Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MAKALAH AL ISLAM

TERTANAMNYA AKHLAK PADA MAHASISWA YANG TERCERMIN DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DOSEN PENGAMPU: H. SAHWAN, S.Sos. MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. ANGGUN REGITA CAHYANI 251STYC22


2. BAIQ SULASTRI SANGGO 262STYC22
3. DAVIA 263STYC22
4. DEWIK DAMAYANTI 268STYC22
5. HUSNAYAMI 276STYC22
6. IRDA OKTAVIANI 278STYC22
7. JUWITA PUTRI RACHMADANYA 279STYC22
8. NI MADE SARI DARMAYANTI 287STYC22
9. NIA AULIA FITRIA AGUSTIA 289STYC22
10. NUR LAELI 291STYC22
11. RONA JELITA 299STYC22
12. WIDYA PRATAMI 307STYC22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TERNGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dapat diselesaikan dengan
baik. Tanpa pertolongan-Nya, tentu kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Al-Islam yang telah memberikan tugas tentang Tertanamnya Akhlak pada
Mahasiswa yang Tercermin dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran yang serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Mataram, 28 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3.......................................................................................................................Tujuan 2

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1. Pengertian Akhlak...............................................................................................3

2.2. Sumber / Dasar Akhlak.......................................................................................4

2.3. Kedudukan Akhlak..............................................................................................5

BAB III : PENUTUP.........................................................................................................7

3.1. Kesimpulan..........................................................................................................7

3.2. Saran....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Tertanamnya akhlak pada mahasiswa sangat penting karena akhlak merupakan
aspek penting dalam kehidupan manusia yang berperan dalam membentuk kepribadian,
moral, dan etika seseorang. Akhlak juga berperan dalam membentuk hubungan sosial
yang sehat dan harmonis dengan orang lain. Pendidikan akhlak pada mahasiswa dapat
dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui pengajaran di kelas, pembiasaan di
lingkungan kampus, dan contoh dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
Dalam kehidupan sehari-hari, tertanamnya akhlak pada mahasiswa tercermin
dalam berbagai perilaku, seperti: Memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan
tugas dan kewajiban akademis, seperti menghindari kecurangan dalam ujian,
menyelesaikan tugas tepat waktu, dan mematuhi aturan yang berlaku di kampus.
Menunjukkan rasa empati dan peduli terhadap lingkungan sekitar, seperti membantu
teman yang sedang mengalami kesulitan, menghargai perbedaan pendapat, dan menjaga
lingkungan kampus agar tetap bersih dan nyaman. Menunjukkan rasa hormat dan
menghargai hak-hak orang lain, seperti tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap
orang lain berdasarkan agama, ras, atau jenis kelamin, serta menjaga ketertiban dan
keamanan di kampus. Menjaga hubungan yang baik dengan dosen dan staf kampus, serta
berperilaku sopan dan santun dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dengan demikian, penting bagi perguruan tinggi untuk memberikan pendidikan
akhlak yang baik kepada mahasiswanya agar mereka dapat menjadi individu yang
memiliki karakter dan moral yang baik, serta dapat berperan aktif dalam membangun
masyarakat yang lebih baik.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak?
2. Apakah sumber / dasar tentang akhlak?
3. Bagaimanakah kedudukan akhlak?
2.3.Tujuan
1. Pembaca dapat memahami ap aitu akhlak
2. Pembaca dapat memahami sumber / dasar tentang akhlak
3. Pembaca dapat memahami kedudukan akhlak
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Akhlak


Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab
yaitu, “akhlakun” yang mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan
tabiat”. Sedangkan secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat yang
melekat dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang
spontan, mudah, tanpa memerlukan pertimbangan.
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak sebagai
berikut :
1. Menurut Ibnu Mazkawaih, akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
dan perencanaan.
2. Menurut Al-Ghozali: “fakhluqu „ibaratu „an haiatin fin nafsi raasikhatun „anha
tashdurul af‟alu bisuhuulatin wa yusrin min ghairi hajaatin ila fikrin wa ru‟yatin”.
(akhlak adalah sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan).
3. Menurut Rosihan Anwar, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong
manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.

Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi


dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali
sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-perbuatan itu
dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang
dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan dan rayuan.
Tatanan akhlak tidak hanya terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan
manusia lain, tetapi lebih dari itu juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang
terdapat dalam wujud dan kehidupan, dan lebih jauh lagi mengatur hubungan antara
hamba dengan Tuhannya.

Akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam kehidupan
bermasyarakat. Setiap Muslim diwajibkan memiliki akhlak yang baik dan menjauhi yang
buruk. Pasalnya, nilai seseorang di hadapan Allah SWT dan makhluk-Nya ditentukan
dari akhlak.Dikutip dari buku Strategi Pendidikan Akhlak dalam Keluarga susunan
Asnawi, kelakuan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan akan mempengaruhi
kepada sesuatu tabiat, yaitu kebiasaan yang telah menyatu dalam pribadinya.

2.2 Sumber/ Dasar Akhlak


Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Qur`an dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah
baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran
manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-
beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu
menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk,
padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.
Semua umat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Qur`an dan Sunnah)
sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW.
Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang
memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar
(dha’if/palsu).
Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal,
syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita
juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan
sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat
tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun
demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Qur`an dan Sunnah untuk
menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.
Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk
adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Islam adalah agama
yang sangat mementingkan akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi
Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Manusia dengan hati nuraninya
dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar
kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A’raf: 72).
Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam. Al-
Qur’an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak
yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pad
asurat Ibrahim ayat 24-26, yang berbunyi:
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,
yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikit pun.” (QS. Ibrahim:24-26).
Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman
adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak
terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang
dapat dinikmati oleh lingkungan.Namun di sisi lain, sebenarnya masihb anyak eori-teori
yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan pemikiran Islam, seperti
relativisme akhlak. Yang mana berkat pembuktian realisme, maka kemutlakan akhlak
adalah pendapat yang sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.
2.3 Kedudukan Akhlak
Akhlak menempati kedudukan yang tinggi dan sangat diperhatikan dalam ajaran
Islam. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya penjelasan mengenai tingginya
kedudukan akhlak (Sauri, 2011: 15). Diantaranya hadiś Rasūlullāħ SAW.:
“Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadiś lain dikatakan bahwa: “Sesungguhnya seorang mukmin akan bisa
mencapai derajat orang yang puasa dan shalat malam dengan akhlaknya yang mulia.”
(HR. Abu Dawud). Akhlak juga merupakan dimensi ke tiga dari ajaran Islam setelah
aqidah dan syari’ah. Aqidah menyangkut masalah-masalah yang diimani dan diyakini
oleh manusia sebagai sesuatu yang hakiki. Syari’ah menyangkut ketentuan-ketentuan
berbuat dalam menata hubungan dengan Allah dan dengan sesama makhluk. Sedangkan
akhlak menyangkut masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan (Sauri,
2011: 15). Lebih lanjut Anis Matta dalam Sauri (2011: 16) juga berpendapat bahwa
akhlak adalah manifestasi dari tauhid dan amal shaleh.
Begitu pula dengan diutusnya Rasūlullāħ SAW. ke muka bumi dengan membawa
salah satu misi utamanya untuk menyempurnakan akhlak, mengindikasikan bahwa begitu
tingginya kedudukan akhlak dalam ajaran Islam (Hasan, 2009: 101). Dalam hadisnya
beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak
mulia.” (HR. Imam Malik). Sehingga bagi umat Islam sendiri dalam kehidupan berakhlak
mulia, Rasulullaħ SAW. merupakan contoh ideal yang harus selalu dijadikan teladan
kapan dan dimana pun berada, karena dalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik
dan patut dicontoh oleh seluruh umat Islam (Pamungkas, 2012: 17).
Mengingat betapa pentingnya kedudukan akhlak dalam ajaran Islam, maka sudah
sepatutnya umat Islam sendiri memiliki akhlak mulia sebagai cerminan dari keagungan
ajaran Islam. Untuk itu, maka diperlukan suatu cara untuk dapat merealisasikan hal
tersebut, salah satunya yaitu dengan upaya pembinaan akhlak yang dilakukan dengan
kontinu dan sungguh-sungguh melalui pendidikan. Karena sesungguhnya akhlak
merupakan hasil dari kegiatan pembinaan dan pendidikan yang dilakukan secara kontinu
dengan sungguh-sungguh. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagian para ahli yang
mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan
perjuangan keras dan sungguh-sungguh (Nata, 2003: 156).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu, “akhlakun” yang mengandung arti “budi
pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat”. Sedangkan secara istilah, makna akhlak
adalah suatu sifat yang melekat dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah
memunculkan perilaku yang spontan, mudah, tanpa memerlukan pertimbangan.
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Qur`an dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah
baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran
manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-
beda.
Akhlak menempati kedudukan yang tinggi dan sangat diperhatikan dalam ajaran
Islam. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya penjelasan mengenai tingginya
kedudukan akhlak
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kita dapat belajar mengenai pengertian dari akhlak,
sumber atau dasar akhlak dan kedudukan akhlak. Tetapi, dalam penulisan makalah ini
juga masih terdapat banyak kekurangan, sehingga pembaca diharapkan memadukan
makalah dengan berbagai sumber bacaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Khoir, Ana Ikbatul. (2017). SKUA (Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah)
Sebagai Alternatif Pembentukan Akhlak Siswa di Man 1 Kediri. (Skripsi, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Kediri).

Kurnia, Roni (2013) Pembinaan Akhlak Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Melalui Pendidikan
dalam Keluarga. (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia).

Amiruddin, Fikri. (2021). Kedudukan Akhlak dalam Islam. (https://an-nur.ac.id/pengertian-


akhlak-dan-macam-macamnya/, diakses pada 28 Mei 2023).

Anonymous. (2023). Akhlak dalam Islam dan Kedudukannya yang Perlu Dipahami Umat Islam.
(https://kumparan.com/berita-hari-ini/akhlak-dalam-islam-dan-kedudukannya-yang-
perlu-dipahami-umat-islam-1zbqueauHW8, diakses pada 28 Mei 2023).

Anda mungkin juga menyukai