Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MANUSIA DAN TAKDIR”

Disusun oleh :
1. FAISAL FADLI ( 2161201..... )
2. SUHAETI (2161201848)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih
banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Jakarta, 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................ii
Daftar Isi .................................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan .........................................................................................................2
C. Ruang Lingkup ............................................................................................................2
D. Metode Penulisan .........................................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3
A. Hakikat Manusia Menurut Islam..................................................................................3
B. Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Islam ..............................................................5
C. Kebutuhan Manusia Kepada Tuhan .............................................................................7
D. Keshalihah Vertical Dan Horisontal ............................................................................8
E. Takdir Dan Nasib Manusia...........................................................................................9
Bab III PENUTUP .................................................................................................................10
A. Simpulan......................................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan remaja,
pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita
semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta memahami tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kajian tentang manusia telah
banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut
dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari
berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau
predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat.
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua
dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi inmaterial (ruh, jiwa, akal dan
sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan
bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang
mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-
satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu
banyaknya ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya,
termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia,
setidaknya terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti
manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau
durriyat adam.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan kembali
kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia dalam
pandangan islam

1
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep dan
pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari internet
maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia dalam pandangan islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Menurut Islam

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini
juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai
sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut
Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi
Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang
pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu
nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah
unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah
roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada
roh di dunia ini.

2
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya
manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut
manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu
sendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia
yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai
manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat
manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui
pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu
keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur
bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang
ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya
peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan
manusia itu merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut
menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya
manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia ada
untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala
bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.

3
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui kebebasan
itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran
untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam
salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah
makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai
makhluk yang istimewa.

B. Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Islam

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap di
bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran, dan tugas yang
telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas
tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan


oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam suatu
ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia (Q.S Al-
Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya
seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian
berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging seperti itu
pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada
malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya.
Kemudian ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20

4
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat
menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah Tuhan. Oleh sebab
itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia.
Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak menghamba pada
pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut
menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia
selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang
ada di langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri
kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai
homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada
keistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah.
Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang terkuat (struggle for the strongest and the
fittest), melainkan untuk menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari kiamat nanti mereka
datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa
manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap
bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah diartikan
pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab, kalimat “Allah
menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang tuamu yang
meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan
pengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini
khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti
pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi Daud As.
sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa
nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk yang
paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para malaikat,
sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30]
yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26]
5
bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan dan
mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu merupakan
kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu ada
dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya perintah
Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi Adam
As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat
yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-
Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai kemungkinan
untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari amal usahanya, serta
rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan
bebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan tugas-tugas
dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia
sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta
apa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan
ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

C. Kebutuhan Manusia Kepada Tuhan


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah swt. Oleh sebab itu
manusia selalu membutuhkan panutan untuk menjalankan kehidupannya masing-masing.
Manusia tidak akan pernah merasa puas atas apa yang telah mereka miliki, oleh karena itu
manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pokok seperti kebutuhan
primer, skunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut harus diiringi dengan keyakinan,
manusia dapat mengatur hidupnya dengan adanya keyakinan atau Agama yang mereka anut,
oleh sebab itu agama merupakan salah satu kebutuhan manusia yang juga tidak kalah penting
dibandingkan dengan kebutuhan pokok tersebut. Dengan memiliki Agama, manusia dapat
mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia dapat
mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka masing-masing,
kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang dianggap mudah, karna agama
6
dapat membuat manusia meyakini apa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka
masing-masing, dalam Agama Islam manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan
kodratnya,  maka dalam agama islam  manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik.
D. Keshalihah Vertical dan Horisontal
E. Takdir Dan Nasib Manusia ( Qadha Dan Qadar )
Hal yang telah diyakini di dalam hati dengan sebenar benarnya, lalu dilaksanakan dengan
sebenar-benarnya, dengan mengamalkannya dan diucapkan dengan sebenar benarnya
Itulah arti dari pada iman yang sebenarnya. Pada rukun iman keenam, yang telah dianut
oleh Ahlussunnah Wal Jamaah ini ialah Iman kepada ketentuan dan keputusan Allah. Dari
segi bahasa, qada’ artinya memutuskan. Qada’ ialah pengetahuan Allah terhadap kejadian
yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi (keputusan Allah). Dari segi bahasa,
qadar berarti ketentuan. Qadar ialah ketentuan yang Allah berlakukan sesuai dengan
pengetahuan atau kehendak Allah (kapasitas dari keputusan Allah). Seperti contoh ini;
santri akan menikah, maka akan mempunyai anak dan akan menjadi ulama, semua itulah
qada’ (keputusan). Sedangkan, jika santri tersebut sudah menikah, maka itulah qadar
(ketentuan). Banyak kesalah pahaman yang terjadi, bahwa sesuatu yang terjadi kepada
manusia adalah kehendak Allah, kejelekan dan kemaksiatan manusia, dinisbatkan secara
serta merta kepada Allah. Memang, bahwa sesuatu yang terjadi kepada manusia adalah
kehendak Allah itu dibenarkan, namun setiap manusia juga mempunyai kehendak sendiri.
Jika, manusia tersebut mempunyai kehendak maka kehendak itulah yang nantinya
dipertanggung jawabkan kepada Allah. Adapun pengertian lain tentang qada’ ialah
kehendak, terdapat dalam Al-Qur’an surah Ali Imron ayat 47, dari arti tersebut dapat
diambil pengertian bahwa seorang mukmin harus beriman dan meyakini pada apa yang
Allah kehendaki itu akan benar-benar terjadi dan tidak ada satupun suatu hal yang dapat
menghalanginya. Merujuk pada kedua arti ini, setiap apa-apa yang telah Allah tulis dan
tetapkan inilah semuanya berdasarkan kehendak Allah dan keputusan-Nya. Dalil qadar,
yang memiliki arti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batasbatasnya atau kadar-
kadarnya terdapat pada Al-Qur’an surah Fussilat ayat ke 10. Dari arti tersebut dapat
diambil pengertian bahwa Allah telah menciptakan seluruh hal yang telah Dia ciptakan
dengan kadar dan metamorfosisnya masing-masing. Sehingga, mereka semua dapat hidup
di alam semesta ini tidak lain dengan atas izin Allah, dalam arti lain, qadar berarti
ketentuan atau kepastian terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Mursalat ayat ke 23. Dari arti
tersebut dalam diambil pengertian bahwa dengan ketentuan dan kepastian yang Allah
berikan ini menjadikan manusia lebih bisa dapat menerima segala sesuatu yang telah di
tentukan pada dirinya.
7
1. Perilaku Manusia yang Mencerminkan Qada’ dan Qadar Ketika benar benar
mempercayai keputusan dan ketentuan dari Allah akan menampakkan perilaku yang
mencerminkan iman kepada kepastian dan ketentuan itu, sebagaimana berikut:
a. Mengimani Qada’ dan Qadar dengan sebenar-benarnya akan menjadikan pribadi
manusia menjadi lebih giat dan teratur dalam bekerja dengan sekuat tenaga untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Menyadari bahwa dirinya adalah insan yang dzalim dan lemah serta meyakini atas apa
yang Tuhan kehendaki dan Kuasanya agar apa yang dilakukanya lebih yakin dan kokoh.
c. Menerima masukan, saran dan kritik dari luar diri dan menghindari sikap keras kepala
dan memperbaikinya dengan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan meyakini bahwa semua ini
atas pertolongan Allah SWT.
d. Dalam melangkahkan kaki di setiap harinya haruslah tetap berprasangka baik kepada
Allah SWT dan menghindari rasa pesimistis dalam kehidupanya.
e. Dengan menjadikan cita-cita yang menjadi dasar kuat untuk mendapatkan kemuliaan di
waktu yang akan datang menjadikan iman lebih kokoh.
f. Menengadahkan tangan di dada dengan ucapan syukur setiap saat bahkan saat
mendapatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi walaupun itu ujian dari Allah karena dengan
bersyukur itulah maka hidup akan terasa lebih mudah dan ringan dalam menjalaninya.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya


manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut
untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat
dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang
agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia
kita harus mematuhi aturan yang ada.

8
B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu, makalah
ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat Manusia
menurut Islam.

DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-makhluk.html
(diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di
http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)

9
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

10

Anda mungkin juga menyukai