Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ALIRAN-ALIRAN TENTANG KRITERIA BAIK DAN BURUK”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen pengampu:
Hendrisab, S.Pd.I, M.A

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 PBI-2A

AZ ZAHWA MUHARANY (2323004)


RESTU RAHMADANI (2323006)
MELDA PUTRI NURI (2323023)
ZURRIYATUS SYAKIRO (2323022)
N URFATIMAH (2320108)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS

TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN SJECH M.

DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2023/2024
KATAPENGANTAR

Puji beserta syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kita semua kekuatan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah yg berjudul “Peran dan Fungsi Pendidikan Islam” seperti
waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah yang sederhana ini bisa
dipahami oleh semua orang khususnya para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika ada kata yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 9 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTARISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

Latar Belakang ................................................................................ 1


Rumusan Masalah ........................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2

Pengertian Akhlak ........................................................................... 2


Pengertian Akhlak Baik dan Tercela ................................................ 2
Aliran Akhlak Tentang Kriteria Baik dan Buruk .............................. 3

BAB III PENUTUP .................................................................................... 7

Kesimpulan..................................................................................... 7

REFERENSI ............................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia ingin memperoleh kehidupan yang baik bahkan yang terbaik.
Setiap manusia memilki sikap dan karakter yang berbeda-beda. Apabila seseorang
memilki sikap atau perangai yang baik, maka orang tersebut di anggap baik. Sebaliknya
jika ada orang yang memiliki sikap dan perangai yang jelek maka orang tersebut
dianggap memiliki akhlak yang jelek pula. Baik buruk tentu memiliki ukuran yang tidak
sama hal ini terbukti dengan adanya sesuatu yang baik menurut seseorang atau kelompok
tapi dianggap tidak baik oleh kelompok lainnya. Untuk kepentingan memahami baik dan
buruk tentu diperlukan adanya standar yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu Akhlak?
b. Bagaima Akhlak Terpuji dan Tercela?
c. Apa-apa saja Aliran-aliran akhlak tentang kriteria baik dan buruk?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa it akhlak
b. Untuk mengetahui bagaimana akhlak terpuji dan tercela
c. Untuk mengetahui identifikasi aliran akhlak tentang kriteria baik dan buruk

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak


Dalam Islam, akhlak mengacu pada perilaku, sikap, dan moralitas seseorang.
Akhlak mencakup aspek etika, moralitas, dan tata krama yang diatur oleh ajaran agama
Islam. Akhlak adalah bagian penting dari ajaran Islam yang melibatkan hubungan antara
manusia dengan Allah dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia.
Kata akhlak sesungguhnya tidak asing lagi bagi telinga kita, karena kata ini sering
kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata akhlak seringkali dikonotasikan dengan
istilah baik contohnya orang itu berakhlak berarti orang itu baik. Manusia perlu memiliki
akhlak yang baik agar bisa diterima di masyarakat dan hidup di dalamnya. Jika manusia
memiliki akhlak yang buruk maka hidupnya akan dikucilkan oleh masyarakat.
Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu
‫ أخالق‬yang mengandung arti "budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat". Sedangkan
secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat yang melekat dalam jiwa dan
menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang spontan, mudah, tanpa
memerlukan pertimbangan.1
Berdasarkan makna diatas, dapat dipahami bahwa apa yang konkrit dari setiap
aktivitas, sangat dientukan oleh kondisi jiwa pelakunya yang berupa tingkah laku, perangai,
dan tabiat. Disinilah kemudian Imam Al- Ghozali berfikir, sebagaimana yang telah dikutip
oleh M. Hasyim Syamhudi dalam bukunya yang berjudul "Akhlak Tasawuf" bahwa “jika
kondisi jiwa itu melahirkan aktivitas indah dan terpuji, baik menurut kal dan syara’, maka
hal tersebut dinamai akhlak yang baik, namun bila yang keluar itu adalah aktivitas yang
buruk maka dinamai akhlak yang buruk”.

2.1 Pengertin Akhlak Terpuji dan Tercela

a. Akhlak terpuji
Akhlak terpuji atau akhlak mulia yang disebut dengan Al akhlak Al Mahmudah atau
Al akhlak Al Karimah. Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang dikehendaki oleh Allah
subhanahu wa ta'ala dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Akhlak
ini dapat diartikan sebagai akhlak orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah.
Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam dan norma-norma aturan yang berlaku.
b. Akhlak tercela
Akhlak tercela disebut juga akhlak mazmumah yang artinya akhlak yang tidak
dibenarkan oleh agama Islam. Akhlak tercela ini harus dijauhi karena dapat
mendatangkan mudarat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Akhlak tercela artinya
akhlak atau tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain serta
meletakkan dosa beberapa contoh akhlak tercela yaitu sifat sombong, iri dengki
takabur dan lainnya hal atau tidak ini artinya akhlak yang yang dibenci oleh Allah
subhanahu wa ta'ala.

1
Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, (Yogyakarta: UNY Perss,
2008), 88.
2
2.2 Aliran-aliran Akhlak tentang Kriteria Baik dan Buruk
a. Naturalisme
Aliran naturalisme ini berpendapat bahwa sesuatu dalam dunia ini menuju
kepada tujuan dengan memenuhi panggilan alam setiap suatu akan dapat sampai
kepada kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah atau naluri manusia itu
sendiri yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah apakah sesuai dengan
keadaan alam apabila alam apabila alami maka itu dikatakan baik sedangkan
apabila tidak alami di pandang buruk.
Keberadaan peradaban dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari
lahirnya Islam. Islam lahir dengan membawa sejuta peradaban dan kebudayaan
masyarakat. Kalau diukur jarak dan waktu yang dipakai dalam tonggak-tonggak
sejarah, Islam telah berhasil mencapainya seolah-olah hanya dalam tempo
sekejap saja. Mukjizat ini terjadi karena Islam mempunyai kemampuan untuk
memelihara prinsip dan identitasnya. 2
Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia adalah sesuai
dengan fitrah atau naluri manusia sendiri baik mengenai fitur lahir maupun fitrah
batin naturalisme menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan daripada
setiap manusia didapatkan dengan jalan memenuhi panggilan alam atau kejadian
manusia itu sendiri. Benda-benda dan tumbuhan juga termasuk di dalamnya,
menuju kepada yang satu, tetapi dapat dicapainya sebagai secara otomatis tanpa
pertimbangan titik hewan menuju kepada tujuannya dengan naluri
kehewanannya, sedangkan manusia menuju dunia itu dengan nada akal
pikirannya.
b. Idealisme
Aliran idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seorang
yang berkebangsaan Jerman. Salah satu pokok pandangan akhlak idealisme dapat
disimpulkan sebagai berikut 3
1). Wujud yang paling dalam ke wujud yang paling rendah dari kenyataan
(hakikat) adalah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena
dianjurkan orang lain melainkan atas dasar kemauan diri sendiri. Sekalipun
diancam dan dicela orang lain, perbuatan baik itu dilakukan juga karena adanya
rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
2). Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah kemauan yang
melahirkan tindakan yang konkret dan yang menjadi pokok di sini adalah

2
Ada dua faktor pergantian yaitu: 1). Lingkungan : Mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan. 2) Warisan
:Bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan berpindah pada cabang-cabangnya.
3
Kant Immanuel, 1724-1804
3
kemauan baik.
3). Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakan yaitu rasa kewajiban. Dengan demikian, maka menurut aliran
ini kemauan adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindak-tindakan
yang nyata oleh karena itu kemauan yang baik adalah menjadi dasar pokok dalam
akhlak idealisme.
Menurut Kant, untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik maka
kemauan yang perlu ditemukan dengan satu hal yang akan menyempurnakan yaitu
perasaan kewajiban. Jadi ada kemauan yang baik kemudian disertai dengan perasaan
kewajiban menjalankan suatu perbuatan maka terwujudlah perbuatan ada tindakan yang
baik sebaliknya jika kita berkemauan untuk melakukan tindakan yang jelek disertai
dengan perasaan yang berkewajiban jelek juga maka kita akan melakukan perbuatan yang
tindakannya jelek juga.
Perlu jelaskan bahwa rasa kewajiban ini terlepas dari kemanfaatan, dalam arti
kalau kita mengerjakan sesuatu karena perasaan berkewajiban maka kita tidak boleh
perlu memikirkan apa untung dan ruginya jadi pekerjaan perbuatan itu. Jadi rasa ke baju-
baju tidak dapat dirasati lagi kepada elemen-elemen yang lebih kecil dalam arti
kewajiban itu hanya kewajiban semata.
c. Utiliatarianisme
Maksud dari aliran utitialisme adalah agar manusia dapat menjadi
kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua makhluk yang
memiliki perasaan. Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang
melakukan perbuatan itu saja, sebagaimana dikatakan oleh berikut Epicrua, tetapi
kelezatan semua yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si
pembuat, dikala menghitung buah perbuatannya, jangan sampai berat sebelah
dirinya, tetapi harus menjadikan sama antara kebaikan dirinya kebaikan orang
lain.
Aliran ini melihat suatu perbuatan yang baik bila perbuatan itu
bermanfaat. Jadi tolak ukur perbuatan itu terletak pada kegunaannya jika tolak
ukur berlaku pada perorangan maka disebut individual, dan jika berlaku pada
masyarakat disebut sosial.
Pada masa sekarang ini aliran utilitarianisme cukup mendapat perhatian
titik kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengacu kepada
konsep kemanfaatan sebagaimana paham utilitarianisme.
Namun demikian, paham ini lebih melihat kegunaan sesuatu itu dari segi
materialistik. Faktor-faktor non materi diabaikan, contohnya orang tua jompo
semakin kurang dihargai karena secara material tidak lagi memberikan manfaat.
Padahal orang tua juga itu masih berguna dimintai untuk menasehat-nasehatnya
dorongan moril oleh karena pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Selain itu
paham ini juga dapat melakukan atau menggunakan apa saja yang dianggap
berguna sepanjang itu memberikan manfaat.

4
d. Vitalisme
Aliran ini memahami kebaikan itu sebagai suatu kekuatan dalam diri
manusia. Aliran ini berpendapat bahwa baik itu adalah kekuatan untuk
melakukan orang lain yang lemah. Nampaknya bahwa paham ini lebih
menyerupai hukum rimba siapa yang kuat maka dialah yang menang, dan yang
menang itulah dianggap baik.
Aliran ini banyak dipraktekkan oleh para penguasa feodalitik zaman
dahulu. Sehingga munculnya kekuatan-kekuatan politik yang dikenal seperti
federalisme, kolonialisme, dan diktaktor. Kekuatan tersebut menjadi simbol
sosial kemasyarakatan yang memiliki pengaruh cukup kuat. Penguasa yang
memiliki kekuatan itu memiliki kewibawaan sehingga perbuatan dan
perkataannya bisa menjadi ketetapan dan pedoman bagi masyarakatnya. Di
zaman modern ini paham dalam aliran ini sudah tidak mendapatkan tempat lagi
titik masyarakat sekarang ini sudah memiliki wawasan demokratis akibat dari
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Hedonisme
Aliran ini berpandangan bahwa tujuan akhir dari hidup dan kehidupan
manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan itu diperoleh
dari perbuatan-perbuatan yang banyak mendatangkan kenikmatan atau
kelezatan dan kepuasan nafsu biologis. Dalam memandang kebahagiaan,
aliran hedonisme terbagi menjadi dua golongan yaitu, satu yang berorientasi
pada kebahagiaan diri sendiri. Golongan ini berpendapat bahwa manusia itu
seharusnya banyak menjadi kebahagiaan untuk dirinya. Segala upaya dalam
kehidupan ini selalu berorientasi kepada kebahagiaan dirinya. Bila seseorang
diperhadapkan alternatif pilihan apakah suatu perbuatan harus dilakukan atau
ditinggalkan, maka yang harus dilihat untuk dipertimbangkan adalah tingkat
kenikmatan atau kesengsaraan yang ditimbulkan oleh perbuatan itu titik kalau
tingkat kenikmatan yang lebih besar maka perbuatan itu dikatakan baik tetapi
kalau tingkat kesengsaraannya lebih besar maka perbuatan itu digolongkan
buruk.
Golongan kedua yaitu yang berorientasi pada kebahagiaan bersama.
Aliran ini berpandangan bahwa manusia seyogianya mencari kebahagiaan itu
untuk sesama manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini.
Nilai baik atau buruk dari suatu perbuatan adalah kesenangan atau
kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbuatan itu. Akibat dari perbuatan itu
bukan hanya untuk dirasakan oleh diri sendiri tetapi perbuatan itu dirasakan
oleh semua makhluk. Seluruh makhluk ikut merasakan kebahagiaan yang
ditimbulkan oleh perbuatan itu.
Oleh karenanya setiap orang yang melakukan perbuatan harus
mempertimbangkan keseimbangan antara oleh karenanya setiap orang yang
melakukan perbuatan harus mempertimbangkan keseimbangan antara
5
kenikmatan terhadap dirinya dan untuk orang lain. Kebersamaan harus
menjadi dipertimbangkan utama suatu perbuatan itu akan bernilai keutamaan
baik bila mendatangkan kebahagiaan kepada manusia meskipun berakibat
kepedihan kepada sebagian kecil orang atau bahkan kepada dirinya sendiri
f. Evolusi dan Agama
Mereka yang mengikuti aliran ini mengatakan bahwa segala sesuatu
yang ada di alam ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya
menuju kepada kesempurnaannya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku
pada benda-benda yang tampak seperti binatang manusia dan tumbuhan tetapi
juga berlaku pada benda yang tak tampak dapat dilihat dari gerabah oleh
panca indra seperti akhlak dan moral.
Pengikut paham ini berpendapat bahwa segala perbuatan akhlak itu
tumbuh dengan sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit demi sedikit
lalu berjalan menuju kepada cita-citanya di mana cita-cita ini ialah yang
menjadi tujuan maka perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu dan
buruk bila jauh darinya. Tujuan manusia dalam hidup ini mencapai cita-cita
itu atau mendekati sedapat mungkin. Sedangkan agama memandang baik dan
buruk adalah ketika seorang itu bisa mengerjakan apa amal baik itu telah
dikatakan berakhlak baik dan apabila seseorang itu berbuat keburukan maka
akhlak mereka. Baik buruk dalam agama itu sama halnya dengan wajib
apabila kita kerjakan kita berpahala dan apabila kita tinggalkan kita berdosa.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Baik dan buruk menurut seseorang dengan yang lainnya pasti tidaklah sama.
Hal ini sering ditemui dalam suatu menurut orang tertentu dan nggak baik namun
orang lain menganggap buruk. Karena itu untuk dapat menentukan apakah suatu itu
dalam gambar atau buruk diperlukan adanya ukuran atau standar yang dapat
digunakan untuk mengukur suatu tersebut titik dengan adanya hal tersebut maka baik
dan buruk tersebut meskipun pandangan orang tentang baik buruk bervariatif, tetapi
bisa diukur dengan standar tersebut.
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertiannya
bersifat subjektif karena bergantung pada individu yang menilainya. Dari segi bahasa
baik adalah terjemahan dari kata Khair dalam bahasa Arab atau good dalam bahasa
Inggris. Leuwis ma'ruf dalam kitabnya munjid mengatakan bahwa disebut baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.

7
REFERENSI
Ibn Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlâq wa Tathhîr al-A‟raq. Mesir : alMaktabat al-Mishriyyah, 1934.

Jamil Shaliba, al-Mu'jam al-Falsafi, Juz I, Mesir: Dar al-Kitab al-Mishri, 1978.

Rachmat Djatnika. Sistem Ethika Islami. Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1969.

Anda mungkin juga menyukai