Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKEKAT BAIK DAN BURUK DALAM ILMU AKHLAK


Mata Kuliah Akidah Akhlak
Dosen Pembimbing : Dra. Sariah M.Pd

Oleh:
Nurazizah Tamsil (12010520056)
Widia Oktaviani (12010527401)
Ika Annisa Fitri (12010520047)
Zefi Zarita (12010527263)
Afri Drajad (12010510098)
Armayadha Sihombing (12010520055)
Munawarah Lestari (12010522644)

KELAS 1 C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1442 H/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Akidah Akhlak.
Makalah ini berjudul ”HAKEKAT BAIK DAN BURUK DALAM
ILMU AKHLAK”. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Kami selaku penulis menerima kritik dan saran
dari pembaca terutama dosen mata kuliah.
Kami sangat membutuhkan saran-saran dari pembaca terutama dosen
mata kuliah untuk menjadikan makalah ini lebih baik untuk masa yang
akan datang.

Pekanbaru, 11 Desember 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik dan Buruk...................................................................2

B. Ukuran Baik dan Buruk.........................................................................2

C. Aliran – aliran tentang Baik dan Buruk.................................................4

D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam.................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik
atau buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan
untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu
baik atau buruk sehingga dapat dilatar belakangi sesuatu yang mutlak dan
relatif.

Pernyataan – pernyataan tersebut perlu jawaban dan dapat dijadikan


rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk
memiliki indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah
adalah Bagaimana ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Baik dan Buruk ?


2. Apakah Ukuran Baik Buruk dalam ilmu akhlak?
3. Apa sajakah aliran baik dan buruk?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Baik dan Buruk


2. Untuk mengetahui ukuran yang dipakai dalam menilai baik dan buruk
3. Untuk mengetahui aliran baik buruk

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik dan Buruk

Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut


baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.1
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair (dalam bahasa
Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good =
that which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan kata baik
adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa
Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik
adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang
dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam
adalah adanya keselarasan antara perilaku manusia dan alam manusia
tersebut. Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia
dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh
pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu
definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku
yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan
terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku,
seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras
dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur
kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali
dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki
tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.

B. Ukuran Baik dan Buruk

Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat
1
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014. Hlm 198

2
baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika
telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini
disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan yang berbeda
satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan
persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
2. Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia
dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya
manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut
baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan
terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman –
pengalaman yang mereka miliki.2
3. Adat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu
menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku.
Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya
ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi. Masing –
masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan
tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari.
Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian
menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan
anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka
anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan
mereka.3
4. Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau
masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang
berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing
individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran
tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya.
Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang
dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk.
5. Norma Agama
2
Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001. Hlm 203
3
Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002. Hlm 105

3
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan
buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan
ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan
individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai
dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma
agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan
Yang Maha Suci.

C. Aliran – aliran tentang Baik dan Buruk

Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan


dan karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui
fitrah manusia.
Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang
mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya :
1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( sosialisme)
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat
yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang
teguh pada adat dipandang baik dan orang yang menentang dan tidak
mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara
adat.
Adat istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad
Amin mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat yang
tertentu dan menganggap baik bila mengikutinya,mendidik anak-anaknya
sesuai dengan adat istiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka,
bahwa adat istiadat itu akan membawa kepada kesucian,sehingga apabila
seseorang menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari
golongan bangsanya.4
2. Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tuah, karena
berlatar pada pemikiran filsfat Yunani, khususnya pemikiran filsafat
Epicurus (341-270 SM), yang selanjutnya dikembangkanoleh cyrenics

4
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2014. Hlm 201

4
sebagaimana telah diuraikan diatas, dan belakangan ditumbuh kembangkan
freud.
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang banyak
mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran
ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,
melainkan adapula yang mendatangkan kesedihan, dan apabila ia disuruh
memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan,maka yang dilakukan
adalah yang mendatangkan kelezatan. Epicurus sebagai peletak dasar paham
ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau keezatan itu adalah tujuan
manusia.tidak ada kebaikan dalm hidup selain kelezatan dan tidak ada
keburukan kecuali penderitaan. Dan akhlaq itu tak lain dan tak bukan adalah
berbuat untuk menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan.
Keutamaan itu tidak mempunyai nilai tersendiri,tetapi nilainya terletak pada
kelezatan yang menyertainya.

3. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (humanisme)


Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan
sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau
akibatnya. Kekuatan batin itu disebut juga kata hati adalah merupakan
potensi rohaniah yang secara fitrah yang ada pada diri setiap orang. Paham
ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan instinct
batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang.
Kekuatan batin ini terkadang berbeda refleksinya, karena pengaruh masa dan
lingkungan, akan tetapi dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh
manusia. Apabila ia melihat sesuatu perbuatan ia mendapat semacam ilham
yang dapat membertahu nilai perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan
buruknya. oleh karena itu, kebanyakan manusia sepakat mengenai
keutamaan seperti benar, dermawan, berani, dan mereka juga sepakat
menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, kikir dan pengecut.
Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia,
tidak terambil dari keadaan luarnya. Kita diberinya kemampuan untuk
membedakan antara baik dan benar, sebagai mana kita diberikan mata untuk
melihat dan diberi telinga untuk mendengar.

4. Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme

5
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai
dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang
tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam pahan ini keyakinan teologis,
yakni keimanan kepada tuhan sangat memegang peranan penting, karena
tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang
bersangkut tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini
dianggap yang paling baik dalam praktek. Namun terdapat pula keberatan
terhadap aliran ini, yaitu karena ketidak umuman dari ukuran baik dan buruk
yang digunakannya.
Diketahuia bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-
masing. Agama Hindu, Yahudi, Kristen dan islam, misalnya, masing-masing
memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baikdan buruk yang satu dan
lainnya berbeda-beda. Poedjawijatna mengatakan bahwa pedoman itu tidak
sama, malahan di sana- sini tampak bertentangan: misalnya tentang
poligami, talak dan rujuk, aturan makan dan minum, hubungan suami dan
istri dan sebagainya.

D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam

Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk al-qur’an danal-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis
dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula
yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada
yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah, khairah.
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-raghib al- Asfahani
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
disukai atau dipandang baik. Al-hasanah terbagi menjadi 3 bagian, pertama
hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan dan hasanah
dari segi pancaindera. Pemakaian kata al-hasanah kta jumpai pada ayat-ayat
yang berbunyi :
ُ ‫اِنَّقلى اَحْ َسـنُ ِه َي بِالَّتِ ْي َو َجا ِد ْلهُ ْم ْال َح َسنَـ ِة َو ْال َموْ ِعظَـــ ِة َم ِة بِ ْال ِح ْك َربِّكَ َسبِيْـــ ِل اِ ٰلـىا ُ ْد‬
‫ع‬
َ ‫﴾بِ ْال ُم ْهتَـــــ ِد ْينَا َ ْعلَ ُم َوهُ َو َسبِيْـــلِه َع ْن‬١٢٥
َ َّ‫ض َّل بِ َم ْن اَ ْعلَ ُم ه َُو َرب‬
﴿‫ك‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

6
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q.S al-Nahl, 16: 125)”.
Adapun kata at-tayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan
sesuatu yang memberikan kelezatan kepada pancaindera dan jiwa seperti
makan dan sebagainya. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi :
“Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari
makanan yang baik-baik yang kami berikan kepadamu. (Q.S. al-baqarah,
2:57)”.

Selanjutnya kata al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang


baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala
sesuatu yang bermanfaat misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi “
َّ ‫بِ ِه َما يَطَّوَّفَ أَ ْن َعلَ ْي ِه ُجنَا َح فَاَل ا ْعتَ َم َر أَ ِو ْالبَيْتَ َح َّج فَ َم ْن ۖهَّللا ِ َش َعائِ ِر ِم ْن َو ْال َمرْ َوةَ ال‬
‫صفَا إِ َّن‬

‫ۚ َعلِي ٌم َشا ِك ٌر اللَّهَفَإِنَّ َخ ْيرًاتَطَ َّو َع َو َم ْن‬


Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar
Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah,
maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan
barangsiapa yang melakukan kebaikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui
(Q.S. al-baqarah, 2: 158)”.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian
ini bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.

Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa
arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid,
mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan

Beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik


dan buruk diantaranya : Baik dan buruk menurut aliran adat istiadat
(sosialisme), aliran hedonisme, aliran humanisme dan aliran menurut paham
religiosisme.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada. 2014.

Zahri, Mustafa. Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 2001.

Valiudin, Mir. Tasawuf dalam AlQur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.

Anda mungkin juga menyukai