Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK ISLAMI

KELOMPOK 10:
Nor Ismah (210101010214)
Siti Juairiah (210101010151)

KELAS :
PAI-21’ B

Dosen Pengampu: Dr. H. Hasni Noor, S.Ag, M.Ag

UIN ANTASARI BANJARMASIN


2021

Alamat : Jalan A. Yani No.Km.4,5, RW.5, Kebun Bunga, Kec. Banjarmasin


Tim., Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70235
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Akhlak Islami”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Akhlak Islami”
ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Banjarmasin, 10 Sepember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................ iii


1.1 Latar Belakang ................................................................................ iii
1.2 Tujuan ............................................................................................. iii

Bab II Pembahasan ................................................................................ 1


2.1 Pengertian Akhlak ............................................................................ 1
2.1.1 Definisi Akhlak ............................................................................. 1
2.1.2 Syarat Berakhlak ........................................................................... 2
2.1.3 Pembagian Akhlak ........................................................................ 2
2.2 Ruang Lingkup Akhlak .................................................................... 2
2.2.1 Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami .............................................. 3
2.2.2 Macam-macam Akhlak ................................................................. 4

Bab III Penutup ...................................................................................... 6


3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 6

Daftar Pustaka ........................................................................................ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menytu di dalam diri


seseorang, dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan
seseorang seperti sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci
karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan tali silaturrahmi.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengatarkan kedudukan seseorang
pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah
ini agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup,
dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhnya pada
diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk menginformasikan kepada


pembaca, ap aitu akhlak sesame manusia, apa dan bagaimana akhlak yang
sebenarnya diajarkan islam, demi terciptanya kehidupan yang islami menuju
keridhoan Allah.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak


Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada
di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat
universal. Namun, dalam rangka menjabarkan akhlak Islam yang universal ini
diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang di samping mengakui
adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai
yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal
itu. Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak
dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang
tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia yang dipengaruhi
oleh kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal itu
berada. Bagi orang Jawa misalnya menghormati kedua orang tua dengan cara
sungkem sambil menggelesor di lantai. Bagi orang Sunda, menghormati orang tua
dengan cara mencium tangannya. Dan bagi orang Sumatera, menghormati kedua
orang tua dengan cara memeliharanya hidup bersama dengan anaknya.
Selanjutnya bagi orang Barat berbuat baik kepada kedua orang tua mungkin
dilakukan dengan memberikan berbagai fasilitas hidup dan sebagainya.
Namun demikian, perlu ditegaskan di sini, bahwa akhlak dalam ajaran
agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral
itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak
lslami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun
antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti
akhlakIslami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.

2.1.1 Definisi Akhlak

Akhak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada


yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun
pikiran.
Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
menggunakan tolok ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini
mengatakan, bahwa tolok ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan
Allah. Rumusan akhlak Islami yang demikian itu menurut Quraish Shihab adalah
rumusan yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahwa apa
yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula

1
sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena
kebohongan esensinya buruk

2.1.2 Syarat Berakhlak

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu.
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.

2.1.3 Pembagian Akhlak

Akhlak Baik (Al-Hamidah)


1. Jujur (Ash-Shidqu)
2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
3. Malu (Al-Haya')
4. Rendah hati (At-Tawadlu')
5. Murah hati (Al-Hilmu)
6. Sabar (Ash-Shobr)

2.2 Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah
(agama/Islami) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah,
hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak

Islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Akhlak Terhadap Allah


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan vang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki
sebagaimana telah disebut di atas.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan oleh Allah dalam Al-Qur'an
berkaitan dengan perlakuan terhadap sesame manusia. Petunjuk mengenai hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh,
menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga
sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di
belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan
materi kepada yang disakiti hatinya itu.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuhtumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa.

2
2.2.1 Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam
tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk.
Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan
bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah
perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system
moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang
diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada
umatnya.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam
itu sendiri.

Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:


Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas
kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka
tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.

Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri
akhlak islamiyah yaitu:

1. Kebajikan yang mutlak


Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak
yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau
masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak
yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya
mementingkan diri sendiri.

2. Kebaikan yang menyeluruh


Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala
jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung
perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya.
Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan
jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.

3. Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri
manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan
yang bijaksana, yang selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan
tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama
sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa.
Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.

3
4. Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia
mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan
suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk
tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan
yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut skan
siksaan Allah SWT.

5. Pengawasan yang menyeluruh


Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam
menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa
usaha. Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku
bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)”.

2.2.2 Macam-Macan Akhlak

1. Akhlak Pemimpin

Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa


bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan
agama. Agama islam sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut
Islam. Semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawabnya. Pemimpin
keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan, kesejahteraan keluarganya,
pemimpin Negara/bangasa akan dimintai pertanggung jawabnya oleh masyarakat
dan lain sebagainya.

Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para
sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang.
Orangnya penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan
menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob sebagai pemimpin yang
mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang terpercaya terhadap
rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah. Dia adalah
seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk mengalahkan orang-
orang jahat. Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu sebagai pewaris ilmu
rasullah dan pemelihara janjinya.

Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk


menjadi pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan
sikapnya dapat membahagiakan orang lain (umat manusia) dan menampakkan
karismatiknya pada yang dipimpin, jadi dapat dikemukakan di sini, bahwa
pemimpin berakhlak baik apabila memiliki kepribadian yang sesuai dengan tata
aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan Negara/bangsa.

2. Akhlak Mahmudah dan Mazmumah


Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak
mahmudah(fadilah) dan akhlak mazmumah(qabihah). Di samping istilah tersebut

4
Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak mahmudah
dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal
system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli dan tajalli.Takhalli
adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena
sifat-sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahalli adalah
mengisi jiwa ( yang telah kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat yang
terpuji (mahmudah).

Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada
dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau
pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat
berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni tersikapnya tabir sehingga
diperoleh pancaran Nur Ilahi.

Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala


macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam
sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak mazmumah. Akhlak
mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam
jiwa manusia, demikian pula akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat
mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap
dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran daripada
sifat/kelakuan batin.

Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf,


disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih
sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali
persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik, menundukkan
diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan badan, cenderung kepada kebaikan,
merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis,
kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah,
berjiwa kuat dan lain sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain; egoistis,


lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, aniaya, dosa besar,
pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba, menipu, memperdaya, dengki,
sombong, mengingkari nikmat, homosex, ingin dipuji, ingin didengar
kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros,
tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat
kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang
menunjukkan sifat-sifat yang tercela

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian.
Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal,
perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan
yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang baik,
agar akhlak yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang
disukai oleh Allah, dan hanya Rasulullah yang pantas kita jadikan idola dalam
kehidupan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Aksa, Fauzah Nur. (2015). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Sulawesi: Unimal


Press.
Djatnika, Rachmat. (1985). SISTEM ETHIKA ISLAMI. Surabaya: Pustaka Islam.
Mustopa. (2017). PEMBENTUKAN AKHLAK ISLAMI. Cirebon: Yaqzhan.

Anda mungkin juga menyukai