Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini.
Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan
masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat
menjadi lebih baik.
Anugrah T F
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia dalam
pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep dan
pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari internet maupun
buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia dalam pandangan islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga
belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut
pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut Antropologi
Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat.
Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang
tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara
mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah
unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah
roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh
di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya
manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut
manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu
sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia
yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai
manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat manusia
didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui
pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu
keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur
bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa
penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik
mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya peranan apapun
dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu
merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau
memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus
menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
3
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala bentuk
karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui kebebasan
itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran untuk
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam salah satu
wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah
makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai makhluk
yang istimewa.
7
2. Menurut al-Ghazali
Menurut al-Ghazali manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang terdiri atas dua unsur
yakni jasmani dan rohani. Dianjurkan kepada manusia untuk dominan dalam mempergunakan
unsur rohani atau psikisnya jika manusia tersebut ingin hidup sesuai dengan fitrahnya. Hal
tersebut menjadi pembeda antara dirinya dengan makhluk lainnya. Namun jika unsur
jasmaninya yang dominan maka manusia akan kehilangan esensinya sebagai manusia (al-
Ghazali dalam Geffery Parinder (ed)dalam Ramayulis, 2008).
Al-Ghazali mengungkapkan bahwa akal merupakan salah satu dimensi terpenting pada diri
manusia karena akal sebagai alat berpikir telah memberi andil besar terhadap alur kehidupan
manusia Dilihat dari potensi dan kadar akal, menurut al-Ghazali bahwa terdapat dua klasifikasi
akal yaitu akal praktis dan akal teoritis. Akal praktis bertugas mengungkapkan gagasan akal
teoritis kepada daya penggerak (Almuharrikat) sekaligus merangsangnya menjadi aktual. Akal
praktis tersebut berfungsi untuk menggugah dan menggerakkan anggota tubuh dalam
melakukan aktivitas. Pengetahuan yang berasal dari akal praktis, biasanya hanya terbatas
dengan apa yang ada di hadapan kenyataan yang ada.Pengkajian lebih lanjut tentang hakikat
dari pengetahuan-pengetahuan itu sendiri menjadi tugas dari akal teoritis (Fuadi, 2013).
3.Menurut Hasan Al-Banna
Hasan Al-Banna mengungkapkan bahwa kajian tentang hakikat manusia merupakan
kajian yang paling menarik karena unik dan sulit dipahami oleh manusia itu sendiri. Manusia
terdiri tiga unsur pokok, yakni jasmani atau badan, akal dan hati (qalb). Pertama, jasmani atau
jazad atau badan yang terdiri atas tulang, kulit, daging, dll yang dimiliki manusia harus dirawat
dan digerakkan sesuai dengan fungsinya. Agar peserta didik terampil, cekatan, dan terhindar
dari berbagai kerusakan atau berbagai macam penyakit, maka diperlukan permberdayaan aspek
jasmani yang masuk dalam kategori domain psikomototrik.Kedua, akal berfungsi sebagai alat
untuk berfikir guna menyingkap rahasia alam dan pernak-pernik alam nyata. Penekanan dalam
penggunaan akal sesuai fungsinya dapat dilakukan melalui system pendidikan yang fokus pada
domain kognitif.Ketiga, hati atau qalb merupakan wadah dari pengajaran, kasih sayang, rasa
takut, dan keimanan. Hati manusia termuat hal yang dapat disadari oleh manusia itu sendiri.
Hati pada diri manusia dapat mendorong munculnya berbagai aktivitas sehingga jika hati baik
maka aktivitas manusia juga baik, begitu pula sebaliknya jika hati tidak baik maka aktivitas
yang dimunculkan pun tidak baik. Keberfungsian hati merupakan domain afektif (Susanto,
2009)
E. Landasan Teologis
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang Allah SWT ciptakan. Hal in
dikarenakan Allah SWT menciptakan manusia dengan akal dan fikiran, berbeda dengan
makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Allah SWT berfirman:
اْل ن ْ س َ ا َن ف ِ ي أ َ ْح س َ ِن ت َق ْ ِو يم
ِ ْ خ ل َ قْ ن َ ا
َ ْل َ ق َ د
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.”( QS. at-Tin [95]: 4)Surah at-Tin dimulai dengan sumpah Allah dengan at-Tin
(zatun)6yang kemudian Allah menjadikan ayat ini sebagai objek sumpah yaitu Allah
telah ciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Allah SWT menjadikan bentuk fisik
dan lahir manusia sempurna, walaupun sebagian dari manusia memiliki kekurangan fisik,
namun itu tidak mengubah bahwa Allah menciptakan manusia itu indah dan sempurna
َ ٰ الن,َ أَح ٰإ.Dan ada beberapa
terlepas keadaannya. Manusia di dalam ayat ini disebutkan denganسان
kata lainnya yang diartikan sebagai manusia. Dalam bahasa Arab beda kata beda maksud
walaupun sama-sama dikatakan satu arti yakni manusia. Terdapat empat kata dalam Al-Qur’ān
8
yang akan dibahas pada kajian kali ini yaitu Al-Insān, al-Ins, an-Nāas, al-Basyar dan Bani
Adam.
1. Al-Insān
Kata Al-Insān disebutkan sebanyak 64 kali dalam al-Quran.8Kata سان َ ٰ النberasal dari kata
سإا
َ سن
ْ yang berarti manusia, kebalikan dari jin yang dalam arti bahasa Indonesi bermakna jinak
atau bersosial.9Secara bahasadiartikan harmonis,lemah lembut, tampak.10 Kata al-Insan
digunakan dalan al-Qur’an untuk menunjukan secara keseluruhan sebagai makhluk jasmani dan
rohani dan juga meletakan makna manusia secara umum. Ciri-ciri umum manusia yang
sudahkita ketahui sebelumnya seperti dapat berbicara, berfikir, mengembangkan diri,
ilmu, dan peradaban, mengetahui mana yang baik dan buruk dan lain sebagainya
menggambarkan makna al-Insan itu sendiri.
2. Al-Ins
Kata Al-Ins disebutkan sebanyak 18 kali dalam al-Qur’an.14Jika merujuk penggunaan al-
Qur’anterhadap kata al-insmaka yang dimaksudkan adalah jenis makhluk sehingga
diperhadapkan dengan jenis Jin.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya
manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut untuk
selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus menjadi
individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat
dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang
agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama
lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita
harus mematuhi aturan yang ada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong menolong
dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat Manusia
menurut Islam.
10
DAFTAR PUSTAKA
11