Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MANUSIA DAN AGAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Agama
Islam” yang diampu oleh Bapak Dosen Fauzi Al Muhtad, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Agus Ade Setiawan (OR822060)


2. Ahmad Saeful Muhtadin (OR822045)
3. Tri Nur Faidah (OR822017)
4. Zidane Andrew Arsyah (OR822026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan sayang-Nya memberikan pengetahuan, kemampuan, dan kesempatan
kepada penyusun makalah yang berjudul “Manusia Dan Agama”. Makalah ini
ditulis sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Penyusun menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun, untuk itu,
masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk
semakin membenih kekurangannya.
Demikian dari kami selaku penulis makalah ini, apabila terdapat
kekurangan pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi Anda yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pandangan Umum Tentang Manusia.............................................................3
2.2 Hakekat Manusia Pada Beberapa Pandangan...............................................3
2.3 Pengertian Agama............................................................................................7
2.4 Jenis dan Keberadaan Agama.........................................................................8
2.5 Agama Islam dan Ruang Lingkupnya............................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengkaji manusia berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi
sangat penting, terutama bagi umat Islam, mengingat begitu banyaknya kajian
tentang manusia dengan pendekatan lain. Kajian ini untuk memberikan
informasi yang jelas dan benar dan tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang sudah digariskan oleh Al-Qur’an yang diakui sebagai sumber
kebenaran yang hakiki.
Pada bagian ini juga akan dikaji permasalah lain yang sangat
terkait dengan permasalahan manusia, yakni permasalahan agama. Agama
merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, mengingat
sejak manusia lahir ke dunia sebenarnya sudah dibekali oleh Allah dengan
agama. Karena itulah, keterkaitan antara manusia dan agama akan dijelaskan
pada bagian ini sehingga menjadi jelas bahwa agama merupakan kebutuhan
mutlak bagi manusia dan manusia tidak dapat hidup dengan teratur dan
sejahtera di dunia ini tanpa agama. Dengan kata lain, fitrah manusia adalah
beragama,sehingga ketika manusia mengaku tidak beragama berarti ia telah
membohongi dirinya dan sekaligus telah berbuat zhalim terhadap dirinya.
Kajian ini akan mengurai bagaimana konsep manusia menurut
pandanganIslam, khususnya berdasarkan Al-Qur’an. Di samping itu, kajian
ini juga akan menganalisis keterkaitan antara manusia dengan agama dan
sejauh manakah manusia membutuhkan agama dalam hidup dan
kehidupannya sebagai bekal dalam kehidupan nantinya di akhirat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pandangan umum tentang manusia ?
2. Apa hakekat manusia pada beberapa pandangan ?
3. Apa pengertian agama ?
4. Bagaimana klasifikasi dan keberadaan agama ?
5. Apa agama islam dan ruang lingkupnya ?

1
1.3 Tujuan
1. Memudahkan untuk memahami pandangan umum tentang manusia.
2. Memaparkan tentang hakekat manusia pada beberapa pandangan.
3. Memaparkan pengertian agama agar mudah dipahami.
4. Memaparkan pemahaman tentang klasifikasi dan keberadaan agama.
5. Memudahkan untuk memahami agama islam dan ruang lingkungnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Umum Tentang Manusia
Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama
dengan makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini.
Dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki fungsi tubuh dan fisiologis
yang tidak berbeda. Namun, dalam hal yang lain manusia tidak dapat
disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya,
yakni akal, yang tidak dimiliki oleh binatang.
Para ahli ilmu pengetahuan tidak memiliki kesamaan pendapat mengenai
manusia. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya kekuatan dan peran
multidimensional yang diperankan oleh manusia. Mereka melihat manusia
hanya dari satu aspek saja, padahal aspek yang ada cukup banyak. Karena
itulah hasil pengamatan mereka tentang manusia berbeda-beda antar satu
dengan lainnya. Perbedaan aspek ini pula yang kemudian melahirkan berbagai
disiplin ilmu yangterkait dengan manusia.

2.2 Hakekat Manusia Pada Beberapa Pandangan


Berbicara tentang hakekat manusia terdapat beberapa pandangan sebagai
berikut:
a. Pandangan Ilmu Pengetahuan
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, karena sejak dahulu
hingga sekarang ini menjadi objek studi penelitian oleh ilmuan-ilmuan.
Hampir semua lembaga pendidikan yang ada di dunia ini mengkaji
manusia, karya dan dampaknya terhadap alam dan dirinya sendiri. Para
ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya, tetapi sampai kini
para ahli belum mencapai kata sepakat tentang hakekat manusia itu
sendiri. Hal ini terbukti pada banyaknya penamaan manusia itu (misalnya,

3
homo sapiens : binatang berakal, homo ekonomicus : binatang ekonomi
dan sebagainya).
Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia itu kedalam kelompok
binatang selama ia mempergunakan akalnya. Tetapi kalau ia tidak
mempergunakan akal yang demikian tinggi nilainya, maka lebih dari
hewan sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya yakni:”Mereka
punya akal tetapi tidak berpikir, mereka punya mata tetapi tidak melihat,
mereka punya telinga tidak mendengar. Mereka (manusia itu) sama
dengan hewan bahkan lebih sesat dari binatang”.
b. Pandangan Materialisme
Menurut pandangan materialism, manusia adalah:

 Manusia hanyalah merupakan sekepal tanah, dari bumi asal


kejadiaanya, di bumi dia berjalan, dari bumi dia makan dan ke dalam
bumi dia kembali.

 Manusia tidak lebih dari kumpulan daging, darah, tulang, urat-urat dan
alat pencernaan, akal pikiran dianggap sebagai barang benda.

 Manusia dianggap tidak ada keistimewaan dan hanya dapat disamakan


dengan kera yang setelah melalui masa panjang berubah menjadi
manusia seperti kita lihat sekarang ini. Teori Evolusi atau Teori
Desendensi berasal dari makhluk satu sel. Evolusi itu berlangsung
setingkat demi setingkat membentuk sejuta jenis hewan dan sepertiga
juta jenis tanaman. Binatang satu sel sebagai awal evolusi dan
manusia akhir dari evolusi.
c. Pandangan Al-Qur’an
Untuk melihat pandangan Al-Qur’an mengenai manusia, di bawah ini
akan diuraikan satu persatu mengenai kata yang digunakan Al-Qur’an
untuk menyebut manusia, asal kejadian manusia, potensi manusia, fungsi
manusia, dan jati diri manusia.

 Sebutan Alquran untuk Manusia

4
Penekanan kata insan ini adalah lebih mengacu pada peningkatan
manusia ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan
untuk memangku jabatan khalifah dan memikul tanggung jawab dan
amanat manusia di muka bumi, karena sebagai khalifah manusia
dibekali dengan berbagai potensi seperti ilmu, persepsi, akal, dan
nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia siap dan mampu
menghadapi segala permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di
samping itu, manusia juga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai
makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
makhluk lain dengan berbekal potensi-potensi tadi.
Penyebutan manusia dengan nas lebih menonjolkan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Al-Qur’an
menginformasikan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku
dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya
(ta’aruf), saling membantu dalam melaksanakan kebajikan, saling
menasihati agar selalu dalam kebenaran dan kesabaran, dan
menanamkan kesadaran bahwa kebahagiaan manusia hanya mungkin
terwujud bila mereka mampu membina hubungan antar sesamanya.

 Asal Kejadian Manusia

Al-Qur’an tidak membicarakan proses kejadian manusia secara


detail, sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmu biologi atau ilmu
kedokteran. Namun demikian, Al-Qur’an memberikan isyarat
mengenai asal kejadian manusia yang tidak bertentangan dengan ilmu
pengetahuan, khususnya biologi. Mengenai asal kejadian manusia ini,
Al-Qur’an menjelaskan melalui beberapa ayatnya yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia pertama adalah
Adam a.s. Allah menciptakan Adam a.s. melalui proses yang unik dan
berbeda dengan manusia-manusia lainnya. Allah dengan sifat Maha

5
Kuasa-Nya menciptakan Adam dari tanah (turab) dan hanya dengan
firman-Nya: “kun fayakun” yang berarti jadilah, maka jadilah ia.
Kedua, panusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam)
diciptakan oleh Allah dari saripati tanah, yang berproses menjadi
sperma (nuthfah), segumpal darah (‘alaqah), segumpal daging
(mudghah), tulang belulang (‘izham), hingga menjadi janin (khalqan
akhar).
Ketiga, proses manusia selanjutnya dijelaskan, mulai dalam
kandungan manusia dibekali ruh kemudian potensi pendengaran,
penglihatan, dan hati. Dalam al- Setelah sempurna proses kejadiannya
kemudian Allah mengeluarkannya menjadi bayi, tumbuh menjadi
dewasa, hingga dimatikan Allah.

 Potensi Manusia

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah membekali manusia dengan


dua potensi pokok, yakni:
1) Potensi kecerdasan (IQ)
Al-Qur’an mengisyaratkan hal ini dengan menjelaskan proses
pengajaran yang diberikan oleh Allah kepada Adam, yang dalam
waktu singkat dapat menguasai semua nama yang ada di surga.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Adam, sebagai manusia
pertama, memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan malaikat
yang ternyata tidak mampu menyebutkan semua nama yang ada di
surga.

2) Potensi Tauhid (Agama)


Hal ini diisyaratkan oleh al-Quran dengan persaksian yang
diberikan oleh Allah kepada jiwa (ruh) yang ada pada setiap calon
bayi yang masih dalam kandungan sang ibu. Semua jiwa itu
mempersaksikan bahwa Allah sebagai Tuhannya.

 Fungsi Manusia

6
Di bumi inilah manusia dapat berperan sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Peran apa saja yang dimainkan manusia di bumi ini,
Al-Qur’an menggariskan jangan sampai manusia keluar dari dua
fungsi pokoknya, yakni: Pertama, fungsi kekhalifahan (khalifah
Allah). Kehadiran manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah atau
wakil Allah di bumi. Khalifah bisa juga diartikan sebagai pemimpin.
Karena itu, manusia harus dapat memerankan dirinya sebagai
pemimpin di muka bumi ini. Fungsi kepemimpinan ini harus
diperankan manusia sesuai dengan kapasitasnya masing-masing yang
banyak didukung oleh potensi kecerdasannya.
Kedua, fungsi ibadah (hamba Allah). Di samping manusia harus
menjadi khalifah di bumi, manusia juga harus melakukan fungsi
utamanya, yakni beribadah kepada Allah. Fungsi ibadah ini dapat
dijalankan manusia sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh Allah melalui al-Quran dan juga yang dijelaskan oleh Nabi
melalui hadisnya. Fungsi ini sangat didukung oleh potensi agama yang
dimiliki manusia. Semakin tinggi potensi keagamaan manusia, maka
akan semakin maksimal dia dapat beribadah kepada Allah.
Dua fungsi di atas harus berjalan bersama-sama dan tidak boleh
manusia hanya menjalankan satu fungsi saja serta meninggalkan
fungsi yang lain. Sebagai teladan manusia, Nabi Muhammad SAW.
menyontohkan bagaimana melakukan kedua fungsi itu dalam
kehidupan beliau, baik sebagai kepala negara maupun sebagai nabi,
yang dua-duanya dijalankan dengan sebaik mungkin. Sebagai
umatnya kita pun harus meneladaninya dengan berusaha
memaksimalkan kedua fungsi itu dalam kehidupan kita.

2.3 Pengertian Agama


Secara etimologis kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sangskerta, yakni a
dan gama. A berarti tidak dan gama berarti kocar-kacir atau berantakan. Jadi,
agama berarti tidak berantakan atau teratur. Dengan makna ini, dapat dipahami

7
bahwa agama memberikan serangkaian aturan kepada para penganutnya
sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama menyampaikan para pemeluknya
kepada suatu cara hidup yang teratur.
Dari makna etimologis ini, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat
aturan atau ketentuan hidup yang melekat dalam diri manusia agar hidupnya
teratur yang merupakan cara menuju suatu kehidupan yang selamat. Yang
harus juga ditegaskan di sini adalah bahwa aturan dalam agama ini harus
bersumber dari sesuatu yang dipandang melebihi kekuasaan manusia, yakni
Tuhan atau yang dianggap seperti Tuhan.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kata religion berasal dari kata
kerja dalam bahasa Latin religere yang menunjukkan arti ibadah yang
berasaskan pada ketundukan, rasa takut, dan rasa hormat. Namun, gambaran
keagamaan seperti ini hanya bisa dipakai dalam mengartikan agama Samawi.
Dalam bahasa Arab agama dikenal dengan sebutan ‘din’ dan ‘millah’.
Kedua istilah ini bisa ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi.
Penggunaan istilah ‘din’ lebih populer daripada ‘millah’. Kata ‘din’ sendiri
dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘dana’ yang sebenarnya memiliki
beberapa arti, di antaranya cara atau adat istiadat, peraturan, undang-undang,
taat atau patuh, pembalasan, menunggalkan ketuhanan, perhitungan, hari
kiamat, nasihat, dan agama Din juga bisa berarti aqidah, syari’ah, dan millah.
Dari makna-makna tersebut, maka sebenarnya kata din-lah yang paling tepat
untuk menyebut agama Islam, sehingga menjadi Din al-Islam.

2.4 Jenis dan Keberadaan Agama


Keberadaan agama yang menjadi anutan bagi setiap umat di dunia ini
terdiri dari dua jenis ; yakni agama samawi (agama langit), dan agama ardhi
(agama bumi). Agama samawi lebih dikenal sebagai agama wahyu yang
berasal dari Allah Swt, dan diturunkan melalui Jibril kepada nabi/rasul dan
selanjutnya diteruskan kepada umat manusia untuk menjadi anutan dalam
hidupnya. Sedangkan agama ardhi (agama bumi) lebih dikenal sebagai agama

8
budaya yang merupakan hasil produk manusia sendiri dan menjadi anutan bagi
manusia tertentu.
Adapun ciri-ciri kedua jenis agama tersebut yakni:
1. Agama wahyu (agama samawi/langit) cirinya adalah:
a. Turun langsung dari Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril.
b. Disampaikan melalui utusan-Nya seorang rasul/nabi.
c. Mempunyai kitab suci yang bersih jelas, tanpa ada campur tangan
manusia.
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah sesuai
dengan kemampuan manusia yang dapat menafsirkan.
e. Konsep ketuhannya adalah ; Monoteisme mutlak (Tauhid).
f. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,
masa, dan keadaan.
2. Agama Ardhi (bumi) atau agama budaya cirinya adalah:
a. Hasil produk atau lahir di lingkungan manusia sendiri.
b. Tidak disampaikan melalui utusan Tuhan (Rasul Allah).
c. Memiliki kitabnya tetapi satu saat dapat berubah-ubah menurut
kepentingannya.
d. Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi semua
umat, masa dan keadaan.
e. Konsep ketuhanannya ; dinamisme, animisme, politeisme dan paling
tinggi ialah monoteisme nisbi.

2.5 Agama Islam dan Ruang Lingkupnya


Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah
agama yang terakhir dan yang sempurna diturunkan Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia. Kesempurnaan agama ini sebagai ajaran Islam
karena di dalamnya mencakup seluruh aspek kehidupan, baik sebagai hamba
Allah, individu, anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk di muka bumi.

9
Secara garis besar ruang lingkup Agama Islam menyangkut tiga aspek sebagai
berikut :
- Aspek Keyakinan yang disebut dengan aqidah, yaitu keimanan penuh
terhadap Allah sebagai pencipta dan semua makhluk yang ada sebagai hasil
ciptaan-Nya beserta segala firman-Nya.
- Aspek norma atau hukum yang disebut dengan syariah, yaitu aturan-aturan
Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia,
dan manusia dengan alam semesta.
- Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap atau perilaku yang tampak
dari pelaksanaan aqidah dan syariah.

Ketiga aspek tesebut di atas ruang lingkupnya akan dijelaskan pada bab-bab
berikutnya.

Islam sebagai Ad-Din atau agama wahyu memiliki banyak makna;


ketundukan, kepatuhan, ketaatan. Artinya sebagai agama wahyu, maka
pengikutnya harus tunduk, patuh dan taat kepada Allah Swt. Kata Islam adalah
kata kerja salima yang berarti sejahtera, tidak bercacat. Dari kata ini terbentuk
kata masdar yakni ”salamat”(dalam arti bahasa Indonesia menjadi selamat).

Dari perkataan ”salamat” tersebut memunculkan ucapan ”assalaamu


alaikum”, artinya semoga keselamatan bagi kamu (kata yang mengandung doa
dan harapan. Ucapan yang sudah membudaya pada masyarakat di Indonesia
dan menjadi salah satu simbol dari agama wahyu yakni Diinul Islam. Arti yang
dikandung oleh Diinul Islam adalah ; kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan diri, kepatuhan.

Seseorang yang telah menentukan dirinya memilih Islam sebagai


keyakinannya disebut Muslim. Artinya orang yang bepegang teguh dan tunduk
pada agama wahyu serta terikat oleh aturan-aturan di dalamnya. Sebagai agama
wahyu, Islam merupakan satu sistem aqidah, syari’ah dan akhlak yang
mengatur segala sikap dan tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan,
baik hubungan manusia dengan Allah, maupun hubungan manusia dengan

10
sesama, masyarakat, alam atau makhluk lainnya. Sistem inilah yang
selanjutnya dikenal dengan hukumhukum Islam (hukum Tuhan).

Hukum-hukum Tuhan kalau di dunia Barat disebut dengan istilah natural


law (hukum alam). Di dalam ajaran Islam hukum alam (natural law)
dinamakan Sunnatullah, atau kalau dihubungkan dengan tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah disebut ”ayat-ayat kauniyah” (ayat Allah fi al-Kaun),
yakni tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta. Yang kedua
dari tanda-tanda kebesaran Allah adalah ayat Allah fi al-kitab. Dilihat dari
kedudukannya ayat Allah fi al-Kitab yang pertama setelah ayat Allah fi al-
Kaun. Meski demikian kedua ayat Allah ini wajib dipelajari oleh manusia. Jadi
dengan demikian dapat dipahami bahwa ayat Allah ini dua ; ayat yang tertulis
(alkitab), dan ayat yang tidak tertulis (alam semesta).

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Itulah gambaran singkat mengenai pandangan Islam tentang
manusia danbagaimana keterikatan manusia dengan agama. Tentu saja
masih banyak hal yang bisa diungkap tentang keunikan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini. Kemuliaan manusia terutama
terletak pada kelengkapan fitrahnya dibandingkan makhluk yang lain.
Dengan akalnya manusia dapat menaklukkan dunia ini. Namun, kelebihan
manusia ini tidak akan terus bertahan hingga dibawa menghadap ke
hadiran Allah Swt.
Ketika manusia tidak mampu menggunakan akalnya dengan baik
dan semua perilakunya dikendalikan oleh nafsunya, maka manusia tidak
lagi menjadi makhluk yang terbaik, akan tetapi justeru sebaliknya manusia
akan menjadi makhluk yang paling hina. Disinilah manusia sangat
membutuhkan agama yang dapat dijadikan sebagai kendali di dalam
memanfaatkan bekal-bekal fitrahnya.
Agama bisa mengarahkan manusia bagaimana seharusnya bersikap
dan berperilaku sehingga manusia akan tetap menjadi makhluk yang
terbaik dan kembali kepada Allah dalam keadaan Muslim (berserah diri
kepada-Nya). Agamalah yang dapat menjamin manusia memiliki moral
atau karakter mulia sehingga manusia menjadi mulia di hadapan Allah dan
di hadapan manusia serta makhluk lainnya.
3.2 Saran

12
Kami sebagai penyusun makalah ini berharap dapat memberikan
wawasan bagi pembaca agar tertarik untuk terus meningkatkan rasa
keingintahuan terhadap informasi baru yang bermanfaat bagi para
pembaca. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami
sebagai penyusun dapat lebih baik dalam pembuatan makalah pada
kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfatun Mukhtar, Tunduk Kepada Allah:Fungsi dan peran agama dalam
kehidupan manusia,Jakarta:Paramadina,2001.
Anshary,Endang Saefuddin,Islam,Filsafat dan Agama,Surabaya:Bina Ilmu,1979.
Dadang Kahmad,sosiologi Agama,Bandung:Remaja Rosdakarya,2009.
Nasution,Harun,Islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jakarta:UI
Press.1985.Koentjaraningrat,Pengantar Antropologi,Jakarta:Rineka Cipta,2002.

13

Anda mungkin juga menyukai