Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen: Bpk. Abdullah Zaky, S.S,M.Hum

Oleh:
1. Rixy Gita Permana (12422052)
2. Nela Az-zahra (1242100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN BAHASA SASTRA JEPANG

INSTITUT PENDIDIKAN BAHASA INVADA CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,

inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk

memperdalam ilmu agama.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis

sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu,

penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki

bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Cirebon, 10 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

2.1 Pengertian Konsep Manusia Dalam Islam................................5


2.1.1 Secara Umum.....................................................................5
2.1.2 Menurut Al-Qur’an............................................................6
2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia.............................................6
2.2.1 Islam dan Masyarakat Moderen.........................................6
2.2.2 Tujuan Adanya Manusia di Dunia.....................................7
2.2.3 Tanggung Jawab Manusia..................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................13

3.1 Kesimpulan.............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya
dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia
selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan
tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau
predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo
sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau
hayawan nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen (makhluk yang
pandai menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja sama),
homo economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo
religious (makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-
spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo
faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).

Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua
dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal
dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa
akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia
adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15:
29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar
dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang
membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula
dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia,
setidaknya terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk

3
kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar
serta kata bani adam atau durriyat adam.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

mencakup aspek tentang konsep dan pengertian manusia, eksistensi dan martabat

manusia serta tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka

bumi.

I.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami

bagaiamana Konsep Manusia Dalam Islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Konsep Manusia Dalam Islam

II.1.1 Secara Umum

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak
yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia
tidak mempunyai peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh
karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku
atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas
ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :

1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk


mengadakan sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam
hidupnya.

2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia,


artinya manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari
sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di
dalam kehidupanya.

3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya


kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan
melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.

4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia


ada kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam

5
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.

5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun


manusia adalah makhluk mulia.

Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa.

II.1.2 Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur-an manusia terbagi dua. Pertama: sebagai makhluk Religi


sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Ruum ayat 30; "Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Manusia harus senantiasa mejalankan Dimensi Ubudiyah dalam arti seluruh aspek
kehiduan dan kegiatan manusia itu harus bernuansa ibadah (dilandaskan kepada
Allah SWT).

Kedua: Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Jauh sebelum


Aristoteles memaparkan teori Zoon Politicon Allah sudah menjelaskan dalam
dalam Al-Qur-an sebagai mana tertera dala surat Ali Imran ayat 110; "kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

Sebagai makhluk sosial seorang manusia harus mengutakan kepentingan bersama


(masyarakat) diatas kepentingan pribadi.

II.2 Eksistensi dan Martabat Manusia

II.2.1 Islam dan Masyarakat Moderen

6
Istilah modern yang merujuk pada segala hal yang baru, berbau

teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan telah menyajikan

berbagai perkembangan pesat dalam membentuk mindset dan gaya hidup

masyarakat. Secara etimologi, kata modern merupakan bahasa Latin

“Modernus” yang dibentuk dari dua kata “modo dan ernus” yang menunjuk

pada arti periode waktu masa kini.

Islam adalah agama untuk setiap zaman di belahan dunia manapun.

Prinsip-prinsip nilai Islam merupakan prinsip nilai kehidupan tentang

kebaikan dan keutamaan yang tidak akan lekang di makan zaman. Prinsip

nilai Islam tidak akan mengantarkan umat pada jalan kesesatan selama setiap

umat berpegang teguh dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana yang telah Rasulullah Muhammad saw sabdakan bahwa

Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan
sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan
sunnah RasulNya”. [HR. Malik]

II.2.2 Tujuan Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan

7
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.

Manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara melaksanakan amal
shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa
mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

II.2.3 Tanggung Jawab Manusia

Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga
peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini
adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini
adalah sikap egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran
sebagai khalifah fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik
manusia. Untuk menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah.
Untuk itu Allah membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu
manusia bersedia menerima amanat tersebut, sehingga memungkin-kannya
mampu mengemban amanat itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan
saja potensi untuk dapat menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat
menunaikan amanat dengan baik dan bertanggungjawab. Potensi itu diwujudkan
melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang
terkandung dalam ciptaan-Nya, kemudian menyusun konsep-konsep serta
melakukan rekayasa untuk membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan untuk
kemaslahatan umat manusia.

8
Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa tugas hidup
manusia – yang merupakan amanah dari Allah – itu pada intinya ada dua macam,
yaitu : ’Abdullah (menyembah atau mengabdi kepada Allah), dan Khalifah Allah,
yang keduanya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

1. Tugas manusia sebagai ’Abdullah (hamba Allah):

Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari mengemban


amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang
harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah
kepadaNya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari mengemban
amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau mengoptimalkan
penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera, akal dan
qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan,
kemakmuran dan kebahagiaan hidup.

Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Mengapa manusia bertugas sebagai ‘abdullah? Untuk menjawab masalah ini bisa
dikaitkan dengan proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu.
Dari uraian terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas
dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari
alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti
tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi
(Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah
mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172).
Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau
naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah

9
’abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan
KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).

Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk memilih
atau mempunyai “kebebasan” (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga walaupun roh Ilahi
yang melekat pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian dengan
Tuhannya (untuk bersedia tunduk dan taat kepadaNya), tetapi ketundukannya
kepada Tuhan tidaklah terjadi secara otomatis dan pasti sebagaimana robot,
melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri. Dan manusia itu dalam
perkembangannya dari waktu ke waktu suka melupakan perjanjian tersebut,
sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan ketaqwaan)
dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan kefasikan). Karena
itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia, melalui para Nabi atau Rasul-
rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi/rasul terakhir, agar
manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri, yaitu taat, patuh dan
tunduk kepada Allah SWT. (’abdullah). Setelah rasulullah SAW. wafat, maka
tugas memperingatkan manusia itu diteruskan oleh para shahabat, dan para
pengikut Nabi SAW. (dulu sampai sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran
Allah dan rasulNya, termasuk di dalamnya adalah para pendidik muslim.

2. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah

Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat
difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30:

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

10
Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata “khalf”
(menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian)
sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah
adalah menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak adanya (tidak hadirnya)
orang yang diganti, atau karena kematian orang yang diganti, atau karena
kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh
umat Islam sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan
beliau dan pemimpin umat yang menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat,
atau Umar bin Khattab sebagai pengganti dari Abu Bakar dan seterusnya; dan
adakalanya karena memuliakan (memberi penghargaan) atau mengangkat
kedudukan orang yang dijadikan pengganti. Pengertian terakhir inilah yang
dimaksud dengan “Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi”,
sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Fathir ayat 39, Q.S. al-An’am ayat 165.

Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain


(Q.S. al-Isra’: 70) dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian,
baik fisik maupun psikhisnya (Q.S. al-Tin: 5), serta dilengkapi dengan berbagai
alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan
diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Karena itulah
maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai khalifah Allah di
muka bumi.

Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut
tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan
keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan
cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerjasama dalam
menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan kesabaran (Q.S.
al-’Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah
dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan
datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya
(’abdullah).

11
Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri; tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan
dalam masyarakat; dan tugas kekhalifahan terhadap alam.

Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas: (1) menuntut ilmu
pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah makhluk yang dapat
dan harus dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu mendi-
dik/mengajar (Q.S. Ali Imran: 187, al-An’am: 51); (2) menjaga dan memelihara
diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan kesengsaraan (Q.S. al-
Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah menjaga dan memelihara kesehatan
fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya; dan (3) menghiasi diri
dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq atau khalq.
Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk lahir/
jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan dari
keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah
benda mati, dan rohani tanpa jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang
tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa
rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja membusukkan dirinya,
bahkan juga membusukkan atau merusak lingkungannya.

Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk


rumah tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa
rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-Rum: 21) dengan jalan menyadari akan hak dan
kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-ibu dalam rumah tangga.

Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas : (1) mewujudkan


persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13, al-Anfal: 46); (2) tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2); (3) menegakkan
keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135); (4) bertanggung jawab terhadap
amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan 110); dan (5) berlaku baik
terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah para
fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang yang

12
cacat tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang
lain dan lain-lain.

Sedangkan tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas: (1)


mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi
kemaslahatan hidup manusia; (2) menaturkan kultur (mengalamkan budaya),
yakni budaya atau hasil karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam,
jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan
malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan (3) mengIslamkan kultur
(mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan
nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta
keagungan dan kebesaran Ilahi.

Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai
makhluk Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan
tugas-tugas hidupnya di muka bumi. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai
dua tugas utama, yaitu: (1) sebagai ’abdullah, yakni hamba Allah yang harus
tunduk dan taat terhadap segala aturan dan KehendakNya serta mengabdi hanya
kepadaNya; dan (2) sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi
pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah
tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.

BAB III

PENUTUP

13
III.1 Kesimpulan

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna

bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak

yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Dalam

pandangan Islam, Manusia terbagi mendjadi 2 peran yaitu sebagai makhluk religi

dan sosial. Adapun tujuan dan tanggung jawab manusia di bumi yaitu sebagai

rahmat bagi alam semesta sebagaimana firman Allah dan tanggung jawab sebagai

Hamba Allah serta menjadi khalifah di bumi.

DAFTAR PUSTAKA

https://pasca.uin-malang.ac.id/tugas-manusia-di-bumi/#:~:text=Manusia

%20sebagai%20makhluk%20Allah%20mempunyai,tugas%20kekhalifahan

%20terhadap%20diri%20sendiri%2C

https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alfath/article/view/3253

https://aceh.kemenag.go.id/berita/465999/konsep-manusia-dalam-al-

quran#:~:text=Konsep%20manusia%20dalam%20perspektif

%20ajaran,melakukan%20kebaikan%20(amal%20Shaleh).

http://repository.uin-suska.ac.id/3973/2/BAB%20I.pdf

14
15

Anda mungkin juga menyukai