Disusun oleh :
ELVIANA PUTRI
EKA APRIANA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam
ilmu agama.
sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini.
Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan
bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat
diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih
baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan..........................................................................................................11
B. Saran ..............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun
belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan
kembali kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan
islam serta tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Konsep Hakikat Manusia ?
2. Apa yang di maksud dengan Eksistensi dan Martabat Manusia ?
3. Pengertian Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi
dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah
zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu
jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur
asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga
sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh,
yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme,
tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara
beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
3
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56]
yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan
Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan,
menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan
diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah
dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,
yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia,
serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas
kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah
SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai
individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang
siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara
kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri
dan tanpa melepas tanggung jawab.
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95).
Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual
atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.
BAB III 10
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12