Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK DAN TASAWUF

STANDAR BAIK DAN BURUK BERDASARKAN AJARAN AKHLAK, MORAL


DAN ETIKA

Dosen Pengampu : Riski Gunawan,M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 3 :

1. Lika Dini Almayda : 2171010023


2. Mutialatul Hasanah : 2171010053

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Akhlak dan Tasawuf yang berjudul “Standar baik dan buruk berdasarkan ajarn akhlak, moral
dan etika” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk pemenuhan tugas matakuliah Akhlak dan Tasawuf yang diampu oleh bapak Riski
Gunawan,M.Pd.

Kami dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa makalah makalah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran membangun sangatlah berarti bagi kami
untuk kedepannya dalam pembuatan makalah. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya apa bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.

Bandar Lampung, 18 Maret 2022


Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
A. Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak, Moral dan Etika .......................... 2
B. Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme, Naturalisme, Idealisme, Ilmu
Kalam dan Tasawuf .................................................................................................................. 8
BAB III................................................................................................................................................ 11
PENUTUP............................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbuatan manusia ada yang baik dan ada pula yang tidak baik. Kadang kala disuatu
tempat, perbuatan itu bisa dianggap salah atau buruk. Penilaian terhadap suatu perbuatan
adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan antara tolak ukur yang digunakan
dalam hal penilaian tersebut. Perbuatan tolak ukur ini disebabkan oleh adanya perbedaan
agama, kepercayaan, cara berpikir, ideologi, lingkungan hidup dan lain sebagainya.
Adanya perbedaan presepsi, budaya, ideologi, potensi jiwa yang diberkahi Tuhan.

Istilah baik dan buruk merupakan dua kata yang banyak digunakan untuk menentukan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Pembicaraan mengenai baik dan buruk
penting karena dua alasan. Pertama, persoalan ini menjadi pembahasan utama ilmu akhlak
sekaligus menjadi inti keberagaman seseorang. Kedua, mengetahui pandangan Islam
tentang persoalan ini ditengah maraknya berbagai aliran yang memperbincangkan
persoalan ini.

Pernyataan baik dan buruk dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik
atau buruk sehingga dapat dilatar belakangi sesuatu yang mutlak dan relatif. Pernyataan-
pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan indikator yang pasti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan baik dan buruk?
2. Apa saja konsep aliran-aliran dalam hal baik dan buruk?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui apa pengertian baik dan buruk
2. agar mengetahui konsep aliran-aliran baik dan buruk
3. untuk mengetahui standar baik buruk dari segi hedonisme, idealisme, naturalisme,
ilmu kalam dan tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak, Moral dan Etika
Dalam ilmu akhlak kita berjumpa dengan istilah baik buruk, benar salah, apakah yang
kita pakai itu benar atau salah dan apakah kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat untuk
baik atau buruk.

a. Pengertian Baik dan Buruk


1. Pengertian Baik
Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan dari kata khoir dalam
bahasa arab. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
yang luhur, bermanfaat, menyenangkan dan disukai manusia, baik berarti sesuatu
yang pantas dikerjakan dan diusahakan serta dikehendaki. Louis Ma’luf dalam
kitabnya Munjid mengatakan bahwa, yang disebut baik adalah sesuatu yang telah
mencapai kesempurnaan.1 Sesuatu yang baik adalah yang memenuhi hasrat dasar
manusia.2
Beberapa pengertian baik yang dijelaskan dari berbagai sumber antara lain :
1. Ali bin Abi Thalib. (w.40 H). Kebaikan adalah menjauhkan diri dari larangan,
mencari sesuatu yang halal dan memberikan kelonggaran kepada keluarga.3
2. Ibnu Maskawih. Kebaikan adalah yang dihasilkan oleh manusia melalui
kehendaknya yang tinggi.
3. Baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian, dan seterusnya (Webster’s New Twentieth Century
Dictionary, 789).

2. Pengertian Buruk
Dalam bahasa Arab yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr dan diartikan
sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seharusnya, tidak sempurna dalam
kualitas, dibawah standar kurang dalam menilai.

1
Louis Ma’luf,Munjid,(Beirut,Daarul Masyrik.Mansoor,Sofia,Pengantar.Penerbitan.BandungITB)1966.hlm104
2
Anwar, Rosihun. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
3
M.Syatori, ilmu akhlak, Bandung: lisan, 1987, hlm. 38-39

2
Dalam beberapa kamus ensiklopedia dihimpun pengertian buruk sebagai
berikut :
1. Louis Ma’luf. Buruk lawan baik, kata yang menunjukkan sesuatu yang tercela
dan berdosa.
2. Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna, kualitasnya dibawah
standar, kurang dalam nilai.
3. Rusak /tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek. Perbuatan yang
tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan. Segala yang tercela,
lawan baik, lawan pantas, lawan bagus perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma agama, adat istiadat di masyarakat yang berlaku.

b. Pengertian Akhlak, Moral dan Etika


1. Akhlak
Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di renungkan
lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil,
rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut
akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri
hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai,
yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam,
akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu
akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan
harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi
diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :“ Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
3
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik,
atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at
Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

 Akhlak kepada Allah, Sesama manusia, dan Lingkungan.


a. Akhlak kepada Allah
1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir
kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
3. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh
karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak
mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.

b. Akhlak kepada diri sendiri


1. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk
ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah
dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan

4
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai
dengan aturan-Nya.
3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang
menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

c. Akhlak kepada ibu bapak


Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan
ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam
bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak
sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika
sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

d. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan
oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari
komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua.
Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh
karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam
komunikasisemua pihak dalam keluarga. Dari komunikasi semacam itu akan
lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota
keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan
demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul
menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi
penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan
dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa
selanjutnya.

5
e. Akhlak kepada lingkungan
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada
manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak
terlepas dari tujuan

2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata
“Mores” bersinonim dengan mos, moris, manner, mores, atau manners, morals.”
Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran adat,
konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua macam
adat, yaitu :
1. Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang
sudah lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi,
nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan
dengan ajaran-ajaran yang berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan
As-Sunnah;
2. Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat,
tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan
kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas kuburan setiap malam Selasa atau
Jumat. Seluruh kebiasaan yang mengandung kemusyrikan dikategorikan
sebagai adat yang fasidah , atau adat yang rusak. Berbicara tentang moral berarti
berbicara tentang tiga landasan utama terbentuknya moral, yaitu :
1. Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat
sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan dan pembuatnya bisa seorang
raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan
oleh kebudayaan masyarakat yang penciptanya tidak pernah diketahui,
seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas
Islam, sumber moral dari wahyu Alquran dan As-Sunnah , sedangkan
Pencipta standar moralnya Allah SWT., yang telah menjadikan para nabi dan
rasul, terutama Nabi Muhammad SAW. yang menerima risalah-Nya berupa
sumber ajaran Islam yang tertuang di dalam kitab suci Alquran. Nabi
Muhammda SAW. Adalah pembuat sumber kedua setelah Allah SWT.;

6
2. Objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralisosial
yang berasal dari adat, objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat
yang sifatnya lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu, artinya
tidak bersifat universal, tetapi teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan
objeknya adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf.
3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan kepada target tertentu, misalnya
bertujuan untuk ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan,
dan sebagainya. Dalam moralitas Islam, tujuan moral adalah mencapai
kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Contohnya moralitas yang berkaitan
dengan pola makan yang dianjurkan Alquran surat Al-Baqarah;168.

3. Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat
kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan
yang substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap
tingkah laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang
tingkah laku manusia dalam perspektif filsafat. Etika adalah tingkah laku manusia
yang ditransmisikan dari hasil pola pikir manusia Etika dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pandangan benar dan salah menurut ukuran rasio;
2. Moralitas suatu tindakan yang didasarkan pada ide-ide filsafat;
3. Kebenaran yang sifatnya universal dan eternal;
4. Tindakan yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan
manusia;
5. Sistem nilai yang mengabadikan perbuatan manusia di mata manusia lainnya;
6. Tatanan perilaku yang menganut ediologi yang diyakini akan membawa
manusia pada kebahagiaan hidup;
7. Simbol-simbol kehidupan yang berasal dari jiwa dalam bentuktindakan konkret;
8. Pandangan tentang nilai perbuatan yang baik dan yang buruk yang bersifat
relatif dan bergantung pada situasi dan kondisi;
9. Logika tentang baik dan buruk suatu perbuatan manusia yang bersumber dari
filsafat kehidupan yang dapat diterapkan dalam pergumulan sosial, politik,
kebudayaan, ekonomi, seni, profesionalitas pekerjaan, dan pandangan hidup
suatu bangsa.
7
c. Standar Baik dan Buruk
Di dalam diri manusia ada dua potensi : ada potensi baik dan buruk.ada Akhlak
baik ada Akhlak buruk. Definisi Akhlak yang termaktub dalam kitab ihya Ulumuddin
yaitu kitabnya imam Al-Ghazali,imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang.
Standar yang baik dan buruk adalah adalah Al Qur’an hadits, dimana ad konsep agama
maka disitulah ada standar baik dan buruknya,dalam belajar itu ada fardhu’ain,fardhu
kifayah,sunah,hal”yang berhubungan dengan aqidah, fiqh, Tasawuf, itu adalah wajib.
Di dalam aqidah mutlak wajib Seseorang untuk mengetahuinya sehingga dia terlepas
daripada taqlik.Taqlik itu adalah mengikuti secara membabi buta kan syar’i nya.

B. Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme, Naturalisme, Idealisme, Ilmu
Kalam dan Tasawuf

Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begitu juga patokan yang


digunakan orang untuk menentukan baik buruknya manusia.

Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia. Dan
dapat disimpulkan bahwa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik
dan buruk diantaranya :

a. Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah “kebahagiaan”
karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan
itu baik, dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kenikmatan merupakan
kebaikan alamiah dan satu-satunya kebaikan, sedangkan kesakitan adalah keburukan
alamiah.4

b. Aliran Naturalisme

4
Gorhom Graham, Teori-Teori Etika, (Bandung: Nusa Media, 2014),hlm.61.

8
Naturalis adalah aliran yang didalamnya mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah
memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan
pembawaan lainnya yang mana pembawaan akan berkembang sesuai dengan
lingkungan alami bukan ingkunan yang dibuat-buat.

c. Aliran Idealisme
Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seseorang
berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas
dasar “kemauan sendiri” atau “rasa kewajiban.” Sekalipun dikecam dan dicela oleh
orang lain, perbuatan baik itu tetap dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban
yang tertanam dalam rohani manusia.
2. Faktor yang paling penting memengaruhi manusia adalah “kemauan” yang
melahirkan tindakan yang konkrit dimana yang menjadi pokok disini adalah
“kemauan baik.”
3. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yakni “rasa kewajiban.”
Dengan demikian, menurut aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor
terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu “kemauan
yang baik” adalah menjadi dasar pokok dalam etika idealisme.

d. Aliran Ilmu Kalam


Pandangan ilmu kalam mengenai baik dan buruk :
1. Pandangan Mu’tazilah
Salah satu pendapatnya yang rasionalistis adalah pandangannya tentang
perbuatan baik dan buruk manusia pada prinsipnya masalah ini berkaitan erat
dengan prinsip keadilan dimana Tuhan maha adil yang menunjukkan
kesempurnaan pada segala hal pada manusia ajaran ini bertujuan ingin
menunjukkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia karena alam
semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Ajaran tentang keadilan ini
terkait erat dengan perbuatan manusia, manusia menurut mu'tazilah melakukan dan
menciptakan perbuatannya sendiri terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan
baik secara langsung atau tidak. Kalau manusia berbuat baik dan buruk sudah pasti
ada konsekuensi.

9
2. Pandangan Qadariyah
Aliran ini mengatakan bahwa dalam masalah perbuatan baik dan buruk
manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada dan qadar. Menurut paham
ini perbuatan manusia merupakan hasil usaha manusia itu sendiri dan bukan
perbuatan Tuhan, artinya manusia mempunyai kemampuan untuk mengerjakan
dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan
Tuhan.
3. Pandangan Jabariyah
Paham jabariyah merupakan pecahan dari aliran qadariyah dimana
manusiamewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan akan
tercapai dalam paham aliran jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas
perbuatannya, yang menentukan perbuatan itu adalah kehendak Allah.
4. Pandangan Asy’Ariyah
Pandangan Asy'riyah mengenai perbuatan baik dan buruk, sungguh sangatlah
berbeda dengan aliran-aliran yang lain aliran ini sangat menolak keras bahwa
perbuatan baik dan buruk yang berasal dari akal, Asy'riyah mengemukakan
argumentasinya untuk membenarkan atas konsep kebaikan dan keburukan yang
berasal dari akal yaitu jika akal yang menentukan kebaikan dan keburukan, maka
tidak akan pernah perbuatan buruk itu menjadi baik.

e. Tasawuf
Menurut aliran tasawuf nilai baik dan buruk sesuatu itu bisa dilihat dari perasaan
bahagia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,
menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran yang mempengaruhi dalam
penentuan baik dan buruk ini adalah hedonisme, naturalisme, idealisme, ilmu kalam dan
tasawuf.

Baik atau buruk itu relatif sekali karena tergantung pada pandangan dan penilaian
masing-masing yang merumuskan, dengan demikian nilai baik atau buruk menurut
pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena bergantung pada individu yang
menilainya.

B. Saran

Secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-beda,
sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan
akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan
tujuan akhir dari semua itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik. Dengan kata lain
semuanya ingin bahagia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihun. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Gorhom Graham, Teori-Teori Etika, (Bandung: Nusa Media, 2014)

M.Syatori, ilmu akhlak, Bandung: lisan, 1987.

http://zakiyatunnisakurniawan.blogspot.com/2012/12/standar-baik-dan-buruk-
berdasarkan.html

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_4IA._1090538.pdf

http://debysezuli.blogspot.com/2015/03/makalah-aliran-aliran-akhlak-tentang.html

https://www.academia.edu/40522323/STANDAR_BAIK_DAN_BURUK_DALAM_PAND
ANGAN_HEDONIS_NATURALIS_IDEALIS

https://joelbuloh.blogspot.com/2020/11/konsep-baik-dan-buruk-menurut-aliran_4.html

https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/06/baik-dan-buruk-menurut-akhlak-tasawuf.html

dlscrib.com-pdf-makalah-akhlak-taswuf-standar-baik-dan-buruk-dalam-ajaran-
dl_36576a18a12b55b185ee15edf598739f.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai