika seseorang
beresiko, (3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan menolak untuk ikut sebagai pengiring dalam
dari manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) acara nyongkolan, maka jika suatu saat orang
sistem imbalan, (9) toleranis terhadap konflik tersebut mengadakan acara nyongkolan, akan
dan, (10) pola-pola komunikasi. banyak pula orang yang akan menolak untuk
Budaya menurut Soekamto berasal dari mengiringinya. Jadi, dengan melihat dari
kata Sansekerta “budayyah” yang merupakan panjangnya barisan, bisalah diketahui apakah
bentuk jamak “budhi” yang berarti akal. sang mempelai termasuk orang yang mudah
Dengan demikian budaya dapat di artikan bersosialisasi atau bukan.
sebagai hal-hal yang berhubungan dengan akal Pada hakikatnya tradisi nyongkolan
dan budi (Soekanto; 1983:166). dihajatkan untuk menjalankan ruh agama itu
A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam sendiri karena dalam kegiatan nyongkolan
bukunya Culture, a Critical Review of ada unsur syiar untuk memperkenalkan kedua
Concepts and Definitions (1952) mengatakan mempelai kepada kaum kerabat dan para tamu
bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau yang hadir, dan dalam kesempatan ini juga
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti kedua mempelai dibawa menemui kedua orang
seluas–luasnya. Culture unsur dari kebudayaan tuanya, sebagai simbul untuk memohon maaf
terbagi dalam 7 unsur yaitu : atas perbuatannya yang telah meninggalkan
1. Religi dan upacara keagamaan rumahnya untuk kawin. Tetapi perlu diingat
2. Sistem organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan nyongkolan tersebut
3. Sistem pengetahuan dilakukan dengan tertib dan teratur dengan
4. Sistem mata pencaharian hidup tidak melanggar norma adat dan agama. Inilah
48 , Vol. 18, No. 1, April 2020: 42 - 50

hakikat nyongkolan yang dihajatkan oleh tokoh pelengkap sehingga menjadi sebuah pakaian
adat, tokoh agama, pemerintah dan masyarakat adat, di antaranya sebagai berikut :
sasak yang cinta akan budayanya.  Sapuk
Adapun proses nyongkolan sebagai Sapuk merupakan mahkota yang digunakan
berikut: sebagai lambang penghormatan kepada
a. Ngiring Tuhan Yang Maha Esa, serta menjaga
Ngiring adalah berjalan dari kediaman pemikiran pemakainnya dari hal-hal kotor
keluarga pengantin pria menuju kediaman dan tidak baik. Ketika acara adat biasanya
keluarga pengantin wanita dengan diiiring oleh pria memakai sapuk jadi atau parade yang
keluarga dan juga masyarakat setempat yang terbuat dari bahan songket benang emas.
biasanya juga diikuti oleh tokoh masyarakat,  Baju
pemuka agama dan juga pemuka adat setempat. Baju pegon merupakan pakaian adat suku
Orang-orang yang melakukan nyongkolan ini sasak yang mendapat pengaruh dari suku
semuanya mengenakan pakaian adat lengkap, jawa dengan mengadopsi model jas eropa,
dimana yang pria juga akan membekal keris baju pegon memiliki lambang keanggunan
atau golok yang diselipkan di pinggang ataupun dan kesopanan. Kain yang digunakan untuk
disandang di punggungnya, sementara yang membuat baju pegon umumnya berwarna
wanita mengenakan kebaya khas Suku Sasak gelap dan tidak bermotif.
lengkap dengan semua aksesorisnya.  Leang atau dodot
Upacara nyongkolan biasanya diikuti oleh Dodot merupakan kain songket yang
banyak orang, dan pasangan pengantin yang berfungsi untuk menyelipkan keris.
diarak diperlakukan seperti seorang raja dan ratu Beragam motif kain songket yang
yang berjalan diiringkan oleh para pengawal, digunakan untuk dodot diantaranya
prajurit dan dayang-dayangnya. Oleh karena subahnale, keker, dan bintang empet yang
itulah pengantin sering pula disebut raja sejelo bermakna semangat dalam berkarya dan
yang artinya raja sehari. Ada kebiasaan yang pengabdian kepada masyarakat.
berlaku dalam masyarakat, yaitu bahwa jika  Kain dalem
seseorang menolak untuk ikut sebagai pengiring Kain dalam dengan Wiron merupakan
dalam acara nyongkolan, maka jika suatu saat jenis kain yang digunakan sebagai penutup
orang tersebut mengadakan acara nyongkolan, tubuh bagian bawah yang meliputi pusar
akan banyak pula orang yang akan menolak sampai mata kaki dengan ujung kain lurus
untuk mengiringinya. Jadi, dengan melihat dari kebawah sebagai lambang tawadhu (rendah
panjangnya barisan, bisalah diketahui apakah hati). Kain yang digunakan biasanya
sang mempelai termasuk orang yang mudah berasal dari bahan batik jawa dengan
bersosialisasi atau bukan. motif tulang nangka atau kain pelung
Tradisi nyongkolan diadakan selain hitam, dapat juga menggunakan motif tapo
untuk mengantar sepasang mempelai ke kemalo dan songket dengan motif serat
rumah keluarga mempelai wanita, juga penginang. Dalam penggunaan kain wiron
dimaksudkan sebagai sarana pengumuman tidak diperkenankan menggunakan kain
kepada masyarakat banyak bahwa pasangan polos berwarna putih atau merah.
yang diiringkan tersebut sudah resmi menikah,  Kris
dan diharapkan juga bahwa tidak akan ada lagi Penggunaan keris sebagai pelengkap
orang yang mengganggu pasangan tersebut. pakaian adat yang melambangkan
kesatriaan dan keberaniaan dalam
b. Baju adat mempertahankan martabat pemakainya.
1. Baju adat laki Dalam atauranya penggunaan keris
Dalam pakaian adat laki-laki suku sebagai lambang adat bagian mukanya
Sasak terdapat 6 perlengkapan yang menjadi harus menghadap kedepan, jika terbalik
Nilai Edukatif dalam Budaya Lombok Nyongkolan (M. Chaerul Jamal Munawir) 49

maka bermakna berperang atau siaga. Pada Ditambah pula penggunaan endit atau
perkembangannya penggunaan keris dapat pending yaitu berupa rantai perak yang
diganti dengan pisau raut atau pemaja. difungsikan sebagai ikat pinggang, onggar-
 Slendang umbak onggar atau hiasan berupa bunga emas
Selendang Umbak merupakan sabuk yang yang diselipkan dibagian konde, giwang
khusus diperuntukkan bagi para pemangku atau anting-anting, serta suku atau ketip
adat atau pengayom masyarakat yang yang terbuat dari uang emas dan perak
dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga yang dibentuk bros, serta kalung.
sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya
berwarna merah dan hitam dengan panjang c. Gendang beleq
berkisar empat meter yang dihiasi dengan Gendang Beleq adalah nama sebuah
kepeng bolong. Seledang umbak sebagai instrumen musik, yaitu gendang berukuran
lambang kasih sayang dan kebijakan bagi panjang lebih dari satu meter yang disandang
pemakainya. pada pundak pemain Kata Beleq dalam bahasa
Dalam pakaian adat wanita suku Sasak Sasak berarti Besar. Tari Gendang Beleq
terdapat 6 perlengkapan yang menjadi merupakan tari perang walaupun tidak ada
pelengkap sehingga menjadi sebuah pakaian gerak yang menunjukkan perkelahian dan
adat, diantaranya sebagai berikut : tidak ada pula yang membawa senjata perang,
 Pangkang karena garapan geraknya selalu menunjukkan
Pangkak merupakan mahkota emas watak maskulin/ sikap jantan. Tari Gendang
berbentuk bunga cempaka dan bunga Beleq dahulu berfungsi sebagai tari pengiring
mawar yang diselipkan disela-sela konde para ksatria yang akan maju ke medan perang
atau sanggul. atau menyambut para pahlawan yang pulang
 Tangkong dari medan perang.
Tangkong merupakan lambang Satu ciri khas dari Tari Gendang Beleq
keanggunan, jenis pakaian ini umumnya ialah bahwa yang menari adalah pemain-
dibuat dari bahan beludru atau brokat dan pemain musik itu sendiri. Karena sifatnya yang
dapat berupa pakaian kebaya dari bahan atraktif, Saat ini, Gendang Beleq ini sering
berwarna cerah atau gelap. kali diadakan untuk mengiringi arak-arakan
 Tongkak pengantin (atau yang biasa disebut Upacara
Tongkak merupakan kain sabuk panjang Nyongkolan) atau arak-arakan anak yang akan
dengan bagian ujung berumbai yang dikhitan, dan untuk penyambutan tamu penting
dililitkan pada bagian pingang sebelah kiri di Bandara International Lombok.
dan digunakan sebagai lambang kesuburan Gendang Beleq dimainkan secara
dan pengabdian. berkelompok. Gendang Beleq terdiri dari dua
 Lempot kelompok Gendang Beleq yang disebut mame
Lempot merupakan kain tenun panjang (laki-laki) dan gendang nine (perempuan) yang
bercorak khas yang disampirkan pada berfungsi sebagai pembawa dinamika. Juga
pundak bagian kiri. Penggunaan selendang terdiri atas sebuah Gendang Kodeq (gendang
ini memiliki makna sebagai perlambang kecil), perembak belek dan perembak kodeq
kasih sayang. sebagai alat ritmis, gong dan dua buah reog,
 Kereng yakni reog nina dan reog mama sebagai
Kereng meruapakan kain tenun songket pembawa melodi. Para pemain memainkan
(kain kereng) sebagai lambang kesopanan Gendang Beleq dengan cara sambil menari.
dan kesuburan yaitu dililitkan dibagian Pemain nya berkisar antara 13 s/d 17 orang.
pingang sampai sebatas mata kaki. Gendang Beleq memiliki nilai filosofis
 Asesoris yang terkandung didalamnya. Masyarakat
Lombok menilai bahwa Gendang Beleq ini
50 , Vol. 18, No. 1, April 2020: 42 - 50

memiliki keindahan, kesabaran, kebijakan dan penduduk, kedamaian. Sudut pandang yang
kepahlawanan yang diharapkan dapat menyatu digunakan adalah sudut pandang pemangku
dengan masyarakat Sasak khususnya. Tari ini adat dan masyarakat stempat. Nilai Edukatif
juga di pertontonkan di sebuah desa agar dapat yang yang bisa di peroleh dalam budaya
menarik para wisatawan yang mengambil paket nyongkolan bertanggung jawab, bersosialisasi,
tour lombok  dan yang menjelajahi Pulau kekompakan, kebersamaan, menjalin
Lombok. hububungan silaturrahmi dan nilai gotong
royong. Hasil penelitian tradisi budaya
nyongkolan adat sasak lombok ini dapat di
jadikan sebagai bahan ajar di SMA kelas XII.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Borrong, R.P. 2007. Pentingnya Pendidikan
Dalam Membangun Kehidupan Bangsa.
KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan
Gambar 1. Penampilan Kendang Beleg dalam Interdisipliner, XIX (2).
acara Nyongkolan di Lombok, Nusa Tenggara Koesoema A, Doni. 2011. Pendidikan Karakter:
Barat. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT Gramedia.
KESIMPULAN Mangunhardjana, A. M. 1989. Pendampingan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kaum Muda. Yogyakarta.
Nilai Edukatif Pada tradisi budaya nyongkolan Noviyanti, Siti Risa., Sutiyono, S. 2017. Bentuk,
Lombok untuk di jadikan Sebagai Bahan Ajar Perubahan Fungsi, dan Nilai-nilai Edukatif
di SMA Kelas XII dapat disimpulkan dari pada Musik Tari Japin Tahlul di Amuntai.
analisis tradisi budaya nyongkolan Lombok. Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni,
Budaya nyongkolan juga harus di apresiasi 15(1), 97-112.
oleh masyarakat lombok karen banyak terdapat Suardana I Wayan. 2009. Pengembangan
nilai edukatif pada budaya tersebut untuk di Metode Analisis Bentuk Dalam Pengajaran
jadikan bahan ajar ke anak sekolah atau di Seni Lukis Di Jurusan Pendidikan Seni
dunia pendidikan untuk menjaga kelestarian Rupa Fbs Uny. Imaji: Jurnal Seni dan
budaya tersebut agar budaya peninggalan Pendidikan Seni.
nenek moyang kita tradisi terdahulu tidak Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu
punah begitu saja, adapun cara mengantisipasi Pengantar. Jakarta: Rajawali 1983.
nya dengan cara memperkenalkan budaya Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
nyongkolan sebagai bahan ajar di sekolah lebih Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
cendrung untuk mengkaji nilai edukatif yang Sutiyono. 2011. Tradisi Masyarakat sebagai
terkadung pada budaya nyongkolan tersebut, Kekuatan Sinkretisme di Trucuk, Klaten.
adapun nilai edukatif yang bisa di peroleh Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16,
dalam budaya nyongkolan bertanggung jawab, No.1, 45-59.
bersosialisasi, kekompakan, kebersamaan, Sutiyono, S. 2013. Penerapan Pendidikan Budi
menjalin hububungan silaturrahmi dan nilai Pekerti sebagai Pembentukan Karakter
gotong royong. Siswa di Sekolah Jurnal Pendidikan
Latar tempat (Kabupaten Lombok Tengah Karakter, Tahun III, Nomor 3, 309-320.
Kecamatan Janapria Desa Langko) latar
sosial kesederhanaan, pendidikan, kearifan

Anda mungkin juga menyukai