Dosen Pembimbing :
Tgk Syakbi, S.Pdi, M. Ag
Disusun Oleh :
ZAHRAH MUIDAH
KHAIRUN BADRIAH
MAKHSAL MENA
M. RAMADHANI
Segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini,
serta salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga di hari kiamat nanti kita mendapatkan syafaat darinya.
Amin ya Rabba Alaamin.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
maupun sarannya dari pembaca makalah ini. Sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULAN
Rasulullah SAW adalah Uswatun Hasanah, yaitu teladan bagi setiap manusia
yang hidup di dunia. Sebagai umatnya disunahkan untuk mencontoh keteladanan
beliau. Namun dalam kebanyakan kajian sering orang mengartikan dan
memaknainya secara sempit. Mereka menganjurkan untuk mengamalkan sunah-
sunah Rasulullah SAW, tanpa menekankan bahwa Rasulullah SAW itu adalah suri
tauladan dan melaksanakan keteladanan beliau maka semestinya harus menjadi
teladan bagi orang lain, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
1
Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2005), cet.I, h. 163.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis (lugbatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Berakar dari
kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq ”Pencipta”,
makhluk (yang diciptakan) dan khalq(pnciptaan). Dengan asal tersebut maka
definisi akhlaq adalah tata perilaku seseoang terhadap orang lain dan
lingkungannya.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik. Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup
pengertian terciptanya keperpaduan antara kehendak Khaliq(Tuhan) dengan
perilaku makhluq (manusia).
Keteladan akhlak akan tercermin dalam diri setiap manusia dalam perkataan
dan perbuatan mereka sehari-hari, karena pada dasarnya sikap adalah cerminan hati
seseorang, sesungguhnya dalam diri setiap manusia itu ada segumpal darah
manakala segumpal darah itu baik maka baik lah seluruh tubuhnya, manakala
segumpal darah itu buruk maka baik pula seluruh tubuh, segumpal darah itu adalah
hati.
Hati harus selalu dijaga dan dilatih sejak lahir, hati juga memerlukan nutrisi
yang baik seperti halnya jasmani, nutrisi bagi hati adalah pelajaran tentang
keimanan, dan ibadah seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an dan
memperbanyak berdzikir pada Allah SWT, Agar hati dapat melahirkan cerminan
akhlak yang baik.
6
1. Akhlak terhadap manusia, yaitu:
a. Diri sendiri
b. Sesama manusia lainnya (Rasulullah SAW, keluarga, karib kerabat,
tetangga dan masyarakat).
2. Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu makhluk lain seperti hewan, tumbuh-
tumbuhan, alam dan lingkungan sekitar.2
Hamka mengatakan Surah an-Nisa ayat 36, mengandung arti bahwa tetangga
dekat yaitu tetangga yang seagama, tetangga jauh yaitu tetangga yang berlainan
agama. Penyebutan tetangga dekat dan tetangga jauh disini supaya keduanya sama-
sama dihormati menurut taraf pelayakannya. Ziarah- menziarahi pada suasana
kegembiraan, lawat-melawat seketika ada yang sakit, jenguk-menjenguk seketika
ada kematian. Apabila seorang muslim mukmin bertetangga dengan orang yang
berlain agama, si muslim wajib lebih dahulu memperlihatkan ketentuan agama ini
di dalam hidupnya. Bukan satu siasat mengambil muka, tetapi didorong oleh
perintah agama, menentukan hukum dosa dan pahala, haram dan wajib. Rasulullah
Shallalahu ‘alahi Wasallam bertetangga dengan orang Yahudi di Madinah. Apa saja
hal- hal yan gterjadi pada suasana bertetangga, Rasulullah menunjukkan kemuliaan
beliau.3
2
11. Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
cet.3, h. 352.
3
Hamka, Tafsir al- Azhar, Juz V, (Jakarta: PT Pustaka Panji Emas, 1999), h. 65
7
keteladanan akhlakul karimah dan membuang jauh-jauh akhlak mazmumah
(buruk). Itulah sebabnya tidak heran orientalis Michael H.Hart yang diterjemahkan
oleh Mahbub Djinaidi mengatakan:4
َ ََ ْ ِز َ ِ ِ ر ر ر َ ر
5َام لاز ىُ يِما ْلاز ِ ر ِن يي ِصوُز ُ ِ يْ ِ رز
ن ََّ َز
)وا س لم لا بخماي اول ه( َُص ر َن واُ زن ُه زن ُو َ و ز
4
Michael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1994), h. 15
5
Yulian Purnama, “Akhlak Islam Dalam Bertetangga”. Artikel Muslim Or Id, 12 Oktober 2012
8
Artinya : “Jibril tidak henti-hentinya berwasiat kepadaku (agar berbuat baik)
dengan tetangga, sehingga aku mengira bahwasanya dia mewariskannya” (HR.
Bukhori [6014] dan Muslim [2625]).
Dengan banyaknya hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran islam dalam
penerapan etika bertetangga yang disebut diatas. Maka masalah yang muncul yaitu
apakah Al-Quran dan Al-Hadisnya yang kurang jelas ataukah karena penafsiran
yang berkembang selama ini kurang menyentuh aspek sosial. Penulis hendak
mencoba mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadis yang menyentuh aspek
pendidikan akhlak baik secara terSurah maupun tersirat.
1. Tolong Menolong
Allah Ta’ala berfirman :
2. Memberi Sesuatu
6
Penerjemah/Penefsir Al-Quran, Al-Quran Tikrar, Kementerian Agama RI, 2014, h. 106
9
Allah Ta’ala berfirman :
7
Penerjemah/Penefsir Al-Quran, Al-Quran Tikrar, Kementerian Agama RI, 2014, h. 106
10
Tegasnya, perlakuan seorang muslim untuk memenuhi hak tetangga nonmuslim
telah dijelaskan perbedaannya oleh syari'at Islam. Setiap muslim wajib menaati
ketentuan ini dan tidak boleh melanggarnya dengan dalih yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam sendiri. Hadis yang diriwayatkan oleh al- Thahawy diterangkan bahwa
tetangga itu adalah empat puluh buah rumah di sebelah depan, belakang, kiri dan
sebelah kanan rumah seseorang. Dan semua penghuni rumah-rumah itu adalah
menjadi keluarga tetangganya. Dengan pengertian ini, sebuah perkampungan yang
hanya dihuni oleh seratus buah rumahtangga, misalnya, jika rumah salah seorang
terletak di tengah-tengah perumahan yang lain, maka semua penghuni kampung
menjadi kerabat tetangganya atau kerabat sekampung. Akan tetapi oleh Al-Quran
ditegaskan adanya tetangga dekat dan ada tetangga jauh. Sebagai tetangga,
semuanya (yang dekat dan yang jauh) mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Perbedaannya ialah pada prioritas. Tetangga yang lebih dekat lebih diprioritaskan
pada hak dan kewajiban dari tetangga yang lebih jauh.
Menurut analisis penulis bahwa umat Islam untuk bermasyarakat telah memiliki
tuntunan tersendiri, termasuk untuk hidup bertetangga. Hidup bertetangga tidak
sedikit masalah yang muncul.Problematika yang ada, terutama masyarakat yang
beragam, umumnya menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan
dan lingkungan. Persaingan tidak sehat dapat menjurus kepada hal-hal yang negatif.
Masalah keamanan berkait dengan gangguan terhadap harta benda dan
keluarga.Masalah lingkungan yang menonjol adalah soal kebersihan dan sampah.
Semua problem itu harus ada solusinya.
Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi dan dilaksanakan. Hakdan kewajiban tetangga secara umum sama,
11
namun secara khas adalah berbeda.Hakdan kewajiban tetangga yang masih ada
hubungan keluarga tentunya berbeda dengan orang lain. Demikian pula hak-
kewajiban tetangga sesama muslim tidaklah dapat disamakan dengan orang-orang
non muslim.
Hak kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain
saling hormat-menghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal
bersama pada suatu lingkungan sosial tertentu.Tiap tetangga harus berusah
amenghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman ,tidak sebaliknya. Adapun
hak-kewajiban yang berbeda antara lain masalah keimanan dan ibadah. Hanya
tetangga yang sesama muslim saja yang dapat saling mendoakan, memintakan
ampun dan menshalatkan jenazahnya.
Akhlaq terhadap masarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan
atau kehidupaan. Kita harus memperhatikan saudara (kaum muslim semuanya) dan
juga tetangga kita. Tetangga selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Seperti
yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya
sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Dari hadits shahih bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak masuk sorga orang yang tetangganya tidak aman dari
keburukannya” (H.R Muslim).
12
1. Bertamu dan menerima tamu
a. Bertamu
Sebelum memasuki rumah, yang bertamu hendaklah meminta izin kepada
penghuni rumah dan setelah itu mengucapkan salam.
Dengan Firman ALLAH SWT:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (QS. An-Nur 24: 27)
Rasulullah SAW bersabda:
“Jika seorang di antara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu tidak
diizinkan, maka hendaklan dia kembali.” (HR. Bukhari Muslim)
Meminta izin kepada pemilik rumah dilakukan maksimal tiga kali itu memiliki
sebab, diantaranya:
1) Ketukan pertama sebagai isyarat kepada pemilik rumah bahwa telah
kedatangan tamu.
2) Ketukan kedua memberikan waktu untuk membereskan barang-barang yang
mungkin berantakan dan menyiapkan segala sesuatu yang piperlukan.
3) Ketukan ketiga biasanya pemilik rumah sudah siap membukakan pintu. Akan
tetapi bisa saja pada waktu ketukan kedua pemilik rumah sudah membukakan
pintu, tergantung situasi dan kondisi pemilik rumah.
Namun bila pada ketukan ketingga tetap tidak dibukakan pintu, kemungkinan
pemilik rumah tidak bersedia menerima tamu atau sedang tidak berada di rumah.
Merujuk firman Allah SWT:
“Jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali
(saja) lah ”, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersiih bagimu dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nur 24:28)[10]
13
Etika dalam bertamu yaitu sebagai berikut:
1) Dilarang untuk Mengintip di Jendela.
2) Sopan saat bertamu.
3) Pilihlah waktu yang tepat dan jangan terlalu lama.
4) Tidak merepotkan.
b. Menerima tamu
Salah satu akhlak yang terpuji dalam Islam adalah menerima dan memuliakan
tamu tanpa membedakan status sosial. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
14
akan menodai kesucian cinta itu. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa bersikap
wara’ dalam bergaul dengan lawan jenis.
4. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah bisa diartikan sebagai persaudaraan di antara umat
islam, dimana persaudaraan diantara seorang muslim diibaratkan sebagai bangunan
yang kokoh yang sedang menguatkan. Sebagai umat islam, ada hal-hal yang harus
ditunaikan anatar sesama umat islam sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah
dalam sabdanya:
“Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia
mengundangmu, penuhilah, apabila dia meminta nasehat kepadamu berilah
nasehat, apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, ucapkanlah
Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah dan apabila dia meninggal dunia,
antarkanlah jenazahnya” (HR. Bukhari Muslim)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Akhlak secara bahasa adalah budi pekerti atau perangai. Sedangkan menurut
istilah ialah suatu pengetahuan yang menjelaskan arti baik buruk, tujuan
perbuatan, dan juga sebagai pedoman yang harus diikuti untuk menjadi syarat
terbentuknya masyarakat yang baik lagi islami.
2. Akhlak bertujuan untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya.
3. Bahwa akhlak yang baik itu sangat berperan penting dalam membangun
peradaban dalam bermasyarakat.
4. Akhlak itu dapat mengantarkan seorang hamba dekat dengan Tuhannya, orang
yang suka berderma akan dekat dengan Allah, dekat dengan Syurga, dekat
dengan manusia, serta jauh dari neraka. Maka dari itu, kita harus memahami
pentingnya perananan akhlak di dalam masyarakat menurut pandangan agam
Islam.
B. Saran
Penulis menyusun Makalah ini untuk memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah
agama dengan pokok bahasan mengenai “Akhlak terhadap masyarakat”, maka
penulis akan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebagai manusia kita memang tidak akan pernah luput dari kesalahan. Namun,
betapa ruginya kita terlahir ke dunia ini bila hanya dihabiskan untuk melakukan
hal-hal buruk apalagi sampai menggangu keamanan dan kenyamanan dalam
berinteraksi antar sesama manusia. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila kita
berinteraksi sesama makhluk-Nya dengan didasari oleh akhlak yang baik.
16
2. Sebagai seorang muslim, kita tentunya diwajibkan untuk berakhlak yang baik
bukan hanya kepada sesama muslim saja, akan tetapi juga kepada mereka-
mereka yang tidak seagama dengan kita.
3. Sebagai manusia muslim yang beriman hanya kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala, sudah sepatutnya kita berakhlak yang baik kepada sesama makhluk-Nya,
terlebih lagi kepada Allah SWT. Sebagai pencipta kita.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://anurwasilah.blogspot.com/2012/03/paper-akhlak-bermasyarakat-dan.html
Diakses hari Juma’at Tanggal 24 Oktober 2014
http://nurhudabiover.blogspot.com/2014/04/makalah-aik-ii-akhlak-bermasyarakat-
dan_3.html Diakses hari Juma’at Tanggal 24 Oktober 2014
http://blog.umy.ac.id/divtaiqbal/2012/11/19/makalah-akhlak-bermasyarakat/
Diakses hari Sabtu Tanggal 25 Oktober 2014
18