Anda di halaman 1dari 18

MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

(Makalah Agama Islam Universitas Lampung)

Oleh

Nurul Olivia Fathonah


2017021077

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Manusia dalam Pandangan Islam“. Isi
makalah ini sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
untuk memperdalam ilmu agama. Saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari - hari.
Makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, serta
ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada semua pihak atas kerjasamanya
dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari
pengetahuan dan pengalaman saya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, saya
mohon maaf jika ada kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja telah
dilakukan dan saya juga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat.

Bandar Lampung, 2 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi ................................................................................................................iii

Bab I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1


B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................2
D. Metode Penulisan.........................................................................................2

Bab II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Hakikat Manusia..........................................................................................3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia...............................................................10
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah..........12

Bab III PENUTUP ................................................................................................14

A. Simpulan......................................................................................................14
B. Saran ...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemikiran tentang hakikat manusia, telah ada sejak zaman dahulu sampai
saat ini. Banyak orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut pandang. Apabila
kita memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia tentang
pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana
manusia itu nantinya. Lalu kajian tentang manusia dikaitkan dengan berbagai
kegiatan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain
sebagainya. Ketika berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik
dan tidak pernah tuntas. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli
telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini
pun belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.

Dalam Islam, manusia adalah salah satu makhluk yang mendapat perhatian
besar dari Al - Qur’an, banyak sekali ayat Al - Quran yang di dalamnya dijumpai
tentang penjelasan mengenai manusia. Manusia merupakan makhluk Allah yang
penciptaannya bukan secara kebetulan. Manusia adalah mahluk yang mempunyai
persifatan yang beragam, namun manusia adalah mahluk yang mempunyai
kelebihan di atas mahkluk yang lain. Al - Quran secara tegas mengatakan bahwa
peran utama manusia adalah sebagai hamba (‘abdul llah) sekaligus kholifatul
ardhi yang akan mengelola bumi.
Oleh karena itu, melalui makalah ini saya ingin mengingatkan kembali
kepada para pembaca mengenai hakikat manusia dalam pandangan islam serta
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat memberikan pemahaman mengenai hakikat manusia dalam
pandangan Islam.
2. Dapat memberikan pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia
dalam pandangan Islam.
3. Dapat memberikan pemahaman mengenai tanggung jawab manusia
sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini mencakup aspek tentang hakikat
manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan
menggunakan metode pustaka yaitu berupa mencari dan mengumpulkan beberapa
sumber jurnal dari internet maupun buku yang mengenai manusia dalam
pandangan islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

Hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar - benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu
atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah
inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Di kalangan tasawuf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata - kata diri mencari
sebenar - benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh,
nyawa, dan rahasia.1
Hakikat manusia menurut pemikiran Al - Ghazali, (dalam Nasution, 2002:71)
mengacu pada kecenderungan tertentu dalam memahami manusia. Hakikat
mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah - ubah, yaitu identitas
idensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri dan membedakannya
dengan yang lainnya.
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan
makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah
pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya.
Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Berikut hakikat manusia secara umum dan secara islam :
a. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Umum
Hakikat manusia menurut pandangan umum mempunyai banyak arti
karena terdapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakikat
manusia itu sendiri. Seperti perspektif filsafat yang menyimpulkan manusia
merupakan hewan berpikir karena memiliki nalar intelektual.

1
Eliana Siregar.Hakikat Manusia. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran
Keagamaan Tajdid, Vol. 20, No. 2 ( Padang:Universitas Islam Negeri Imam bonjol
Padang,2017), h.50

3
Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk ekonomi. Perspektif sosiologi melihat bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari
manusia lainnya. Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat manusia
adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan
dalam perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa.

b. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam


Manusia harus menyadari atas ketentuan yang diberikan oleh Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaannya di dunia ini untuk
mengadakan sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja
dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia,
artinya manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta
bermanfaat, dari sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi
kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupannya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi
kehidupan dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia
ada kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun
manusia adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam
Islam sebagai makhluk yang istimewa. (Hafizh dkk, 2019:4) Oleh karena itu,
ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya
manusia tidak bisa menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan
lain - lain.

4
Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Manusia sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat
kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah
dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba
Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja,
melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti dalam
surah Adz - Dzariyat dimana Allah menjelaskan: “Tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.”
(QS: 51:56).

2. Manusia Sebagai Al - Nas


Konsep Al - Nas ini cenderung mengacu manusia dengan
lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia
memang makhluk sosial yang membutuhkan manusia dan hal lain di
luar dirinya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
agar dapat menjadi bagian dari lingkungan sosial. Dalam surah Al -
Hujurat dijelaskan: “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49:13).

3. Manusia Sebagai khalifah Allah


Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam
surah Shad ayat 26, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di
antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”
(QS:38:26). Sebutan khalifah itu merupakan anugerah dari Allah
kepada manusia sebagai amanah.

5
Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk
memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini.
seperti dijelaskan dalam surah Al - Baqarah disebutkan: “Makan
dan minumlah kamu dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat bencana di atas bumi.” (QS: 2 : 60).

4. Manusia Sebagai Bani Adam


Sebutan manusia sebagai Bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam Al - Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia
adalah keturunan Adam. Konsep ini mengacu pada penghormatan
kepada nilai – nilai kemanusiaan yang menitikberatkan pembinaan
hubungan persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan
bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama dan harus
diperlakukan dengan sama.

5. Manusia Sebagai Al - Insan

Manusia disebut Al - Insan dalam Al - Qur’an mengacu pada


potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi yang dimiliki oleh
manusia antara lain adalah kemampuan berbicara (QS:55:4),
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses
tertentu (QS:6:4-5), dan lain - lain. Namun, selain memiliki potensi
positif ini, manusia sebagai Al - Insan juga mempunyai
kecenderungan berprilaku negatif (lupa). Seperti dijelaskan dalam
surah Hud: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat,
kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi
putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: 11:9).

6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (Al- Basyar)


Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk
biologis manusia terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki
bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi).

6
Dengan kata lain manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara
umum terikat kepada kaidah umum makhluk biologis seperti
berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan,
serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya
mengalami kematian. Dalam Al - Qur’an surah Al - Mu’minūn
dijelaskan: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal
daging itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.”(QS: 23: 12-14).2

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dalam berbagai


ayat Al - Qur’an dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Di
samping itu, manusia juga memiliki berbagai karakteristik yang
membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari hakikat manusia.
Beberapa wujud hakikat manusia memberikan gambaran yang jelas bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Wujud sifat hakikat manusia adalah sebagai
berikut:

1. Kemampuan Menyadari Diri

Kemampuan ini membuat manusia mampu menyadari bahwa


dirinya memiliki ciri yang khas yang dimiliki agar bisa beradaptasi
dengan lingkungannya baik itu lingkungan berupa individu ataupun
lainnya, maupun lingkungan nonpribadi atau benda.

2
Siti Khasinah.Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam dan Barat, Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2 (Banda Aceh:Universitas Islam Negeri Ar-
Rainy Banda Aceh,2013), h. 302-305

7
Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi
potensi - potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan untuk
mencapai kesempurnaan diri. Kemampuan menyadari diri ini pula
yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek sosialitas di
luar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas di dalam
dirinya.

2. Kemampuan Bereksistensi

Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam ke ‘beradaan’


nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau tumbuhan di kebun yang
‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keberadaan’ nya sehingga mereka menjadi
onderdil dari lingkungannya. Kemampuan ini juga perlu dibina melalui
pendidikan. Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman
hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam hidupnya dan siap
menyambut masa depannya.

3. Pemilikan Kata Hati (Conscience of Man)


Kata hati akan melahirkan kemampuan untuk membedakan
kebaikan dan keburukan. Orang yang memiliki hati nurani yang
tajam akan memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu membuat
keputusan yang benar atau yang salah. Hal ini penting karena kata
hati merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan.

4. Moral dan Aturan


Moral sering juga disebut etika yang merupakan perbuatan yang
merupakan wujud dari kata hati. Namun, untuk mewujudkan kata hati
dengan perbuatan dibutuhkan kemauan. Artinya tidak selalu orang
yang punya kata hati yang baik atau kecerdasan akal juga memiliki
moral atau keberanian berbuat. Maka seseorang akan bisa disebut
memiliki moral yang baik atau tinggi apabila ia mampu mewujudkanya
dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan nilai - nilai moral tersebut.

8
5. Kemampuan Bertanggung Jawab

Karakteristik manusia yang lain adalah rasa tanggung jawab, baik


itu tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat ataupun pada diri
sendiri. Tanggung jawab yang terkait dengan pelaksanaan kata hati,
norma - norma sosial, dan penegakan norma - norma agama. Dengan
kata lain tanggung jawab adalah kemauan dan kesediaan menanggung
segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.

6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)


Kebebasan yang dimaksud artinya ada aturan - aturan yang tetap
mengikat sehingga kebebasan ini tidak mengusik rasa kebebasan
manusia lainnya. Kebebasan yang melanggar aturan akan berhadapan
dengan tanggung jawab dan sanksi - sanksi yang mengikutinya yang
pada akhirnya justru tidak memberikan kebebasan bagi manusia.

7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak


Hak baru dapat diperoleh setelah pemenuhan kewajiban, bukan
sebaliknya. Pada kenyataanya hak dianggap sebagai sebuah
kesenangan, sementara kewajiban dianggap sebagi beban. Kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak ini harus dilewati
melalui proses pendidikan disiplin.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagian

Secara umum orang berpendapat bahwa kebahagiaan itu lebih pada


rasa bukan pikiran. Padahal tidak selamanya demikian, karena aspek -
aspek kepribadian lain dan akal pikiran juga mempengaruhinya. Untuk
mendapatkan itu seseorang harus berusaha dengan berlandaskan norma
- norma yang ada terkait erat dengan takdir Tuhan. Sehingga rasa
menerima dan syukur akan bertambah. Dalam hal ini, pendidikan
agama menjadi modal utama untuk dapat menghayati kebahagian.3
2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia
3
Umar Tirta Raharja dan La Sulo.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
2005, hal. 4

9
Manusia dalam konteks hubungan dengan Allah SWT adalah mengimani
Allah SWT serta memikirkan ciptaan - Nya untuk menambah keimanan dan
ketakwaan. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia
adalah berbuat baik terhadap sesama manusia. Terkait dengan tujuan hidup
manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Di dalam Q.S. Al - Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami


mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”. Ayat ini
menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada di
dunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat
adalah karunia, kasih sayang, dan belas kasih. Jadi, manusia sebagai
rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT untuk
menebar dan memberikan kasih sayang kepada alam semesta.  

b. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia


Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan
akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi
pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An - Nahl
ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik
laki - laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang
baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”. 

c. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai sifat hidup


berkelompok dan saling membutuhkan. Hampir semua manusia, pada
awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan
keluarga.

Dalam ilmu komunikasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian


dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small group atau

10
kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun, keberadaan
keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam kerangka
sistem sosial secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan tujuan individu
dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang - pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi
manusia baik laki - laki dan perempuan membentuk keluarga.

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk


menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih
sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang
satu sama lain.  

d. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk


bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan
yang melimpah dalam hidup. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut
kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. 

Kebutuhan - kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila


masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan
bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan.

Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan
serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat
untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al - A’raf
[7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya”.

e. Tujuan Individu dalam Bernegara

11
Manusia sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk
menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup
bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia
sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk
mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.

f. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Dalam era globalisasi, kita harus bersaing dengan ketat untuk


menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi, tujuan
individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang
saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan
mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan
terlena dengan indahnya dunia.4

2.3 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab


sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di bumi. Manusia dipilih untuk
menyelesaikan persoalan - persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri
dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan


Allah dapat menumbuhkan sikap mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Allah tidak menciptakan manusia selain beribadah kepada - Nya
(Q.S. Adz - Dzariyat:56). Tidak ada keistimewaan antara satu manusia
dengan manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah.

Manusia sebagai hamba Allah memikul tanggung jawab pribadi,


orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al
4
Hafizh Azka, dkk. Hakikat Manusia..., hal. 5-7

12
-An'am:164) dan pada hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah
dengan sendiri - sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa
manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas dirinya
sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

Pengertian khalifah jika dilihat dari akar katanya berasal dari kata
khalafa, yang berarti menggantikan tempat seseorang sepeninggalnya,
karena itu khalif atau khalifah berarti seorang pengganti.
Dalam kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai khalifah fi al-
ardh menurut Ensiklopedi Islam, bahwa khalifah itu berarti wakil,
pengganti atau duta Tuhan di muka bumi; pengganti nabi Muhammad saw
dalam fungsinya sebagai kepala pemerintahan, bahkan lebih jauh khalifatu
fi al-ardh digambarkan sebagai kedudukan yang kudus, yaitu zill al-Allah
fi al-ardh (bayang - bayang Allah di permukaan bumi).
Pengertian khalifah sebagai duta atau wakil Tuhan di muka bumi
merujuk pada pengertian individual yang dapat dimiliki oleh setiap umat
manusia. Semua manusia berhak mendapat predikat yang sama, hanya saja
kualifikasi ke-khalifah-annya akan ditunjukkan oleh sejauh mana hasil
optimalisasi potensi kemanusiaan manusia tersebut.5
Ayat - ayat Al - Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu
berkaitan dengan tugas-tugas dan tanggungjawab. Hal ini memberikan
suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar
melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang
harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang
dilakukan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

BAB III

PENUTUP

5
Isop Syafe'i. Hakikat Manusia Menurut Islam, Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi 2012, Vol. V, No.1 ( Bandung : Fakultas Psikologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung ), hal. 746-747

13
A. Simpulan

Manusia adalah makhluk yang kompleks yang diciptakan oleh Allah


SWT untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Kita sebagai
seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain. Manusia sendiri bukanlah makhluk yang
sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat dalam diri manusia. Salah
satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama, oleh
karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, kita sebagai seorang manusia harus menjadi
individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus
saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini, diharapkan bisa
menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA

14
Azka,Hafizh dkk.2019. Hakikat Manusia menurut Islam.Semarang.
Universitas Diponegoro Semarang. Tersedia pada :
https://www.researchgate.net/publication/335825647_Hakikat_Manusia_Menurut
_Islam

Musyaffa, Ach.2018. Pandangan Islam Tentang Hakikat


Manusia.Pamekasan.Stain Pamekasan Tarbiyah. Tersedia pada :
https://www.researchgate.net/publication/328164232_Pandangan_Islam_Tentang
_Hakikat_Manusia

Sada, H.J.2016.Manusia dalam Perspsektif Agama Islam.Jurnal Pendidikan Islam


[Internet]. [diunduh 2020 Okt 1]; Vol. 7. Tersedia pada :
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/view/1498

Siti Khasinah.2013.Hakikat Manusia menurut PandanganIslam dan Barat. Jurnal


Ilmiah Didaktika [Internet]. [diunduh 2020 Sep 29]; Vol.XIII, No. 2. Tersedia
pada :
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/480

Siregar, Eliana.2017. Hakikat Manusia. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran


Keagamaan Tajdid [Internet]. [diunduh 2020 Sep 29]; Vol. 20, No. 2. Tersedia
pada :
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjar3oz4_sAhUOX30
KHaHpBJEQFjARegQIDRAB&url=https%3A%2F%2Fejournal.uinib.ac.id
%2Fjurnal%2Findex.php%2Ftajdid%2Farticle%2Fdownload
%2F79%2Fpdf&usg=AOvVaw2pYSjdVyeUPdq2hSYyNTyi

Syafe'i, Isop.2012.Hakikat Manusia Menurut Islam, Psympathic.Jurnal Ilmiah


Psikologi [Internet]. [diunduh 2020 Okt 30]; Vol. V, No.1. Tersedia pada :
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/2132

Raharja, U.T. dkk.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta.Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai