Anda di halaman 1dari 8

PERAN REMAJA MILENIAL DALAM MODERASI BERAGAMA

UNIVERSITAS SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

TAHUN 2021

Abstrak

Remaja merupakan fase dimana peralihan antara anak-anak menuju dewasa, yang rentan akan
cara pandang dan berfikir mereka, yang memiliki rasa penasaran yang tinggi apalagi tentang
masalah agama, maka dari itu moderasi beragama sangat penting ditumbuhkan dalam diri
setiap orang sejak dini, dan peran bagi seorang remaja sangatlah penting, mereka membawa
pengaruh penting bagi bangsa, sebagai tonggak majunya sebuah bangsa.

A. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bahasa, agama dan juga adat istiadat,
perbedaan tersebut merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang patut untuk
disyukuridisyukuri. Akan tetapi dengan keberagaman tersebuttersebut, dapat dibayangkan
beragamnya pendapat, pandangan, keyakinan, dan kepentingan masing-masing warga bangsa,
termasuk dalam beragama. Beruntung kita memiliki satu persatuan bahasa, bahasa Indonesia,
sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih dapat dikomunikasikan, dan karenanya
antarwarga bisa saling memahami satu sama lain. Meski begitu, akibat keliru mengelola
Keragaman itu tak urung kadang terjadi.

Dari sudut pandang agama, Keragaman adalah anugerah dan kehendak Tuhan. jika Tuhan
menghendaki, tentu tidak sulit membuat hamba-hamba-Nya menjadi seragam dan satu jenis
saja. Tapi Tuhan memang Maha Menghendaki agar umat manusia beragam, bersuku-suku,
berbangsa-bangsa, dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling
mengenal satu sama lain. Dengan begitu, keragaman itu sangat indah.
Maka dari itu, peran remaja dalam berbagai sangatlah penting, remaja merupakan tongak suatu
bangsa untuk lebih maju, apalagi di jaman yang serba canggih, akan rentan isu tentang agama
yang dapat memecah persatuan akan umat beragama, peran remaja dalam memanfaatkan
teknologi, tentang pentingnya moderasi beragama dan kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. mengapa moderasi beragama sangat penting terutama remaja milenial?


2. Peran apa yang dapat dilakukan remaja untuk menguatkan dalam moderasi beragama?
3. Bagaimana cara menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

1. Mengetahui pentingnya moderasi beragama


2. Mengetahui apa saja peran kita sebagai remaja milenial dalam menguatkan moderasi
beragama
3. Mengetahui apa yang dapat kita lakukan untuk menerapkan nilai moderasi beragama
dalam kehidupan sehari-hari

D. Pembahasan

Keberagaman merupakan hal yang pasti dan tidak mungkin bisa dihapuskan. Ide dasar sebuah
moderasi adalah mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan. Setidaknya terdapat
tiga alasan mengapa kita perlu dalam moderasi beragama:

Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai
makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya. Itu
sebabnya setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan. Untuk mencapai itu,
agama selalu menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan;
agama juga mengajarkan bahwa menjaga nyawa manusia harus menjadi prioritas;
menghilangkan satu nyawa sama artinya dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia.
Moderasi beragama menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Orang yang ekstrem tidak jarang
terjebak dalam praktik beragama di atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya
saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan. Orang beragama dengan cara ini
membandingkan sesama manusia “atas nama Tuhan”, sebaliknya menjaga kemanusiaan itu
sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama.

sebagian manusia sering mengeksploitasi ajaran agama untuk memenuhi kepentingan hawa
nafsunya, kepentingan hewaninya, dan jarang juga untuk melegitimasi hasrat politiknya. Aksi-
aksi eksploitatif atas nama agama ini yang menyebabkan kehidupan menjadi tidak seimbang,
cenderung ekstrem dan berlebihan-lebihan. Jadi, dalam hal ini, pentingnya moderasi beragama
adalah karena ia menjadi cara mengembalikan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya,
dan agar agama benar-benar berfungsi menjaga harkat dan martabat manusia, tidak
sebaliknya.

Kedua , jumlah tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam,
bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan
wilayah. Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut
berkembang dan tersebar. Karya-karya ulama terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tidak
lagi memadai untuk mewadahi seluruh persoalan kemanusiaan.

Teks-teks agama pun mengalami multitafsir, kebenaran menjadi anak pinak; sebagian pemeluk
agama tidak lagi berpegang teguh pada esensi dan hakikat ajaran agamanya, melainkan fanatik
pada tafsir kebenaran versi yang disukainya, dan tafsir yang sesuai dengan kepentingan
politiknya. Maka, konflik pun tak terelakkan. Kompleksitas kehidupan manusia dan agama
seperti itu terjadi di berbagai belahan dunia, tidak saja di Indonesia dan Asia, melainkan juga di
berbagai belahan dunia lainnya. Konteks ini yang menyebabkan pentingnya moderasi
beragama, agar peradaban manusia tidak musnah akibat konflik berlatar agama.
Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama yang diperlukan sebagai strategi
kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak
awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam
berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
telah nyata tanpa mengabaikan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya. Indonesia
disepakati negara agama, tapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari
warganya. Nilai-nilai agama dijaga, dipadukan dengan nilai-nilai kearifan dan adat-istiadat lokal,
beberapa hukum agama yang dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin
berkelindan dengan rukun dan damai.

Dengan tiga alasan tersebut, peran penting terhadap remaja milenial untuk menerapkan serta
menguatkan dalam moderasi beragama, apalagi bagi remaja terpelajar yang seharusnya
memiliki moral dan etika yang beradab, peran remaja milenial dalam moderasi beragama juga
disampaikan oleh kementerian koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan
(kemko PMK) Asdep Thomas Siregar dalam kegiatan Workshop Moderasi Beragama bagi
Kalangan Millennial di Bandung, Jawa Barat

"Milenial dapat mensosialisasikan muatan moderasi beragama dikalangan masyarakat agar


tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun. "

Dengan begitu betapa pentingnya moderasi beragama, terutama dalam kalang remaja milenial,
selain itu Asedep Thomas juga menambahkan pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia

"Moderasi beragama merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan rukun
guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. "
Moderasi beragama terus diagungkan pemerintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa, terutama bagi remaja milenial dikalangan Perguruan tinggi, yang menjadi katalisator
dan dinamisator penguatan moderasi beragama. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Wakil
Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi:

"Perguruan tinggi adalah lembaga akademis. Mahasiswa diharapkan menjadi katalisator


sekaligus dinamisator yang mampu mengedukasi masyarakat dalam penguatan moderasi
beragama, saat ini publik harus mendapat pencerahan tentang pentingnya memiliki
pemahaman adil dan seimbang, demi merawat keharmonisan masyarakat. Termasuk di
dalamnya adalah relasi harmonis antara agama dan negara dalam konteks Indonesia.
Pemahaman keagamaan yang adil dan seimbang seharusnya lebih mudah hadir pada mereka
yang berada dalam atmosfer lingkungan akademis."

Hal tersebut karena dalam lingkungan Perguruan Tinggi tersebut yang diutamakan adalah
dialog inklusif dan terukur dalam menghadapi perbedaan, Oleh karena itu, mahasiswa dan
remaja pun didorongnya agar mampu merawat nilai-nilai yang menjadi hakekat agama dan ilmu
pengetahuan. dalam konteks moderasi beragama, nilai-nilai kemanusiaan itu terkandung dalam
komitmen kebangsaan, toleran, beragama tanpa kekerasan, dan menghormati kearifan lokal.

Moderasi beragama sangat penting, akan tetapi jika tidak diterapkan, sangatlah percuma, dan
sama saja hanya mempelajari teori tanpa ada aksi. Dan bagaimana cara untuk menerapkan
moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari?

Pertama, memahami realitas. Dikemukakan bahwa Islam itu relevan untuk setiap zaman dan
waktu (shalih li kulli zaman wa makan). Disebutkan juga bahwa ajaran Islam itu ada yang tetap
dan tidak bisa dirubah –seperti shalat lima waktu, dan ada juga yang bisa dirubah karena waktu
dan tempat –seperti zakat fitrah dengan beras, gandum, atau sagu tergantung yang menjadi
makanan pokok pada masyarakat itu.

Kedua, memahami fiqih prioritas. Umat Islam yang bersikap moderat sudah semestinya mampu
memahami mana-mana saja ajaran Islam yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.
Mana yang fardlu ‘ain (kewajiban individual) dan mana yang fardlu kifayah (kewajiban
komunal). Di samping memahami mana yang dasar atau pokok (ushul) dan mana yang cabang
(furu).

Ketiga, memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama. Ada istilah bahwa agama
itu mudah, tapi jangan dipermudah. Pada saat mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-
Asy’ari ke Yaman untuk berdakwah, Nabi Muhammad saw. berpesan agar keduanya
memberikan kemudahan dan tidak mempersulit masyarakat setempat.

E. Kesimpulan

Keberagaman merupakan hal yang pasti dan tidak mungkin bisa dihapuskan. Ide dasar
sebuahmoderasi adalah mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan. Moderasi
beragama terus diagungkan pemerintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
terutama bagi remaja milenial dikalangan Perguruan tinggi, yang menjadi katalisator dan
dinamisator penguatan moderasi beragama. Hal tersebut karena dalam lingkungan Perguruan
Tinggi tersebut yang diutamakan adalah dialog inklusif dan terukur dalam menghadapi
perbedaan, Oleh karena itu, mahasiswa dan remaja pun didorongnya agar mampu merawat
nilai-nilai yang menjadi hakekat agama dan ilmu pengetahuan. dalam konteks moderasi
beragama, nilai-nilai kemanusiaan itu terkandung dalam komitmen kebangsaan, toleran,
beragama tanpa kekerasan, dan menghormati kearifan lokal.

F. Saran
Dalam karya tulis ilmiah tersebut masih terdapat banyak kesalah dan kekurangan, kami
berharap pembaca dapat menikmati hasil karya tulis ilmiah kami, serta dapat memberi saran
maupun masukan agar kami dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang akan lebih baik
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemenkopmk.go.id/millenial-berperan-penting-sebagai-agen-moderasi-beragama

https://www.iainpare.ac.id/moderasi-beragama-sebagai-perekat/

https://nasional.kompas.com/read/2021/09/24/16331221/wamenag-harap-mahasiswa-jadi-
katalisator-penguatan-moderasi-beragama

https://nasional.kompas.com/read/2021/06/11/14504331/milenial-berperan-penting-
wujudkan-program-moderasi-beragama

https://nasional.kompas.com/read/2021/05/20/11160661/wapres-ingin-perguruan-tinggi-
bersinergi-dengan-pemerintah-soal-moderasi

Anda mungkin juga menyukai