Disusun Oleh:
FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : SAIFUL AHYAR, S.Ag, MA
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Hakikat Manusia”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai:
1. Apa Pengertian Hakikat?
2. Apa Pengertian Manusia?
3. Apa Tujuan Penciptaan Manusia?
4. Apa Fungsi dan Peran Manusia?
5. Bagaimana Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
SWT?
6. Bagaimana Hakikat Manusia?
7. Bagaimana Wujud sifat hakiki manusia?
8. Bagaimana Pengembangan Hakikat Manusia?
9. Bagaimana Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya?
1
2
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat
2. Untuk Mengetahui Pengertian Manusia
3. Untuk mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia
4. Untuk mengetahui Fungsi dan Peran Manusia
5. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah
Allah SWT
6. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia
7. Wujud sifat hakiki manusia
8. Pengembangan Hakikat Manusia
9. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-
benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari
segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang
mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri
mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati,
roh, nyawa, dan rahasia.1
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.2
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali),
dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak
1
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Makassar.
2
Abuddin Nata, AL-Qur‟an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998
3
4
nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini
segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu
tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir ,
memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan
manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas. Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :
innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti
asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia
makan dan minum (al-mu‟minuun : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq :
5), yaitu allamal insaana maa lam ya‟ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar
: 72). Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah
kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk
pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
4
5
5
6
3
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, 2004
4
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
6
7
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada
diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
5
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990
7
8
F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 6
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
6
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka
Cipta, 2004
8
9
d. Moral,Moral sering juga disebut etika tetapi etika tidak sama dengan etiket
(sopan santun) orang yang memiliki etiket yang baik belum tentu moralnya baik.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai
yang tinggi serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang
tinggi tersebut, maka sesungguhnya moral itu adalah nilai-nilai kemanusiaan.
e. Kemampuan bertangung jawab, Tanggung jawab merupakan kesanggupan
menanggung perbuatan yang memuntut jawab. Tanggung jawab terdiri dari
tanggung jawab diri sendiri yang berupa penyesalan, tanggung jawab kepada
masyarakat yang berupa sanksi sosial, dan tanggung jawab kepada Tuhan yang
berupa dosa.
f. Rasa kebebasan,Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu), tetapi
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, bebas disini bukan berarti dapat
melakukan sesuatu dengan seenaknya, tetapi tetap melihat aturan yang berlaku,
buat peraturan itu tidak menjadi beban namun menjadi sebuah kebiasaan. Jadi
bebas disini adalah bebas dalam melakukan sesuatu yang kita inginkan tanpa ada
rasa membebani dan dibebani oleh orang lain.
9
10
7
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.
10
11
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian
sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam
karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia
harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani
pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga
membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama
seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga
mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena
kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup
manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur‟an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur‟an Tentang Manusia dan Agama, Bandung
: Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
13