Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT MANUSIA

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Antro dan Sos Pendidikan

Disusun Oleh:

Nama : Lilis Nurmasyita


NPM : 2301020181

FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : SAIFUL AHYAR, S.Ag, MA

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM


ASAHAN – KISARAN
2023 /2024
i

KATA PENGANTAR

Assaalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Hakikat Manusia”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.

Wassaalamu‟alaikum Wr. Wb.

Kisaran, Desember 2023

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Pengertian Hakikat .........................................................................................3
B. Pengertian Manusia ........................................................................................3
C. Tujuan Penciptaan Manusia ...........................................................................6
D. Fungsi dan Peran Manusia .............................................................................6
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ...........7
F. Hakikat Manusia ............................................................................................8
G. Wujud sifat hakiki manusia ............................................................................8
H. Pengembangan Hakikat Manusia ...................................................................10
I. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya .............................................................11
BAB III PENUTUP ..................................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan
sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal
tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita
sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, „manusia‟ diartikan sebagai
„makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang‟
(1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi
potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya
demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata „manusia‟ ini
bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar‟u, ins dan lain-lain. Meskipun
bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna
spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai
makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia
sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai:
1. Apa Pengertian Hakikat?
2. Apa Pengertian Manusia?
3. Apa Tujuan Penciptaan Manusia?
4. Apa Fungsi dan Peran Manusia?
5. Bagaimana Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
SWT?
6. Bagaimana Hakikat Manusia?
7. Bagaimana Wujud sifat hakiki manusia?
8. Bagaimana Pengembangan Hakikat Manusia?
9. Bagaimana Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya?

1
2

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat
2. Untuk Mengetahui Pengertian Manusia
3. Untuk mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia
4. Untuk mengetahui Fungsi dan Peran Manusia
5. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah
Allah SWT
6. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia
7. Wujud sifat hakiki manusia
8. Pengembangan Hakikat Manusia
9. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-
benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari
segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang
mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri
mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati,
roh, nyawa, dan rahasia.1

B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.2
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali),
dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak

1
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Makassar.
2
Abuddin Nata, AL-Qur‟an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998

3
4

nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini
segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu
tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir ,
memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan
manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas. Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :
innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti
asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia
makan dan minum (al-mu‟minuun : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq :
5), yaitu allamal insaana maa lam ya‟ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar
: 72). Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah
kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk
pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

4
5

> Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)


Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai
membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena
takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian
itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara
iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan
masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga,
namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi
dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah,
namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki
kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri.
Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal
manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam
melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

5
6

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka


didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah
Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)

C. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu
Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja.
Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan
maupun manusia dengan manusia.3
Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah
tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan
dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta.
Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum
kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.

D. Fungsi dan Peran Manusia


Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia
yang mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan
sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku
ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.4
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:

3
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, 2004
4
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

6
7

1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada
diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT


1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.5
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan
dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah
membentuk amal saleh.

5
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990

7
8

F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 6
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

G. Wujud sifat hakiki manusia


Di bawah ini adalah sifat Hakiki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan,
meliputi ;
a. Kemampuan menyadari diri, Yang membedakan manusia dengan hewan yaitu
pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,maka
manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri.

b. Kemampuan bereksistensi,Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan


menempatkan diri. Misalnya pendekatan antara guru dengan siswa, belajar
mengantisipasi keadaan atau peristiwa.
c. Pemilikan kata hati, Memiliki kata hati berarti dapat membedakan perbuatan
baik dan buruk. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang baik
atau benar dan buruk atau salah sebagai manusia.

6
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka
Cipta, 2004

8
9

d. Moral,Moral sering juga disebut etika tetapi etika tidak sama dengan etiket
(sopan santun) orang yang memiliki etiket yang baik belum tentu moralnya baik.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-nilai
yang tinggi serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai yang
tinggi tersebut, maka sesungguhnya moral itu adalah nilai-nilai kemanusiaan.
e. Kemampuan bertangung jawab, Tanggung jawab merupakan kesanggupan
menanggung perbuatan yang memuntut jawab. Tanggung jawab terdiri dari
tanggung jawab diri sendiri yang berupa penyesalan, tanggung jawab kepada
masyarakat yang berupa sanksi sosial, dan tanggung jawab kepada Tuhan yang
berupa dosa.
f. Rasa kebebasan,Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu), tetapi
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, bebas disini bukan berarti dapat
melakukan sesuatu dengan seenaknya, tetapi tetap melihat aturan yang berlaku,
buat peraturan itu tidak menjadi beban namun menjadi sebuah kebiasaan. Jadi
bebas disini adalah bebas dalam melakukan sesuatu yang kita inginkan tanpa ada
rasa membebani dan dibebani oleh orang lain.

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak,Hak adalah sesuatu


yang masih kosong artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada belum tentu
seseorang mengetahuinya, dan meskipun sudah diketahui belum tentu mereka
menggunakannya. Kewajiban bukan berarti beban melainkan sebuah
keniscayaan, jadi kewajiban yaitu sesuatu yang harus dilakukan dengan penih
rasa tanggung jawab.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan,Kebahagiaan adalah sesuatu istilah yang
lahir dari kehidupan manusia. Yaitu pengalaman yang menyenangkan dan
menyedihkan. Kebahagiaan lebih merupakan integrase atau rentetan dari
sejumlah kesenangan. Kebahagiaan adalah hidup yang tentram.

9
10

H. Pengembangan Hakikat Manusia


Manusia lahir dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam
wujud potensial. Setiap manusia lahir dikaruniai “naluri” yaitu terbilang alami,
jika seandainya manusia dapat hidup dengan naluri maka tidak bedanya manusia
dengan hewan, hanya melalui status pendidikan dan status yang dapat diubah
menjadi kearah yang manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada kenyataannya
baik tetapi dalam pelaksanaannya mungkin bisa terjadi kesalahan-kesalahan yang
lazimnya sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa.7
Pengembangan dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh
dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial
dan kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya.
Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif,
efektif dan psikomotorik.Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah
dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang,
pengembangan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan
layanan dengan baik tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotor dikatakan utuh jika
tiga-tiganya mendapatkan pelayanan yang seimbang.
b. Dari arah pengembangan

7
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.

10
11

Pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai


pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara selaras.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan.

I. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya


Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN
mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan
nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan nasional dilaksanakan di
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia.
Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahir, seperti : pangan, sandang, perumahan, kesehatan ataupun kepuasan batinlah
seperti : pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung
jawab dan rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara kedua sekaligus batinlah. Juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di
seluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat.
Selanjutnya juga diartikan sebagai keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan
Nya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,
keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antar cita-cita
hidup di dunia dengan kebahagiaan akhirat.

11
12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian
sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam
karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia
harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani
pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga
membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama
seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga
mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena
kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup
manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur‟an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur‟an Tentang Manusia dan Agama, Bandung
: Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

13

Anda mungkin juga menyukai