Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM”

Disusun oleh :

ELVIANA PUTRI
EKA APRIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STISIPOL BUOL
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,

inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai

salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam

ilmu agama.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini.

Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan

bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat

diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih

baik.

Buol, September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ii

Daftar Isi .....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujun Masalah .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Hakikat Manusia..................................................................................3

B. Eksistensi dan Martabat Manusia ...................................................................5

C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ...............7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..........................................................................................................11

B. Saran ..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan
remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus
bangsa agar kita semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta
memahami tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi. Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya
dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia
selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan
tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau predikat
untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo sapiens,
(makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan
nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen (makhluk yang pandai
menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja sama), homo
economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo religious
(makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-spiritual), homo
educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo faber (makhluk yang
selalu membuat bentuk-bentuk baru).
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai
dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal
dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa
akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia
adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29).
Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari
Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal
ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang
diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang
sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins
atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah
tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang

1
tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun
belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan
kembali kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan
islam serta tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Konsep Hakikat Manusia ?
2. Apa yang di maksud dengan Eksistensi dan Martabat Manusia ?
3. Pengertian Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

C. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Konsep Hakikat Manusia


2. Menjlaskan Eksistensi dan Martabat Manusia
3. Penjelasan Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Hakikat Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman


modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut
pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi
hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenai
hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha
mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang
manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara
mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi
dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah
zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu
jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur
asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga
sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh,
yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme,
tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara
beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
3
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56]

yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan


makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah
pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya.
Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi
manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya,
suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas
ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang
mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari
sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di
dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan
dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia
adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
4
sebagai makhluk yang istimewa.
B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan
Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan,
menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan
diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah
dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,
yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia,
serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas
kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah
SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai
individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang
siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

3. Tujuan Individu dalam Keluarga


5
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain..
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga
merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun keberadaan
keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem
sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat
yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige, ideologi, dan
sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar
individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga
sakinah, mawaddah dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh
sebab itu, wajar bagi manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.

Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara
kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.


Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam hidup.
Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan,
makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh
apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan
bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab
itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka
kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
6
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan


internasional/dunia luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang
ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri
serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional
adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang
dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak
kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau


pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri
dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah


7
Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang
diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut
ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya,
kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian
ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah


dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami,
seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak
menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan dari
manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk
menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di
langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah
diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia
sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang
lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali
taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang terkuat
(struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang paling bijak
(struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95).
Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual
atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah diartikan
pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab, kalimat
“Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang 8
tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti
Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada
manusia. Di samping arti ini khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau
kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana
Allah mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia
dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk
yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para
malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-
Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk
menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan
dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena
kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda
dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari usaha
sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka
menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban
dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat
yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan


9
tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta
pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang
keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai
khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT.

BAB III 10
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di


ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi
manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai
seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang


melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman
manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling
menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya
perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang
ada.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang


manusia kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu
kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih
dalam Hakikat Manusia menurut Islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html (diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-
manusia.html (diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di
http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di https://dalamislam.com/info-
islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai