Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PANDANGAN MANUSIA SEBAGAI PAHAM DASAR DALAM PSIKOTERAPI


AGAMA ISLAM

Diajukan untuk memenuhi prasyarat mata kuliah Psikoterapi Agama Islam

Disusun Oleh :

Syahrul Ramadhan: 2622165

Muna Annisa Imadha: 2622163

Zahratunnisa: 2622194

Dosen Pengampu:

Afrinaldi M.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam tidak lupa pula kami
sampaikan kepada Nabi junjungan kita yakninya Muhammad Salallhu alaihi wasallam beserta
para sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Selanjutnya, terimakasih kami ucapkan
kepada bapak Afrinaldi M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Psikoterapi agama
islam . Yang mana beliau telah memberikan arahan kepada kami dalam penyusunan makalah
ini. Semoga kebaikan beliau dibalas oleh Allah dengan balasan yang jauh lebih baik.

Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami konsep dasar belajar Kedua
memenuhi tugas diskusi dan pembuatan makalah secara kelompok. Adapun manfaat makalah
ini adalah sebagai wahana pembelajaran evaluasi pembelajaran agar dapat dipelajari oleh
seluruh mahasiswa/mahasiswi khususnya jurusan Bimbingan dan Konseling. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna, karena itulah kritik dan
saran yang membangun dari bapak/ibu dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bukittinggi, 2 Maret 2024

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDHULUAN .................................................................................................... iv

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... iv


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... iv
C. TUJUAN .................................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................1

A. HAKIKAT MANUSIA ...........................................................................................2


B. UNSUR PENCIPTAAN MANUSIA .....................................................................3
C. TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN .....................................................................5
D. KARAKTERISTIK MANUSIA .............................................................................6
E. STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA MENURUT ISLAM ........................12
F. SEBAB TIMBUL KONFLIK PADA JIWA MANUSIA ..........................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................20

A. KESIMPULAN ......................................................................................................20
B. SARAN .................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengakapi dengan
semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi pengemban tugas dan
fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi (Ramayulis dan Nizar,) Konsep manusia
dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan
yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya Agar konsep manusia yang
kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti
bertanya pada zat yang mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT

Secara terminology Al-Ghazali menyatakan bahwa, manusi merupaka ciptaan Allah


yang terdiri atas unsur jasmani dan rohani Namun jika manusia ingin hidup sesuai dengan
fitrahnya, sehingga akan membedakan dirinya dengan makhluk Allah lainnya maka
hendaklah ia mempergunakan unsur psikisnya secara dominan. Jika manusia tidak kehilangan
esensinya sebagai manusia (Ramayulis dan Nizar,2009:19)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Manusia
2. Bagaimana Unsur Penciptaan Manusia
3. Apa Tujuan Manusia Diciptakan
4. Bagaimana Karakteristik Manusia
5. Bagaimana Struktur Kepribadian Manusia Menurut Islam
6. Apa Yang Menyebabkan Konflik Pada Jiwa Manusia

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia
2. Untuk Mengetahui Unsur Penciptaan Manusia
3. Untuk Mengetahui Tujuan Manusia Diciptakan
4. Untuk Mengetahui Karakteristik Manusia
5. Untuk Mengetahui Sruktur Kepribadian Manusia
6. Untuk Mengetahui Penyebab Konflik Pada Jiwa Manusia
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengakapi dengan
semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi pengemban tugas dan
fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi (Ramayulis dan Nizar,
2009:57). Pembicara tentang manusia adalah pembicaraan tentang diri kita sendiri, suatu
pembicaraan yang tidak pernah tuntas dan berakhir.
Manusia dalam persektif Islam berbeda dengan konsep manusia dalam
pandangan-pandangan agama selain Islam. Konsep manusia dalam pandangan Islam adalah
konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia
sebagai objek formal dan materialnya.Agar konsep manusia yang kita bangun bukan
semata-mata merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada zat yang
mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT,
Secara etimologi istilah manusia didalam empat kata yang dipergunakan, yakni
Penggunaan kata al-Insan pada umumnya digunakan untuk menggambarkan keistimewaan
manusia penyandang predikat khalifah dimuka bumi. Sekaligus dihubungkan dengan
proses penciptaannya. Keistimewaan manusia tersebut karena manusia merupakan makhluk
psikis disamping makhluk pisik. Psikis manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan
tertinggi derajatnya dibandung makhluknya yang lain. Dengan membangun nilai-nilai tersebut,
akhirnya manusia mampu mengemban Amanah Allah dimuka bumi (Ramayulis dan
Mulyadi,2016:16).
Secara terminology Al-Ghazali menyatakan bahwa, manusi merupaka ciptaan
Allah yang terdiri atas unsur jasmani dan rohani Namun jika manusia ingin hidup sesuai
dengan fitrahnya, sehingga akan membedakan dirinya dengan makhluk Allah lainnya maka
hendaklah ia mempergunakan unsur psikisnya secara dominan. Jika manusia tidak kehilangan
esensinya sebagai manusia (Ramayulis dan Nizar,2009:19)
Manusia dalam pandangan psikologi Islam telah memiliki seperangkat potensi,
disposisi, dan karakter unik. Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan,
keislaman, keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecenderungan menerima kebenaran dan
kebaikan, dan sifat baik lainnya. Semua potensi itu bukan diturunkan dari orang

1
tua melainkan diberikan Allah SWT sejak dari alam perjanjian (mitsq) (Mujid,
2010:89).

B. UNSUR PENCIPTAAN MANUSIA


Pada penciptaan manusia, ada orientalitas yang bingung mengenai dengan sejumlah rumusan
yang berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur‟an. Ada ayat yang
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah, saripati air
yang hina, air yang tertumpah dan mani yang terpancar (Mulyadi, 2004)
Bila diamati lebih dalam dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua jenis
yaitu dari benda padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah yang sudah
mengandung air (thin), tanah liat (hama‟), dan tembikar (shalshal). Benda cair berbentuk air
mani.Penciptaan manusia dari tanah surat Ali Imran: 59
ٍ ‫ّٰللاِ َم ََث َ ِو ٰادَ ًَ ۗ َخيَقَٔٗ ٍِ ِْ ذ ُ َشا‬
ُُْ٘ ‫ ُن‬َٞ َ‫ب ث ُ ٌَّ قَا َه ىَٔٗ ُم ِْ ف‬ ‫ ِع ْْذَ ه‬ٚ ٰ‫ْس‬ٞ‫ا َُِّ ٍَث َ َو ِع‬
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) „Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia
menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah
sesuatu itu”.
Pada ayat tersebut, Allah SWT menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa
penciptaan nabi Isa a.s. sama dengan penciptaan nabi Adam a.s yaitu sama-sama dari tanah.
Penciptaan nabi Isa a.s memang dari unsur sel telur yang berasal dari ibunya. Tetapi perlu
diingat bahwa sel telur itu berasal dari darah, sedangkan darah dari makanan, dan makanan
tumbuh dari tanah. Maka, nabi isa a.s juga berasal dari tanah. (Salman Harun 2016).
Surat al-Kahfi: 37
ۗ ‫س ه٘ىلَ َس ُخ ا‬
‫ًل‬ ْ ُّّ ِْ ٍِ ٌَّ ُ ‫ب ث‬
َ ٌَّ ُ ‫طفَ ٍح ث‬ ْ ‫ُ َحا ِٗ ُس ٗ ٓٗٓ ا َ َمفَ ْشخَ ِتاىَّ ِز‬ٝ َُ٘ َٕٗ ُٗٔ‫احث‬
ٍ ‫ َخيَقَلَ ٍِ ِْ ذ ُ َشا‬ٛ ِ ‫ص‬َ َٗٔ‫قَا َه ى‬
“Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya, Apakah
engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?”
Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw untuk menceritakan kepada kaum
muslimin tentang kisah seorang yang sombong, pemilik pertanian yang hasilnya melimpah
ruah. Orang tersebut telah ditegur oleh kawannya dan diingatkan bahwa dia diciptakan dari
tanah dan pasti akan kembali kepadanya. Tetapi ia terus saja membangkang. Dia baru sadar
setelah seluruh kekayaannya sirna.

2
Surat al-Hajj: 5
َِِّٞ ‫ ِْش ٍُ َخيَّقَ ٍح ِىُّْ َث‬ٞ‫ضغَ ٍح ٍُّ َخيَّقَ ٍح َّٗ َغ‬ ْ ُّّ ِْ ٍِ ٌَّ ُ ‫ب ث‬
ْ ٍُّ ِْ ٍِ ٌَّ ُ ‫طفَ ٍح ث ُ ٌَّ ٍِ ِْ َعيَقَ ٍح ث‬ ِ ‫ة ٍَِِّ ْاى َث ْع‬
ٍ ‫ث فَ ِاَّّا َخيَ ْق ْٰ ُن ٌْ ٍِّ ِْ ذ ُ َشا‬ ُ َّْ ‫ُّ َٖا اى‬َٝ‫ا‬ٝٗٓ ٰ
ٍ ْٝ ‫ َس‬ْٜ ‫اط ا ُِْ ُم ْْر ُ ٌْ ِف‬
‫ ا َ ْسرَ ِه‬ٚٗٓ‫ َُّشدُّ اِ ٰى‬ٝ ِْ ٍَّ ٌْ ‫ َٗ ٍِ ْْ ُن‬ٚ‫ُّر ََ٘فه‬ٝ ِْ ٍَّ ٌْ ‫شذَّ ُم ٌْ َٗ ٍِ ْْ ُن‬
ُ َ‫ ث ُ ٌَّ ُّ ْخ ِش ُخ ُن ٌْ ِط ْف اًل ث ُ ٌَّ ِىر َ ْثيُغُ ْٓٗ٘ا ا‬ًَّٚ ‫س‬ ٗٓ
َ ٍُّ ‫ ا َ َخ ٍو‬ٚ‫ ْاْلَ ْس َح ِاً ٍَا َّش َۤا ُء ا ِٰى‬ِٚ‫ىَ ُن ۗ ٌْ َُّٗ ِق ُّش ف‬
ْۢ ْ َ‫خ ٗ َست‬ َ ٌٍ ‫َ ْعيَ ٌَ ٍِ ْۢ ِْ تَ ْع ِذ ِع ْي‬ٝ ‫ ًَْل‬ٞ‫ْاىعُ َُ ِش ِى َن‬
ٍ‫ْح‬ِٖٞ َ‫د َٗا َ ّْثَر َْد ٍِ ِْ ُم ِّو صَ ْٗ ْۢجٍ ت‬ َ ْ ‫ َٖا ْاى ََ ۤا َء ا ْٕر ََّض‬ْٞ َ‫ض ٕ َِاٍذَج ا فَ ِارَآٗ اَ ّْضَ ْىَْا َعي‬
َ ‫ ْاْلَ ْس‬ٙ‫ْـًٔ ۗا َٗذ ََش‬ٞ‫ش‬
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna agar
Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat
tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah
bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang
indah”.(Muhimmatul Hasanah, 2015)
Dalam ayat ini Allah menyapa Manusia dan menerangkan bahwa mereka diciptakan
dari tanah, kemudian berproses dari zigot sampai janin. Lalu Manusia lahir menjadi kanak-
kanak dan dewasa. Ada yang kemudian meninggal dan ada pula yang diberi usia lanjut.
Penciptaan manusia dari thin Menurut Al-Asfahani, kata thin bermakna tanah yang sudah
bercampur air atau tanah basah.surat al-An‟am: 2 ٓٗ َ‫ ِع ْْذ‬ًَّٚ ‫س‬ ْ ‫ٕ َُ٘ اىَّز‬
َ ٍُّ ‫ اَ َخ اًل َۗٗا َ َخ ٌو‬ٚ ٗٓ ٰ‫ ٍِْ ث ُ ٌَّ قَض‬ٞ‫ َخيَقَ ُن ٌْ ِ ٍّ ِْ ِط‬ِٛ
َُْٗ ‫“ ث ُ ٌَّ ا َ ّْر ُ ٌْ ذ ََْر َُش‬Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian
kamu masih meragukannya”.surat al-„Araf: 12 ِْ ٍِ ْٜ َِْ‫ ٌْش ِ ٍّ ُْْٔ َخيَ ْقر‬ٞ‫قَا َه ٍَا ٍََْ َعلَ ا َ َّْل ذ َ ْس ُدذَ اِرْ اَ ٍَ ْشذُلَ ۗقَا َه اَّ َ۠ا َخ‬
ٍِْ ٞ‫( َّّ ٍاس َّٗ َخيَ ْقر َٔٗ ٍِ ِْ ِط‬Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak
bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari
tanah.”surat as-Sajadah: 7 ٍِْ ٞ‫اُ ٍِ ِْ ِط‬
ِ ‫س‬ ِ ْ َ‫ءٍ َخيَقَٔٗ َٗتَذَا َ خ َْيق‬ْٜ ‫ش‬
َ ّْ ‫اْل‬ َ ‫سَِ ُم َّو‬ ْٗٓ ‫“ اىَّز‬Yang memperindah
َ ْ‫ اَح‬ِٛ
segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.surat
ash-Shaffat: 11 ٍ ‫ ٍِْ َّْل ِص‬ٞ‫شذ ُّ خ َْيقاا ا َ ًْ ٍَّ ِْ َخيَ ْقَْا ۗاَِّّا َخيَ ْق ْٰ ُٖ ٌْ ِ ٍّ ِْ ِط‬
‫ب‬ َ َ ‫“ فَا ْسر َ ْفرِ ِٖ ٌْ ا َ ُٕ ٌْ ا‬Maka tanyakanlah kepada
mereka (musyrik Mekah): „Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang
telah Kami ciptakan itu?‟ Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat”.

3
ۤ
surat Shad: 71 dan 76 ٍِْ ٞ‫ خَا ِى ْۢ ٌق َتش اَشا ِ ٍّ ِْ ِط‬ْٜ ِِّّ‫اِرْ قَا َه َستُّلَ ِى ْي ََ ٰي ِٕى َن ِح ا‬ “(Ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. ‫َقا َه‬
ٍِْ ٞ‫ ٍِ ِْ َّّ ٍاس َّٗ َخيَ ْقر َٔٗ ٍِ ِْ ِط‬ْٜ َِْ‫ ٌْش ِ ٍّ ُْْٔ َخيَ ْقر‬ٞ‫(“ اَّ َ۠ا َخ‬Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena
Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Penciptaan
manusia dari shalshal ,Shalshal adalah tembikar kering yang berongga yang dibuat dari tanah.
Sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-Qur‟an
dibuat dari hama‟ yaitu tanah liat yang sedikit berbau.
Tanah itu dibentuk (Masnun) menjadi shalshal tersebut. Kata tersebut diulang tiga
kali didalam Al-Qur‟an. surat al-Hijr: 26, 28 dan 33 َ ‫ص ْي‬
ٍُ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ٍِّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬ َ ِْ ٍِ َُ‫سا‬ ِ ْ ‫َٗىَقَذْ َخيَ ْقَْا‬
َ ّْ ‫اْل‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur
ۤ
hitam yang diberi bentuk” ٍُ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ِ ٍّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬ َ ِْ ٍِّ ‫ خَا ِى ْۢ ٌق تَش اَشا‬ْٜ ِِّّ‫“ َٗاِرْ قَا َه َستُّلَ ِى ْي ََ ٰي ِٕى َن ِح ا‬Dan
َ ‫ص ْي‬
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.
َ ‫ص ْي‬
ٍُ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ٍِّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬ َ ِْ ٍِ َٗٔ ‫“ قَا َه ىَ ٌْ ا َ ُم ِْ ِّْلَ ْس ُدذ َ ِىثَش ٍَش َخيَ ْقر‬Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan
sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” Isyarat tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan
„alaqah lebih jauh dijabarkan dalam Q.S Al-Mu‟minun ayat 12-14: ِْ ٍّ ِ ‫س ٰييَ ٍح‬ ِ ْ ‫َٗىَقَذْ َخيَ ْقَْا‬
َ ّْ ‫اْل‬
ُ ِْ ٍِ َُ‫سا‬
ٌَّ ُ ‫س َّْ٘ا ْاى ِع ٰظ ٌَ ىَحْ اَا ث‬َ ‫ضغَحَ ِع ٰظ اَا فَ َن‬ ْ َُ ‫ضغَحا فَ َخيَ ْقَْا ْاى‬ ْ ٍُ َ‫عيَقَحا فَ َخيَ ْقَْا ْاى َعيَقَح‬ ْ ُّْ‫ ٍِْ ۖ ث ُ ٌَّ َخيَ ْقَْا اى‬ٞ‫ قَ َش ٍاس ٍَّ ِن‬ْٜ ِ‫طفَحا ف‬
َ َ‫طفَح‬ ْ ُّ ُْٰٔ ‫ ٍِْ ث ُ ٌَّ َخ َع ْي‬ٞ‫ِط‬
َِْۗ ٞ‫سُِ ْاىخَا ِى ِق‬
َ ْ‫ّٰللاُ اَح‬
‫اسكَ ه‬ َ ‫“ ا َ ّْشَأ ْ ُّٰٔ خ َْي اقا ٰاخ ۗ ََش فَرَ َث‬Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu
sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian,
Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling
baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia dimulai dari
tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi konsepsi (pembuahan)
dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian berkembang membentuk „alaqah
kemudian berproses menjadi mudhghah, „izaman (tumbuh tulang belulangnya) kemudian
tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.(Belajar & Dan, 2020)

4
C. TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN
Manusia merupakankarya Allahswt. yang paling istimewa, bila dilihat dari sosok diri,
serta beban dan tanggung jawab yang diamanatkankepadanya.Manusiasatu-
satunyamakhlukyangperbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggi dari kehendak
Tuhan yang mampu menjadi sejarah. Selain itu manusia adalah makhluk kosmis yang sangat
penting, karena dilengkapi dengansemua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan
(Jalaluddin, 2001). Di samping itu, ada unsur lain yang membuat manusia dapat
mengatasi pengaruh dunia sekitarnya serta problema dirinya, yaitu unsur jasmani dan unsur
rohani. Kedua unsur ini sudah tampak pada berbagai makhluk lain yang diberijiwa atau roh.
Akan tetapi, pada kedua unsur itu manusia dianugrahi nilai lebih, hingga kualitasnya berada di
atas kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal yang istimewa ini,
manusia mampu menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan dan kualitas hidupnya.
Selain itu, manusiajuga merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat sejarah
generasinya. Disisi lain, manusia adalah puncakciptaan Allah yang tertinggi. (Belajar & Dan,
2020) Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil Tuhan di
permukaan bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul amanah berupa tugas dalam
menciptakan tata kehidupan yang bermoral di muka bumi (Ma‟arif, 1995). Manusia
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yangpaling mulia karena kesempuraan bentuk dan
kelebihan akal pikiran yang turut membedakannya dengan makhluk lainnya. Sebagai
konsekwensinya, manusia dituntut untuk berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan
kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran dan segala kelebihan lain yang telah dianugrahkan
kepadanya. Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimikinya itu maka Allah
menegaskan bahwa sanya tujuan pokok diciptakannya manusia di alam ini adalah untuk
mengenal Allah sebagai Tuhannya serta berbakti kepada-Nya. Tujuan ini ditempatkannya
sebagai yang terpenting dalam hubungan dengan penciptaan manusia selaku makhluk yang
diciptakan. Dengan demikian, alur kehidupan manusia yang serasi sebagai makhluk adalah
apabila ia dapat mengembang tugas dan tanggung jawabnya dengan tujuan untuk berbakti
kepada Sang Pencipta semesta, bukan kepentingan di luar itu. Secara lebih jelas,
keistimewaan dan kelebihan manusia, di antaranya berbentuk daya dan bakat sebagai potensi
yang memiliki (Hamali, 2013)peluang begitu besar untuk dikembangkan. Dalam kaitan
dengan pertumbuhan fisiknya, fungsi organ tubuhdan panca indra. Kemudian dari aspek

5
mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi maupun gagasan (Shihab,
2005). Potensi ini dapat mengantar manusia memiliki peluang untuk bisa menguasai
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan sekaligus menempatkannya
sebagai makhluk berbudaya. Di samping itu, manusia juga dilengkapi unsur lain, yaitu kalbu.
Dengan kalbunya ini terbuka kemungkinan manusia untuk menjadikan dirinya sebagai
makhluk yang bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran ilahi
secara spiritual.SebagaimakhlukciptaanAllah, manusiapadadasarnyatelah dilengkapidengan
perangkat yang dibutuhkanuntuk menopang tugas- tugas pengabdiannya. Telah cukup
persyaratan yang dimiki sehingga manusia merupakan makhluk yang layak mengabdi.
D. KARAKTERISTIK MANUSIA
Tabiat Manusia Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan
oleh Allah swt .Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatukonsekuensi fungsi
dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.Beberapa ahli fIlsafat, Socrates misalnya,
menyebut manusia sebagai Zoonpoliticon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller
menyebutnya sebagai Das Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah
dangelisah
Ilmu-ilmu humaniora termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawab pertanyaan
mendasar tentang manusia, sehingga terdapat banyak rumusan pengertian tentangmanusia.2
Muhammad Daud Ali (1998) menyatakan menyatakan bahwa manusiabisa menyamai
binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi yangdiberikan Allah terutama potensi
akal, kalbu, jiwa, raga serta panca indra.Namun apabila manusia tidak bisa mengembangkan
potensinya tersebut bisasa jaman usia menjadi lebih rendah dari makhluk lainnya.Ada
beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam,yaitu: (Usman et al., 2023) Di samping itu
masih ada ungkapan lain tentang definisi manusia, di antaranya, manusia sebagai
animalrationale (hewan yang rasional atau berpikir),animal symbolicum (hewan yang
menggunakan symbol) dan animal educandum (hewan yang bisa dididik). Tiga istilah terakhir
inimenggunakan kata animal atau hewan dalam menjelaskan manusia. Hal ini mengakibatkan
banyakorang terutama dari kalangan Islam tidak sependapat dengan ide tersebut. Dalam Islam
hewan danmanusia adalah dua makhluk yang sangat berbeda. Manusia diciptakan Allah
sebagai makhluksempurna dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan,
seperti potensi akal danpotensiagama. Manusia Sebagai Hamba Allah(AbdAllah) Wujud sifat

6
hakikat manusia merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia .Karakeristi
kmerupakan bagian dari kepribadian.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
karakteristik memiliki Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah
selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah. Bentuk pengabdian manusia
sebagai hamba Allah tidak terbatas pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati. Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi
manusia yang taat ,patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba.Manusia dalam al-
Qur‟an juga disebut dengan al-nas.Konsep ini cenderung mengacu pada status manusia dalam
kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya sebagai makhluk sosial.Dalam
hidupnya manusia membutuhkan pasangan dan hal lain diluar dirinya untuk mengembangkan
potensi agar dapat menjadi bagian dari lingkungan soisal dan masyarakatnya.Sebutan khalifah
merupakan anugerah Allah bagi manusia yang tentu saja akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak diakhirat .Manusia mendapat wewenang untuk memanfaatkan alam
guna memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestariannya.
Dikuti pdari M.QuraishShihab,Wawasan Al-Quran,(Bandung:Mizan,1994),162. Manusia
sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan dalam alQur‟anyangmenjelaskan
bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi darimakhluk lain
sebagaimana yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacupada
penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pada
pembinaanhubungan persaudaraan antar sesama manusia yang berasal dari keturunan yang
sama. Sehingga,walaupun manusia memiliki latar belakang sosial kultural,agama,bangsa dan
baha saying berbeda tetaplah bernilai sama,dan harus diperlakukan dengan sama. Manusia
disebut al-insan mengacu pada potensi yang dimiliki atas pemberian Tuhan kepadanya.Potensi
antara lain adalah kemampuan berbicara kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui
prosestertentu, dan lain-lain. Namun, manusia sebagai al-insan juga mempunyai
kecenderungan berprilaku negative,seperti lupa,mudah putus asa,cinta harta,kufur,dll.
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia terdiri atas
unsur materi,sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain
manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat pada kaidah umum makhluk
biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta
memerlukan makanan untuk hidup,dan pada akhirnya mengalami kematian.persamaan kata

7
karakter atau watak yang berarti sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, prilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Arti lain dari karakter yaitu konsekuensi tindaknya dalam mematuhi etika
perilaku,konsisten tindaknya dalam memegang pendirianatau pendapat Karakter adalah ciri
khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut,dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana
seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.
Ciri khas tiap individutersebut berguna untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga,masyarakat, bangsa dan negara. Umar Tirta Raharja dan La Sulo
mengatakan diantara wujud sifat hakikat manusia adalah sebagai berikut: Kemampuan
Menyadari Diri, melalui kemampuan ini manusia betul-betulmampumenyadari bahwa dirinya
memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri.Kemampuan ini membuat manusia bisa
beradaptasi dengan lingkungannya.
Kemampuan Bereksistensi, melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa
dirinya memang ada dan eksis dengan sebenarnya.Dalam hal ini Jamal Ma‟mur
Asmani ,Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter diSekolah
Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi yang
ada dalam diri nya melalui pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri.Kemampuan
menyadari diri ini pula yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek sosialitas
diluar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas didalam dirinya. manusia punya
kebebasan dalam keberadaannya. Sementara itu manusia mampu menjadi manajer bagi
lingkungannya .Pemilikan Kata Hati(ConscienceofMan),kata hati akan melahirkan
kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan.Orang yang memiliki hati Nurani
yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu membuat keputusan yang
benar atau yang salah.Moral dan Aturan, Moral atau etika merupakan perbuatan yang
merupakan wujud dari kata hati.Namun,untuk mewujudkan kata hati dengan perbuatan
dibutuhkan kemauan.Kemampuan Bertanggung Jawab, kemampuan ini meliputi tanggung
jawabkepada Tuhan, masyarakat ataupun pada dirinya sendiri.Rasa Kebebasan
(Kemerdekaan),
Kebebasan yang dimaksud adalah rasabebas yang sesuai dengan kodrat manusia. Ada
aturan-aturan yang tetap mengikat, sehingga kebebasannya tidak mengusik kebebasan

8
manusia lainnya.Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu
diajarkan belajar daripengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam hidupnya
dan siap menyambut masadepannya.
Kecerdasan hati nurani bisa dilatih melalui pendidikan sehingga hati yang tumpul
menjadi tajam. Hal ini penting karena kata hati merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan.
Artinya tidak selalu orang yang punya kata hati yang baik atau kecerdasan akal juga
memilikimoral atau keberanian berbuat. Maka seseorang akan bisa disebut memiliki moral
yang baik atautinggi apabila ia mampu mewujudkanya dalam bentuk perbuatan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral tersebut.
Tanggung jawab kepada diri sendiri terkait dengan pelaksanaan kata hati.Tanggungj
awab kepada masyarakat terkait dengan norma-norma sosial, dan tanggung jawab kepada
Tuhan berkaitan eratdengan penegakan norma-norma agama. Dengan kata lain kata hati
merupakan tuntunan, moral melakukan perbuatan, dan tanggung jawab adalah kemauan dan
kesediaan menanggung segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.
Manusia bebas berbuat selama tetap sesuai denga kata hati yang baik serta etika yang
berlaku.Kebebasan yang melanggar aturan akan berhadapan dengan tanggung jawab serta
sanksi-sanksi yang menyertainya. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak,
Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak ini harus dilatih melalui proses
Pendidikan kedisiplinan. Kemampuan Menghayati Kebahagian, kebahagian bisa diartikan
sebagai kumpulan dari rasa gembira,senang,nikmat yang dialami manusia.Kebahagiaan bukan
hanya padarasa namun juga pada pikiran
Dalam al-Qur‟an disebutkan beberapa tabiat manusia diantaranya lemah (QS. an-
Nisa‟: 28), mudah terpedaya (QS. al-Infitar: 6), lalai (QS. at-Takatur:1),penakut(QS.al-
Baqarah:155),bersedihhati(QS.al-baqarah:62),tergesa-gesa (QS. al-Isra‟: 11), suka membantah
(QS. an-Nahl:4), berebih-lebihan (QS. Yunus: 2), melampaui batas (QS. al-Alaq; 6), pelupa
(QS. az-Zumr: 8), suka berkeluh kesah (QS. al-Ma‟arij: 20), kikir (QS. al-Isra‟:
100),kufurnikmat(QS.az-Zuhruf:15),zalimdanbodoh(QS.al-Ahzab:72),menuruti prasangka
(QS.Yunus: 36), berangan-angan(QS.al-Hadid:72). Pengaruh Lingkungan terhadap
Perilaku Manusia Proses pembentukan karakter pada diri seseorang dipengaruhi olehfaktor
faktor khas yang ada dalam diri orang yang bersangkutan ,dan ini sering disebut dengan faktor
endoge ndan faktor lingkungan (eksogen) yang mana Selo Soemarjan menyatakan bahwa

9
perlu ditanamkan empat macam Pendidikan kedisiplinanuntuk membentuk karakter yang
memahami kewajiban dan memahami hak-haknya.
Yaitu disiplin rasional yang bila dilanggara kan melahirkan rasa bersalah .Disiplin
sosial ,yang bil adil anggarakam menyebabkan rasa malu .Disiplin afektif ,yang bila
dilanggarakan melahirkan rasa gelisah.Disiplin agama, yang bila dilanggar akan menimbulkan
rasa bersalah dan berdosa. Dikutip dari Umar Tirta Raharja dan LaSulo,Pengantar.
Kebahagiaan harus diusahakan dengan tetap berlandaskan norma-norma atau kaidah-
kaidahyangberlaku. Namun usaha-usaha tersebut akan tetap berkaitan erat dengan takdir
Tuhan. Sehingga rasa menerima dan syukur akan mempengaruhi kemampuan manusia
dalam menghayati kebahagian. antara keduanya saling terjadi interaksi. Segala sesuatu yang
berada di dalampengaruh kita, baik sebagai individu maupun sebagian dari masyarakat
adalahfaktor lingkungan. Jadi usaha dalam pengembangan karakter pada tataran individu dan
masyarakat di pengaruhi oleh lingkungan.
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan denganlingkungan
sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak
langsungdapatmempengaruhikarakter/watakseseorang.Lingkungansecarasempitdiartikan
sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkansecara arti luas, lingkungan
mencakup segala material dan stimulus di dalamdan di luar individu, baik yang bersifat
fisiologis, psikologis, maupun sosiokultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi
dan material jasmaniah didalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap yang
diterima oleh individu mulai sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran, sampai
kematian .Secarasosio kultural,lingkungan mencakup segenap stimulus,interaksi, dan dalam
hubungannya dengan perlakuan ataupun karya oranglain. Lingkungan menyediakan stimulus
terhadap individu sedangkan individu memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di
dalam alam sekitar .Segala kondisi yang berada didalam dan diluar individu baik fisiologis
psikologis,maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah Dalyono, Psikologi Pendidikan
(Jakarta:RinekaCipta,2012), individu ke arah yang benar .Lingkungan berpengaruh secara
langsung mau puntidaklangsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan
keluarga ,teman-teman, sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui
televisi ,membaca koran dan sebagainya.Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diri
kita, yang dalam arti yang lebih sempit,lingkungan merupakan hal-hal atau sesuatu yang

10
berpengaruh terhadap perkembangan manusia .Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada
pada diri kita,yang dalam arti yang lebih sempit,lingkungan merupakan hal-hal atau sesuatu
yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia .Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian lingkungan , diantaranya : Menurut Hafi Anshari lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat,
terutamayang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan di mana proses
pedidikan itu berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari .
Zakiah Darajat berpendapat bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan
terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.Ia adalah seluruh yang ada,baik
manusia maupun benda buatan manusia,atau alam yang mempunyai hubungan dengan
seseorang.WastySoemanto mengatakan bahwa Lingkungan mencakup segala material dan
stimulus didalam dan diluar individu, baik yang bersifatfisiologis,Hafi Anshari , Pengantar
Ilmu Pendidikan (Surabaya: UsahaNasional,2004),90. Zakiah Darajat,IlmuPendidikan
Islam(Jakarta: Bumi Aksara,2008),psikologis, maupun sosio kultural. Secara filosofis meliputi
segala kondisimaterial jasmani di dalam tubuh. Secara psikologis mencakup segenap
stimulasi, interaksi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi , kelahiran sampai
matinya . Secara sosio kultural mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atau pun karya orang lain Lingkungan
diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Pembentukan karakter yang baik memerlukan kualitas
lingkungan yang baik pula.Dari sekian banyak faktor lingkungan yang berperan dalam
pembentukan karakter, ada beberapa faktor yang mempunyaipengaruh besar terhadap
pembentukan karakter yaitu keluarga dan mediamasa. Sedangkan Ngalim Purwanto
berpendapat bahwal ingkungan Pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi tigahal25,
yaitu:Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta:RinekaCipta,2004),80-81.
Bekerja adalah satu terapi untuk kesehatan fisik dan mental serta menumbuhkan
kekuatan. Kerja atau usaha juga merupakan senjata utama untuk memerangi kemiskinan dan
memperoleh penghasilan danmemberikan harapan tentang kebahagian dan kemakmuran
Bekerja atau usaha adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia, karena
manusia adalah khalifah di muka bumi Allah,sehingga manusia harus bekerja dengan

11
didasarkan prinsip-prinsip imantauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi
sekaligusmeninggikanmartabatnyasebagaiAbdullah(hambaAllah)yangmengelolaseluruhalams
ebagaibentukdaricaradirinyamensyukurisegalanikmatdariAllahRabbul 'ālamin.
tidaknya atau besar kecilnya rezeki melainkan bagaimana usaha dan amal manusia untuk
mencari dan memperoleh rezeki.Jailani,MembukaPintuRezeki(Jakarta:GemaInsani,1999),157.

E. STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA


Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia
yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga daya, yaitu: (1) qalbu
(fitrah ilahiyah) sebagai aspek suprakesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa); (2)
akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi (cipta); (3)
nafsu (fitrah hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki
daya konasi (karsa).Ketiga komponen nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu
tingkah laku.Qalbu memiliki kecenderungan natur ruh, nafs(daya syahwat dan ghadhab)
memiliki kecenderungan natur jasad, sedangkan akal memiliki kecenderungan antara ruh dan
jasad. Dari sudut tingkatannya, kepribadian itu merupakan integrasi dari aspek-aspek supra-
kesadaran (fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan), dan pra atau bawah sadar (fitrah
kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadian merupakan integrasi dari daya-daya
emosi, kognisi dan konasi, yang terwujud dalam tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dan
sebagainya) maupun tingkah laku dalam (pikiran, perasaan, dan sebagainya)
Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi di antara ketiga
komponen tersebut, hanya saja ada salah satu yang lebih mendominasi dari komponen yang
lain. Dalam interaksi itu kalbu memiliki posisi dominan dalam mengendalikan suatu
kepribadian. Prinsip kerjanya cenderung pada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan kehadiran
Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualitas kalbu sangat ditentukan oleh sistem kendalinya. Sistem
kendali yang dimaksud adalah dhamir yang dibimbing oleh fitrah al-munazzalah (Al-Qur‟an
dan Sunnah). Apabila sistem kendali ini berfungsi sebagaimana mestinya, maka kepribadian
manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan oleh Allah di alam perjanjian. Namun,
apabila sistem kendali berfungsi maka kepribadian manusia akan dikendalika oleh komponen
lain yang lebih rendah kedudukannya. Akal prinsip kerjanya adalah mengejar hal-hal yang
realistik dan rasionalistik. Oleh sebab itu, maka tugas utama akal adalah mengikat dan

12
menahan hawa nafsu. Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk
mengaktualisasikan sifat bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal dimanfaatkan oleh
nafsu.13Sementara nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan ingin
menggambarkan nafsu-nafsu impulsifnya. Apabila sitem kendali kalbu dan akal melemah,
maka nafsu mampu mengaktualkan sifat bawaannya, tetapi apabila sistem kendali kalbu dan
akal tetap berfungsi, maka daya nafsu melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang
sangat kuat dibanding dengan kedua sistem fitrah nafsani yang lainnya. Kekuatan tersebut
disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta tipuan-tipuan impulsif lainnya. Sifat nafsu
adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabila ia diberi rahmat oleh Allah, ia
menjadi daya yang positif, yaitu kemauan (iradah) dan kemampuan (qudrah) yang tinggi
derajatnya. a) Kepribadian Ammarah (nafsal-ammarah) Kepribadian ammarah adalah
kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan
(pleasure principle). Kepribadian ammarah mendominasi peran kalbu untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga merupakan
tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Kepribadian ammarah adalah
kepribadian yang dipengaruhi oleh dorongandorongan bawah sadar manusia.
Barangsiapa yang berkepribadian ini, maka sesungguhnya tidak lagi memiliki
identitas manusia, sebab sifat-sifat humanitasnya telah hilang. Manusia yang berkepribadian
ammarah tidak saja dapat merusak dirinya sendiri, tetapi juga merusak diri orang lain.
Keberadaannya ditentukan oleh dua daya, yaitu: (1) syahwat yang selalu menginginkan
birahi, kesukaan diri, ingin tau dan campur tangan urusan orang lain, dan sebagainya; (2)
daya ghadah yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin
menguasai orang, keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya. Jadi orientasi kepribadian
ammarah adalah mengikuti sifat binatang. Kepribadian ammarah dapat beranjak ke
kepribadian yang baik apabila telah diberi rahmat oleh Allah SWT. Hal tersebut diperlukan
latihan atau riyadhah khusus untuk menekan daya nafsu dari hawa, seperti dengan berpuasa,
shalat, berdoa dan sebagainya. b) Kepribadian Lawwamah (nafsal-lawwamah) Kepribadian
lawwamah adalah kepribadian yang telah memperolah cahaya kalbu, lalu ia bangkit untuk
memperbaiki kebimbangan antara dua hal.
Dalam upaya yaitu kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebutkan
oleh watak gelapnya, namun kemudian ia diingatkan oleh nurilahi, sehingga ia mencela

13
perbuatannya dan selanjutnya ia bertaubat dan beristighfar.14Hal itu dapat dipahami bahwa
kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan
kepribadian muthmainnah. Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi
oleh akal.
Sebagai komponen yang memiliki sifat insaniah, akal mengikuti prinsip kerja
rasionalistik dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran. Apabila sistem
kendalinya berfungsi, maka akal mampu mencapai puncaknya seperti berpaham rasionalisme.
Rasionalisme banyak dikembangkan oleh kaum humanis yang mengorientasikan pola
pikirnya pada kekuatan “serba” manusia, sehingga sifatnya antroposentris.
Akal apabila telah diberi percik annur kalbu maka fungsinya menjadi baik. Ia dapat
dijadika sebagai salah satu medis untuk menuju Tuhan. Al-Ghazali sendiri meskipun sangat
mengutamakan pendekatan cita rasa (zawq), namun ia masih menggunakan kemampuan akal.
Sedangkan menurut Ibnu Sina, akal mampu mencapai pemahaman yang abstrak dan akal
juga mampu menerima limpahan pengetahuan dari Tuhan.Oleh karena kedudukan yang tidak
stabil ini, maka Ibnu Qayyim Al-Jauziyah membagi kepribadian lawwamah menjadi dua
bagian, yaitu: (1) kepribadian lawwamahmalumah, yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh
dan zalim; (2) kepribadian lawwamah ghayrmalumah, yaitu kepribadian yang mencela atas
perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.16 c) Kepribadian
Muthmainnah (nafsal-muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur
kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi
pada komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan segala kotoran,
sehingga dirinya menjadi tenang. Kepribadian muthmainnahbersumber dari qalbu manusia,
sebab hanya qalbu yang mampu merasakan thuma‟ninah (QS. Al-Ra‟d, [13]: 28). Sebagai
komponen yang bernatur ilahiah qalbu selalu cenderung pada ketenangan dalam beribadah,
mencintai, bertaubat, bertawakkal, dan mencari ridha Allah Swt. Orientasi kepribadian ini
adalah teosentris (QS Al-Nazi‟at [79]: 40-41).
Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas dasar atau suprakesadaran
manusia, dengan orientasi kepribadian ini adalah teosentris. Dikatakan demikian sebab
kepribadian ini merasa tenang dalam menerima keyakinan fitrah. Keyakinan fitrah adalah
keyakinan yang dihujamkan pada roh manusia di alam arwah dan kemudian dilegitimasi oleh

14
wahyu Ilahi. Penerimaan ini tidak bimbang apalagi ragu-ragu seperti yang dialami
kepribadian lawwamah, tetapi penuh keyakinan. Oleh sebab itu, kepribadian muthmainnah
terbiasa menggunakan daya cita rasa (zawq) dan mata batin dalam menerima sesuatu,
sehingga Kepribadian muthmainnah merasa yakin dan tenang. Al-Ghazali menyatakan
bahwa daya kalbu yang mendominasi kepribadian muthmainnah mampu mencapai
pengetahuan ma‟rifat melalui daya cita rasa (zaqw) dan rasa terbukanya tabir misteri yang
menghalangi penglihatan batin manusia.
Dengan kekuatan dan kesucian daya kalbu, maka manusia mampu memperoleh
pengetahuan wahyu dan ilham dari Tuhan. Wahyu diberikan pada para nabi, sedang ilham
diberikan pada manusia suci biasa. Kebenaran pengetahuan ini bersifat suprarasional,
sehingga bisa jadi ia tidak mampu diterima oleh akal. Pengetuahuan yang dapat ditangkap
oleh akal seharusnya dapat pula ditangkap oleh qalbu, sebab qalbu sebagian dayanya ada
yang digunakan untuk berakal. Namun sebaliknya, pengetahuan yang diterima oleh qalbu
belum tentu dapat diterima oleh akal.
F. PENYEBAB KONFLIK PADA JIWA MANUSIA
Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu
manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsani manusia memiliki tiga daya, yaitu:
(1) qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek suprakesadaran manusia yang memiliki daya emosi
(rasa); (2) akal (fitrah insaniah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi
(cipta); (3) nafsu (fitrah hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang
memiliki daya konasi (karsa).Ketiga komponen nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan
suatu tingkah laku.Qalbu memiliki kecenderungan natur ruh, nafs (daya syahwat dan
ghadhab) memiliki kecenderungan natur jasad, sedangkan akal memiliki kecenderungan
antara ruh dan jasad. Dari sudut tingkatannya, kepribadian itu merupakan integrasi dari aspek-
aspek supra-kesadaran (fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan), dan pra atau
bawah sadar (fitrah kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadian merupakan
integrasi dari daya-daya emosi, kognisi dan konasi, yang terwujud dalam tingkah laku luar
(berjalan, berbicara, dan sebagainya) maupun tingkah laku dalam (pikiran, perasaan, dan
sebagainya)

Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi di antara ketiga komponen


tersebut, hanya saja ada salah satu yang lebih mendominasi dari komponen yang lain. Dalam interaksi

15
itu kalbu memiliki posisi dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip kerjanya
cenderung pada fitrah asal manusia, yaitu rindu akan kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualitas
kalbu sangat ditentukan oleh sistem kendalinya. Sistem kendali yang dimaksud adalah dhamir yang
dibimbing oleh fitrah al-munazzalah (Al-Qur‟an dan Sunnah). Apabila sistem kendali ini berfungsi
sebagaimana mestinya, maka kepribadian manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan oleh
Allah di alam perjanjian. Namun, apabila sistem kendali berfungsi maka kepribadian manusia akan
dikendalika oleh komponen lain yang lebih rendah kedudukannya. Akal prinsip kerjanya adalah
mengejar hal-hal yang realistik dan rasionalistik. Oleh sebab itu, maka tugas utama akal adalah
mengikat dan menahan hawa nafsu. Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk
mengaktualisasikan sifat bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal dimanfaatkan oleh nafsu.
Sementara nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan ingin
menggambarkan nafsu-nafsu impulsifnya. Apabila sitem kendali kalbu dan akal melemah, maka
nafsu mampu mengaktualkan sifat bawaannya, tetapi apabila sistem kendali kalbu dan akal tetap
berfungsi, maka daya nafsu melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang sangat kuat dibanding
dengan kedua sistem fitrah nafsani yang lainnya.

Kekuatan tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisiwkan setan serta tipuan-tipuan impulsif
lainnya. Sifat nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabila ia diberi rahmat oleh
Allah, ia menjadi daya yang positif, yaitu kemauan (iradah) dan kemampuan (qudrah) yang tinggi
derajatnya. a) Kepribadian Ammarah (nafsal-ammarah) Kepribadian ammarah adalah kepribadian
yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle).
Kepribadian ammarah mendominasi peran kalbu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah
sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku
yang tercela. Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh dorongandorongan
bawah sadar manusia. Barangsiapa yang berkepribadian ini, maka sesungguhnya tidak lagi memiliki
identitas manusia, sebab sifat-sifat humanitasnya telah hilang. Manusia yang berkepribadian
ammarah tidak saja dapat merusak dirinya sendiri, tetapi juga merusak diri orang lain. Keberadaannya
ditentukan oleh dua daya, yaitu: (1) syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin
tau dan campur tangan urusan orang lain, dan sebagainya; (2) daya ghadah yang selalu menginginkan
tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai orang, keras kepala, sombong, angkuh, dan
sebagainya. Jadi orientasi kepribadian ammarah adalah mengikuti sifat binatang. Kepribadian
ammarah dapat beranjak ke kepribadian yang baik apabila telah diberi rahmat oleh Allah SWT. Hal

16
tersebut diperlukan latihan atau riyadhah khusus untuk menekan daya nafsu dari hawa, seperti dengan
berpuasa, shalat, berdoa dan sebagainya. b) Kepribadian Lawwamah (nafsal-lawwamah) Kepribadian
lawwamah adalah kepribadian yang telah memperolah cahaya kalbu, lalu ia bangkit untuk
memperbaiki kebimbangan antara dua hal.

Dalam upaya yaitu kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebutkan oleh
watak gelapnya, namun kemudian ia diingatkan oleh nurilahi, sehingga ia mencela perbuatannya dan
selanjutnya ia bertaubat dan beristighfar. Hal itu dapat dipahami bahwa kepribadian lawwamah
berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan kepribadian muthmainnah. Kepribadian
lawwamah merupakan kepribadian yang didominasi oleh akal.

Sebagai komponen yang memiliki sifat insaniah, akal mengikuti prinsip kerja rasionalistik
dan realistik yang membawa manusia pada tingkat kesadaran. Apabila sistem kendalinya berfungsi,
maka akal mampu mencapai puncaknya seperti berpaham rasionalisme. Rasionalisme banyak
dikembangkan oleh kaum humanis yang mengorientasikan pola pikirnya pada kekuatan “serba”
manusia, sehingga sifatnya antroposentris.

Akal apabila telah diberi percik annur kalbu maka fungsinya menjadi baik. Ia dapat dijadika
sebagai salah satu medis untuk menuju Tuhan. Al-Ghazali sendiri meskipun sangat mengutamakan
pendekatan cita rasa (zawq), namun ia masih menggunakan kemampuan akal. Sedangkan menurut
Ibnu Sina, akal mampu mencapai pemahaman yang abstrak dan akal juga mampu menerima
limpahan pengetahuan dari Tuhan.Oleh karena kedudukan yang tidak stabil ini, maka Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah membagi kepribadian lawwamah menjadi dua bagian, yaitu: (1) kepribadian
lawwamahmalumah, yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim; (2) kepribadian lawwamah
ghayrmalumah, yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk
memperbaikinya.16 c) Kepribadian Muthmainnah (nafsal-muthmainnah) Kepribadian muthmainnah
adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-
sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi pada komponen kalbu untuk mendapatkan
kesucian dan menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang. Kepribadian
muthmainnahbersumber dari qalbu manusia, sebab hanya qalbu yang mampu merasakan
thuma‟ninah (QS. Al-Ra‟d, [13]: 28). Sebagai komponen yang bernatur ilahiah qalbu selalu
cenderung pada ketenangan dalam beribadah, mencintai, bertaubat, bertawakkal, dan mencari ridha
Allah Swt. Orientasi kepribadian ini adalah teosentris (QS Al-Nazi‟at [79]: 40-41). 17 Kepribadian

17
muthmainnah merupakan kepribadian atas dasar atau suprakesadaran manusia, dengan orientasi
kepribadian ini adalah teosentris. Dikatakan demikian sebab kepribadian ini merasa tenang dalam
menerima keyakinan fitrah

Keyakinan fitrah adalah keyakinan yang dihujamkan pada roh manusia di alam arwah dan
kemudian dilegitimasi oleh wahyu Ilahi. Penerimaan ini tidak bimbang apalagi ragu-ragu seperti yang
dialami kepribadian lawwamah, tetapi penuh keyakinan. Oleh sebab itu, kepribadian muthmainnah
terbiasa menggunakan daya cita rasa (zawq) dan mata batin dalam menerima sesuatu, sehingga
Kepribadian muthmainnah merasa yakin dan tenang. Al-Ghazali menyatakan bahwa daya kalbu yang
mendominasi kepribadian muthmainnah mampu mencapai pengetahuan ma‟rifat melalui daya cita
rasa (zaqw) dan rasa terbukanya tabir misteri yang menghalangi penglihatan batin manusia.

Dengan kekuatan dan kesucian daya kalbu, maka manusia mampu memperoleh pengetahuan
wahyu dan ilham dari Tuhan. Wahyu diberikan pada para nabi, sedang ilham diberikan pada manusia
suci biasa. Kebenaran pengetahuan ini bersifat suprarasional, sehingga bisa jadi ia tidak mampu
diterima oleh akal. Pengetuahuan yang dapat ditangkap oleh akal seharusnya dapat pula ditangkap
oleh qalbu, sebab qalbu sebagian dayanya ada yang digunakan untuk berakal.

Namun sebaliknya, pengetahuan yang diterima oleh qalbu belum tentu dapat diterima oleh
akal. Konflik merupakan suatu keadaan yang sering terjadi dalam masyarakat yang sedang berubah,
disebabkan berbagai kepentingan yang menyertainya. Timbulnya berbagai kepentingan dilatar
belakangi oleh perbedaan nilai dalam proses perubahan. Selain itu, faktor yang berpotensi memicu
terjadinya konflik adalah sistem nilai dalam masyarakat yang mempunyai korelasi dengan perbedaan
tabiat, karakter, dan tindakan sosial masyarakat Dadang Kahmat mengutip statement Afif
Muhammad Bahwa agama menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda.Johan Efendi
yang menyatakan bahwa agama pada suatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju
keselamatan, persatuan dan persaudaraan, namun pada waktu yang lain menampakkan dirinya sebagai
sesuatu yang dianggap garang dan menyebar konflik, bahkan tak jarang seperti dicatat dalam sejarah
menimbulkan peperangan.2 Dalam masyarakat timbulnya suatu keadaan konflik diantara kelompok
atau kelas yang cenderung ke arah perselisihan, perpecahan, ketegangan dan perubahan terhadap
kadaan atau situasi yang ada.. Salmaini Yeli menulis pendapat Luthans bahwa konflik adalah kondisi
yang timbul oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan itu bersumber pada
keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan

18
pendapat, persaingan dan permusuhan 3 Selanjutnya Salamini mengemukan hasil analisis penelitian
W. Starbuck bahwa timbulnya keraguan manusia terhadap agama disebabkan beberapa faktor,
diantaranya yaitu 1). Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir terhadap konsep keagamaan dan jenis
kelamin individu; 2). Kesalahan organisasi dan pemuka agama; 3). Naluriah; 4). Lingkungan
masyarakat dan pendidikan 5). Percampuradukan antara agama dan mistik.4 Dengan kata lain bahwa
konflik adalah pertemuan antara dua macam pilihan yang berbeda dan harus dilaksanakan pada waktu
yang sama. Pada saat seseorang dihadapkan kepada dua pilihan, maka pada waktu itu timbullah
konflik dalam diri individu (psikis) , namun setiap konflik/keraguan selalu diiringi dengan motif, yang
disebut dengan konflik motif.

Terjadinya konflik motif itu disebabkan adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
waktu yang sama. Setiap manusia mempunyai motif untuk bertingkah laku atau bertindak terhadap
sesuatu objek

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang menjadi
keinginan individu. Setiap konflik yang terjadi pada manusia selalu berasal atau ditopang oleh motif
yang berada dalam diri individu yang mendorong manusia untuk mencapai objeknya. Usman Effendi
dalam bukunya

Psikologi menulis bahwa secara garis besar konflik motif yang dialami manusia dapat digolongkan
kepada empat jenis, yaitu : 1. Approach-approach conflict Konflik psikis yang dialami oleh individu
karena individu mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. 2. Approach-avoidance
conflict Suatu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi
situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat.3. Avoidancea voidance
conflct Konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif
yang sama kuatnya. 4. Double approach-avoidance conflict Konflik psikis yang dialami individu
karena menghadapi dua situasi atau lebih, yang masing-masing mengadung motif negatif dan positif
yang sama kuat.5 Dengan demikian, terjadinya konflik pada manusia selalu dimotori oleh konflik
motif dalam menentukan perbuatan yang hendak dilakukannya. Semakin kuat konflik motif dalam
diri individu maka semakin sering terjadinya pertentangan (konflik/keraguan) dalam jiwa individu
untuk mencapai objeknya, sebaliknya semakin melemah konflik motif seseorang, maka menurun pula
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu terhadap obyeknya. Seringkali terjadi dalam diri individu

19
bahwa motif yang kalah mengikut motif yang dominan dalam dirinya sehingga timbul perasaan tidak
senang terhadap orang lain yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku yang tidak
lazim dalam masyarakat, misal; timbulnya berbagai konflik, permusuhan, perselisihan antar panganut

agama

20
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Secara etimologi istilah manusia di dalam empat kata yang dipergunakan yakni: Ins, Insan dan
Unas, al-Basyar, Bani Adam, Dzurriyat Adam. Karakteristik manusia pada umumnya dapat dilihat

ketika manusia mendapat musibah. Ketika itulah manusia akan ingat pada Allah. Sebaliknya Ketika
manusia dapat kesenangan kebanyakan manusia lupa pada Allah, sehingga lupa diri, tercaranbut dari
keprtibadian yang semula baik. Begitu juga halnya dengan dimensi manusia,

Dimensi manusia terbagi dua, yaitu dimensi jasmaniah dan dimensi rohaniah. Dalam Islam
penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan substansi manusia, sebab dengan
pembahasan substansi tersebut dapat diketahui hakikat dan dinamika prosesnya.

Substansi manusia terdiri dari aspek fisik yang disebut dengan struktur jismiyyah atau
jasadiyyah aspek psikis yang disebut dengan struktur ruhaniyah; dan aspekpsikofisik yang disebut
dengan struktur nafsaniyyah. Masing-masing aspek ini memmeiliki natur, potensi, hukum, dan ciri-
ciri tersendiri.

Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahankualitatif akibat dari perubahan psikis,
dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif sering disebut perubahan
dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kekanakkanakan menjadi dewasa, dan seterusnya,
sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan seperti perubahan tinggi, dan berat badan

B.SARAN

Kami sebagai penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan kami. Kepada pembaca yang
menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang diharapkan dapat menjaga dengan
sebaikbaiknya. sebagai penyusun kami berharap makalah ini dapat diterima dengan baik. Dan
semoga kedepannya kami dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah ini

21
DAFTAR PUSTAKA

Belajar, E., & Dan, E. (2020). Jurnal Islam dan Sains (Vol. 7, Issue 1, pp. 55–60).

Hamali, S. (2013). Konflik Dan Keraguan Individu Dalam Perspektif Psikologi Agama. Al-
Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 8(1), 27–44.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/alAdyan/article/view/524

Muhimmatul Hasanah. (2015). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami. Ummul Quro,
6(Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2, September 2015), 110–124.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531

Mulyadi. (2004). al-Insan, al - Basyar, BaniAdam,. Jurnal Imambonjol, 1(2), 29–38.

Usman, M. usman, Wasik, W., Zainuddin, A., & Karim, A. M. (2023). Fitrah Manusia Dalam
Pandangan Islam. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, 8(2), 284–298.
https://doi.org/10.36420/ju.v8i2.5812

Belajar, E., & Dan, E. (2020). Jurnal Islam dan Sains (Vol. 7, Issue 1, pp. 55–60).

Hamali, S. (2013). Konflik Dan Keraguan Individu Dalam Perspektif Psikologi Agama. Al-
Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 8(1), 27–44.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/alAdyan/article/view/524

Muhimmatul Hasanah. (2015). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islami. Ummul Quro,
6(Jurnal Ummul Qura Vol VI, No 2, September 2015), 110–124.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/qura/issue/view/531

Mulyadi. (2004). al-Insan, al - Basyar, BaniAdam,. Jurnal Imambonjol, 1(2), 29–38.

Usman, M. usman, Wasik, W., Zainuddin, A., & Karim, A. M. (2023). Fitrah Manusia Dalam
Pandangan Islam. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, 8(2), 284–298.
https://doi.org/10.36420/ju.v8i2.5812

22
23

Anda mungkin juga menyukai