Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM DAN


PENGAPLIKASIANNYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Destantya Aurel Aulia G70123080
Sarina Salsyabila G70123057
Donna Anastasya G10123003
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah

Palu, 15 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………........………………………….… 1

1.2. Rumusan
Masalah…………………
……………………………
……………..
1.2. Rumusan
Masalah…………………
……………………………
……………..
B. Rumusan Masalah………………….….………….…………………. 2
C. Tujuan penulisan……………….……………………..……………... 2
D. Manfaat……….…………………………………..………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak………...…………………….….….…….…….... 3
B. karakteristik Akhlak…….……………….…………….………..….. 4
C. Pembagian Akhlak……………………….…...………….………..... 7
D. Aktualisasi Akhlak Dalam Kehidupan……………..………….…... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………..…………………………....…. 12
Daftar Pustaka…………………………………………………………...……. 13

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta. Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
mana pada diri manusia itulah terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan
dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan
kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia
dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut
yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya sebagai
makhluk Allah yang paling mulia.

Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifahan yaitu tugas


kepemimpinan, wakil Allah di maka bumi serta pengelolaan dan
pemeliharaan alam. Satu dari dimensi manusia adalah akhlak yang
berpengaruh penting pada keyakinan dan perilakunya. Islam sebagai
agama yang komprehensif memberikan penekanan serius pada dimensi
akhlak manusia, bahkan sebagian besar ajaran Islam ada pada bagian
akhlak Nabi Muhammad SAW penuh bersabda: "Tidak ada sesuatu yang
lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat,
melebihi akhlak yang berbudi luhur." (Diriwayatkan okh At-Tirmidzi).

Sudut pandang atau paradigma seorang muslim terhadap akhlak


sangat jelas. Bahwa dalam akhlak seharusnya tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku
makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang
terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak
yang hakki. Manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan pada
kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak
bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semesta. Dan juga akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional,
tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.. Dengan
demikian, kita sebagai umat Islam mempunyai jati diri etika dan moral
yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran
dan sunnah, dengan mengikuti contoh dari telada Nabi Muhammad yang
di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling
sempurna.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak?
2. Apakah pengertian dan perbedaan antara etika, moral, dan akhlak?
3. Bagaimana mengemukakan akhlak yang bagus dengan berpedoman
kepada Rasullullah SAW dalam islam menurut Al-Qur’an dan hadist?
4. Apa saja macam-macam akhlak beserta manfaatnya?
5. Apakah hubungan akhlak dengan tasawuf?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak?
2. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan etika, moral, dan
akhlak?
3. Untuk mengetahui serta mengemukakan akhlak yang bagus dengan
berpedoman kepada Rasulullah SAW?
4. Untuk mengetahui macam-macam akhlak beserta manfaatnya?
5. Untuk mengetahui hubungan akhlak dengan tasawuf?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak secara istilah adalah sifat seseorang yang


melekat dalam dirinya yang kemudian dapat terlihat dari perilaku orang
tersebut. maka bila akhlaknya baik perilakunya akan baik, dan bila
akhlaknya buruk maka perliakunya akan buruk. Dalam islam akhlak
berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat
atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang,
telah melakat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.

‫ِإَّنا َأْخ َلْص َناُهْم ِبَخ اِلَصٍة ِذ ْك َر ى الَّد اِر‬


Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (QS Shad : 46)”.
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang
tertanam di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan
yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.

B. Pengertian dan Perbedaan Antara Etika, Moral, dan Akhlak


Pengertian Etika
Secara umum, Etika adalah suatu tolok ukur dalam memberi penilaian
terhadap perbuatan seseorang. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Pengertian Etika Secara KBBI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika yaitu ilmu
tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral;
sekumpulan asa atau nilai-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai
mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut
masyarakat.

Definisi Etika Menurut Ahli


• W. J. S. Poerwadarminto : Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlakatau moral.
• Hamzah Yakub: Etika yaitu menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik
dan mana yang buruk.
• Soegarda Poerbakawatja : Etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan
nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan kesusilaan.
• Drs. O. P. Simorangkir :Etika merupakkan pandangan manusia terhadap
baik dan buruknya perilaku manusia.
• Maryani dan Ludigdo Menurut mereka, etika merupakan seperangkat
norma, aturan atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.

Pengertian Moral
Secara umum, Moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada
setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin
rasa hormat dan menghormati antar sesama.

Pengertian Moral Secara Istilah


Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
Moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang
harus dimiliki oleh manusia.

Definisi Moral menurut para Ahli


• Menurut W. J. S. Poerdarminta : Menyatakan bahwa ajaran moral dari
perbuatan baik dan buruk dan perilaku.
• Menurut Hurlock : Definisi moral adalah perilaku yang sesuai dengan
kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan
adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
• Menurut Sonny Keraf : Pengertian moral adalah Moral dapat digunakan
untuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan manusia
sebagai manusia, Akhlak merupakan sikap dalam diri seseorang yang
menjadi kebiasaanya dan bisa mengarah pada suatu perbuatan tertentu.

Pengertian Akhlak
Akhlak juga merupakan tabiat atau sifat seseorang dimana sifat tersebut
sudah sangat melekat dengan jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan
baik itu akhlak terpuji maupun tidak terpuji. Mungkin sebagai anggota
masyarakat (member of society) atau sebagai Akhlak merupakan sikap
dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaanya dan bisa mengarah pada
suatu perbuatan tertentu. Akhlak juga merupakan tabiat atau sifat
seseorang dimana sifat tersebut sudah sangat melekat manusia yang
memiliki posisi tertentu atau pekerjaan tertentu.

Perbedaan antara etika, moral, dan akhlak


Etika dan moral memanglah susah dibedakan karena keduanya memiliki
pengertian yang cukup mirip. Penerapan akhlak, etika, dan moral dalam
kehidupan sehari-hari juga cukup mudah, kita bisa mempraktikkannya dari
hal-hal kecil terlebih dahulu. Seperti contohnya, menerapkan etika berupa
tidak berbicara ketika sedang makan, tidak mengeluarkan suara ketika
sedang mengunh makanan, bertegur sapa dengan orang lain ketika
bertemu. elain itu, terdapat juga penerapan akhlak yang bisa dilakukan
sehari-hari seperti menghormati seseorang yang lebih tua, menjenguk
teman yang sedang sakit, membuang sampah pada tempatnya, berlaku adil
kepada setiap orang, sampai dengan bersikap santun kepada semua orang.

C. Akhlak yang Bagus dengan Berpedoman Kepada Rasulullah SAW


Menurut AL-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal
ini dinilai karena keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
dasar-dasar yang lain. Mengingat al-Qur’an merupakan firman Tuhan,
sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau
asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat yang diperlukan untuk
mendukungnya. Dan tidak akan dibahas di sini, karena ada ilmu khsusus
yang membahasnya. Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri
sifatnya komprehensif. Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di
dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak
ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk
mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada al-Hadits ( sebagai
Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah
campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya
al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin disimpaikan
oleh al-Qur’an.

Akhlak Dalam Kehidupan Rasulullah Saw dan Sunnahnya


Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi.
Aisyah menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an. Dengan demikian, Nabi
merupakan interpretasi yang hidup terhadap al-Qur’an. Karena segala
ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan penetapan (Taqririyah)
merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi
senantiasa terjaga. Dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan al-Hadits
berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
Baginda lebih suka memanggil sahabat-sahabatnya dengan nama gelaran
masing-masing untuk menghormati dan memikat hati mereka. Yang tidak
memiliki gelar panggilan, baginda akan memberinya nama gelaran bukan
saja kepada sahabat lelaki tetapi juga kepada wanita dan kanak-kanak.
Baginda tidak berbicara jika tidak perlu. Baginda juga tidak pernah
mengatakan sesuatu atau marah kecuali yang benar. Rasulullah amat
jarang marah dan apabila marah segera reda.
Apabila mendengar orang berbicara yang kurang baik, baginda akan
memalingkan mukanya dari orang itu. Jika ada sesuatu yang harus
disampaikan tetapi baginda tidak menyukainya, maka baginda rasul
menggunakan kata-kata kiasan atau sindiran. Dalam semua perbicaraan
baginda akan menggunakan kata-kata yang baik dan nasihat-nasihat yang
berguna. Baginda tidak membalas kejahatan dengan kejahatan malah
memaafkannya. Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa tentara musyrikin
yang berdiri di kepala baginda dengan sebilah pedang seraya berkata
kepada baginda,"Siapakah yang dapat mempertahankan engkau daripada
pedangku ini?" Rasulullah S.A.W.menjawab dengan tegas :"Allah."
Dengan jawaban itu gementarlah tangan orang musyrikin itu dan pedang
yang dipegangnya itu jatuh dari tangannya. Pedang itu diambil oleh
Rasulullah S,A.W.tetapi baginda tidak membunuhnya malahan
membebaskannya walaupun baginda boleh membunuhnya.
Dalam peristiwa lain, seorang Arab dusun kencing di dalam masjid. Para
sahabat bertindak akan memukul orang itu tetapi dihalangi oleh baginda.
Orang itu dinasihati oleh baginda dengan kata-kata yang baik. Begitu juga
saat baginda dan orang-orang Islam berjaya menguasai Kota Mekah pada
tahun 8 Hijrah, baginda tidak membalas dendam kepada orang-orang yang
dahulunya sering menganggu dan menyakiti orang-orang Islam. Hanya
beberapa orang saja dibunuh. Yang lain dimaafkan dan dibebaskan
baginda.

Walaupun baginda seorang nabi dan rasul, akan tetapi baginda tetap
melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh para sahabat. Pada suatu ketika
dalam perjalanan, beberapa orang sahabat berencana untuk menyembelih
seekor kambing dan membagikan dagingnya di antara mereka. Seorang
bertugas menyembelih dan seorang lagi bertugas memasak daging.
Rasulullah bersabda bahawa baginda bersedia mengumpulkan kayu-kayu.
Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah,itu pun kami akan lakukan di antara
kami."Rasulullah menjawab,"aku tahu bahawa kamu semua akan
melakukannya dengan senang hati tetapi aku tidak mau menjadi orang
yang paling terkemuka di kalangan kumpulan ini dan Allah pun tidak
menyukainya."Di rumah, baginda juga membantu isteri-isterinya. Baginda
membetulkan sendiri kasutnya, menjahit pakaian dan memerah susu
kambing. Banyak lagi contoh akhlak terpuji nabi muhammad SAW yang
patut dikaji, diteladani dan disebarkan. Sesungguhnya Rasulullah
S.A.W.adalah contoh teladan yang paling baik. Barang siapa yang
mengikutinya akan diridhai Allah dan akan selamat di dunia dan akhirat.
Agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, umat Muslim harus
berpedoman kepada akhlak Rasulullah SAW, yaitu suri teladan bagi
seluruh umat Muslim di dunia. Keluhuran akhlak baginda Nabi
Muhammad SAW ini banyak disebutkan dalam Alquran dan hadits.

Dalil tentang Akhlak


1. Surat Al A’raf Ayat 199
‫ُخ ِذ ٱْلَع ْفَو َو ْأُم ْر ِبٱْلُعْر ِف َو َأْع ِر ْض َع ِن ٱْلَٰج ِهِليَن‬
Latin: "Khużil-'afwa wa`mur bil-'urfi wa a'riḍ 'anil-jāhilīn."
Artinya: "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh," (QS. Al A’raf ayat 199).

2. Surat Al Baqarah ayat 152-153


‫َفاْذ ُك ُروِني َأْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُروا ِلي َو اَل َتْكُفُروِن‬
Latin: "Fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā takfuruun."
Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku," (QS. Al-Baqarah ayat 152).
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱْسَتِع يُنو۟ا ِبٱلَّصْبِر َو ٱلَّص َلٰو ِةۚ ِإَّن ٱَهَّلل َم َع ٱلَّٰص ِبِريَن‬
Latin: "Yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha
ma'aṣ-ṣābirīn."
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar," (QS. Al-Baqarah ayat 153).

D. Macam-macam Akhlak Beserta manfaatnya


Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)
Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang
seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi
sifat sabar, jujur, rendah hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil,
bijaksa, lembut dan santun, tawakal, dan masih banyak lagi. Seorang
muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam kehidupan sehari-hari
akan menjaga tutur kata dan perbuatannya. Sebagai seorang muslim, sudah
menjadi sebuah keharusan untuk menjaga akhlakul mahmudah dalam
kehidupan sehari-hari.

Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)


Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau
tindakan buruk yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak
mazmumah ini harus dijauhi karena dapat mendatangkan mudharat bagi
diri sendiri maupun orang lain.Beberapa contoh akhlakul mazmumah yaitu
sifat sombong, iri, dengki, tamak, hasad, takabur, ghibah, dan lain
sebagainya. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menjauhi
akhlakul mazmumah. Hal ini karena akhlak ini sangat dibenci oleh Allah
SWT.

Manfaat Akhlakul Mahmudah


Akhlakul mahmudah memiliki manfaat untuk kehidupan sehari-hari, di
antaranya sebagai berikut. Dicintai oleh Rasulullah SAW Keutamaan
memiliki akhlak yang terpuji (akhlakul mahmudah) yaitu dicintai oleh
Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi,
disebutkan bahwa seorang muslim yang memiliki sifat terpuji akan dekat
dengan Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam hadist berikut ini, Rasulullah
SAW bersabda:"Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan
tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak
mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh
dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka
menghina dan sombong." (HR. Tirmizi). Berat Timbangan di Hari Kiamat
Keutamaan memiliki sifat terpuji (akhlakul mahmudah) yang kedua yaitu
berat timbangan di hari kiamat. Seorang muslim yang memiliki sifat
terpuji (akhlakul mahmudah) akan diselamatkan oleh Allah SWT di hari
akhir. Tak hanya itu, seorang muslim yang memiliki akhlak terpuji juga
dapat menggapai derajat seperti orang yang berpuasa atau salat.
Sebagaimana dalam hadist berikut ini, Rasulullah SAW bersabda. "Tidak
ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari
akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa
menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat." (HR.
Tirmidzi).

Contoh Akhlak dalam islam di dalam Kehidupan Sehari-hari


a. Berbicara sopan dengan orang yang lebih tua
b. Selalu rendah hati dan tidak sombong.
c. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
d. Menjaga lisan untuk selalu berkata yang baik.
e. Menjaga aib orang lain.
f. Memberikan nasihat yang baik pada orang lain, dan masih banyak lagi.
Contoh Akhlakul Mazmumah dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Bersikap takabur, kikir, sombong, dengki
b. Mengingkari janji yang sudah dibuat.
c. Mencuri barang atau mengambil barang yang bukan haknya.
d. Berbicara kasar atau durhaka pada orang tua.
e. Berprasangka buruk pada orang lain (suudzon), dan lain sebagainya

E. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf


Tasawuf ialah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,
yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk
bertaqarub kepada tuhan. Dengan demikian, jiwa manusia akan menjadi bersih,
mencerminkan akhlak mulia, dan menemukan kebahagiaan spiritual.
Antara ilmu akhlaq dan ilmu tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan.
Pengertian ilmu tasawuf adalah ilmi yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang
terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa. Tujuan Ilmu tasawuf adalah untuk
mendekatkan din i kepada Allah, dengan cara membersihkan diri dari perbuatan
yang tercela, dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Hubungan antara akhlak dan tasawuf sangatlah erat, bisa dikaitkan dua
seperti mata uang. karna untuk mencapai ilmu yang mulia diperlukan proses-
proses yang biasanya dilakukan oleh kalangan mutashawwiyah (pengamal
tasawuf) Sementara yang terpenting dalam tasawuf adalah pencapaian akhlak
yang mulia disamping hal-hal yang terkait dalam kebutuhan.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya
mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia sedangkan tasawuf
mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak
menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf
mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan tasawuf tidak bisa terpisahkan
karena kesucian hati akan membentuk akhlak yang baik pula. Pada intinya
seseorang yang masuk kedalam dunia tasawuf harus menundukkan jasmani dan
rohani dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga akhlak yang baik.
Apa yang dilakukan kalangan mutashawwiyah akhirnya akan membuahkan
pada akhlak mulia. Namun demikian tidak semua kajian dan pengalaman tasawuf
masuk kebidang akhlak Tasawuf memfokuskan pada dataran tazkiyah al-nafs
(penyucian jiwa) membersihkan diri dari sifat madzmumah (tercela) dan
menghiasi akhlak dengan akhlak mahmudah
Ilmu tasawuf pada umumnya dibagi menjadi tiga, pertama tasawwuf falsafi,
yakni tasawwuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran, tasawuf
model ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran dari para tasawuf,
baik menyangkut filsafat tentang Tuhan manusia dan sebagainnya. Kedua,
tasawwuf akhlaki, yakni tasawuf yang menggunakan pendekatan akhlak Tahapan-
tahapannya terdiri dan takhalli (mengosongkan diri dan akhlak yang buruk),
tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (terbukanya dinding
penghalang (hijab) yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi
tampak jelas padanya). Dan ketiga, tasawuf amali, yakni tasawwuf yang
menggunakan pendekatan amaliyah atau wind, kemudian hal itu muncul dalam
tharikat.
Sebenarnya, tiga macam tasawuf tadi punya tujuan yang sama, yaitu sama-
sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari
perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (al-
akhlaq al-mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawuf, sescorang harus
mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan berdasarkan kesadarannya sendiri.
Bertasawuf pada hakikatnya adalah melakukan serangkaian ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan erat
dengan akhlak.
Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawuf sangat erat kaitannya dengan Al-
Qu’ran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak Cara beribadah kaum sufi
biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang mulia, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi dikenal istilah altakhalluq bi
akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atan juga istilah al-
ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh
Allah. Pada inti ajaran tasawuf adalah keluhuran akhlak sebagai manifestasi dalam
ma'rifatullah (mengenal Allah), yang dalam hadits nabi disebut dengan istilah
ihsan: yaitu bagaimana seseorang dalam beribadah (bertindak bersikap dan
bertutur kata) selalu di awasi oleh Allah bertasawuf tanpa akhlak adalah mustahil.
Untuk itu, seorang sufi harus memiliki akhlak yang luhur, tidak saja kepada Allah,
tetapi juga kepada manusia dan, seluruh makhluk-Nya Islam adalah agama yang
sangat menjaga keseimbangan dalam beragama. Antara kesalehan ritual dan
individual dengn kesalehan sosial harus seimbang.
Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan
salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawuf akhlaki
adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap
siksaan Allah. Kemudian dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam
tasawuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang
terdiri dan empat kelompok, yaitu syariat tharikat, hakikat, dan ma'rifat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak dapat menentukan perilaku suatu umat yang terwujud dalam
moral dan etika dalam kehidupan. Sehingga dapat menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk, sehingga manusia dapat menentukan pilihan
yang terbak dalam hidupnya. Dalam alam akhlak bersumber dari Al-
Qur'an yang menjadi pedoman hidup kaum. Maka dari itu umat islam
selama mash berpegangan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam proses
kehidupannya, maka djamin bahwa kulatas hidup suatu umat akan baik,
terhindar dari hal-hal menyesatkan yang dapat membawa pada kehancuran
baik di dunia dan di akhirat. Karena semua tatanan kehidupan terdapat
dalim sumber tersebut.

Dengan kata lain akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan
manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi
hidup antara manusia dengan baik secara individu, kumpulan dan
masyarakat dalam interaksi hidup antara mamain dengan Allah, manusia
sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan
juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum memiliki
akhlak yang bersumber dari Al-Qur'an.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marzuki, Dr. M. Ag, Buku PAI UNY


2. M. Junaidi Sahal ,1421 H, Seri Kumpulan Materi Aqidah Islam,
Surabaya : MPPU Madani
3. Nassruddin Razak,1996, Dienu 1 Islam, Bandung : PT. Alma’arif. CET
13.
4. Tim UII,2002, Menuju Kemantapan Tauhid dengan Ibadah dan
Akhlakul Karimah, Yogyakarta : UII Pers Jogjakarta.
5. Zaki Mubarok Latif, dkk., 2002, Akidah Islam, Yogyakarta : Ketua UII
6. Sahilun A. 1980 .Nasir, Etika dan problematikanya Dewasa Ini. PT. Al-
Ma’arif : Bandung
7. Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan Agama Islam. UB: Malang
8. Wahyudin, dkk.2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai