Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Filsafat Pendidikan Ahmad Barkatullah,S.Pd.I,M.Pd

Problematika Dalam Reformasi dan Konsepsi Pendidikan Indonesia

Masa Depan

Disusun oleh

Kelompok 10

Nurafni 210101010133

Siti Juairiah 210101010151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Problematikan dalam Reformasi dan Konsepsi Pendidikan Indonesia Masa Depan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dengan referensi dari berbagai buku
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Problematikan dalam Reformasi
dan Konsepsi Pendidikan Indonesia Masa Depan. ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca dan pembuat.

Banjarmasin, 17 Desember 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...1

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….....1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….………..3

A. Problematika pendidikan dalam era reformasi………………………………..3

B. Konsepsi pendidikan Indonesia masa depan…………………………………..8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….11

A. Kesimpulan……………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang pendidikan nasional telah muncul berbagai pendapat dan pandangan
mengenai perlunya reformasi dipendidikan nasional. Maraknya tuntutan reformasi total dalam
kehidupan berbangsa termasuk di dalamnya reformasi pendidikan nasional semakin lama
semakin perlu.

Pada masa saat ini problem-problem yang sangat diperhatikan banyak oleh para ahli
adalah problem dalam masalah kependidikan dari masa ke masa. Pendidikan merupakan usaha
semua manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan lahir batin dalam menempuh
pendidikan-pendidikan yang telah ada pada masa modern ini. Karena pendidikan sangat
berpengaruh besar dalam kemajuan masyarakat atau pun suatu bangsa Negara terutamannya di
Indonesia sendiri.

Pendidikan merupakan cahaya penerang yang menuntun manusia dalam menentukan


arah, tujuan, dan makna kehidupan ini. Berbagai problematika pendidikan di Indonesia cukup
banyak, mulai dari masalah kurikulum, kualitas, kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan
baik itu dijajaran tingkat atas maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan terjadi di
lapangan, baik pimpinan sekolah maupun para pendidik yang menyayangkan dimensi
kepemimpinan seperti soal manajemen, disiplin, birokrasi dan administrasi yang sudah tidak
baik .

Kemudian yang tidak kalah pentingnya juga soal kepemimpinan di sekolah turut
berperan mewarnai wajah penyelenggavraan dunia pendidikan serta memperluas kesenjangan
dan konflik internal para pendidik. Ditambah lagi dengan pemberlakuan otonomi daerah, di
mana system pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian
sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keberagaman,
memperhatikan kebutuhan daerah, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja problematika pendidikan dalam era reformasi?

2. Bagaimana konsepsi pendidikan Indonesia masa depan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja problematika pendidikan dalam era reformasi

2. Untuk mengetahui konsepsi pendidikan Indonesia masa depan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Problematika Pendidikan dalam Era Reformasi

Reformasi merupakan pembaharuan, perubahan paradigma lama kedalam pardigma


baru sebagai langkah perbaikan terhadap kondisi sebelumnya. Politik pendidikan pada
era reformasi didasarkan pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan mebentuk
watak serta beradapan bangsa yang bemartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tujuannya untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia ,sehat,kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab1

Sistem pendidikan era reformasi diatur dalam UU No.20 tahun 2003 diuraikan dalam
indicator akan keberhasilan atau kegagalannya. Maka lahirlah peraturan pemerintahan
no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam
Permendiknas RI. Namun pada akhirnya pelaksanaan pendidikan di era reformasi
mengalami banyak problematika yang beragam. Dunia pendidikan mengalami empat
krisis pokok yaitu: kualitas,relevasi atau eksternal,elitism dan manajemen.

a. Kualitas Pendidikan

Proses pendidikan era reformasi ini telah menghasilkan potret kodisi bangsa juga
generasinya yang mengalami krisis moral. Muhyidin Albarois dalam bukunya,
“Mendidik Generasi Bangsa (2012b),menjelaskan enam kerusakan moral secara
umum yang dialami bangsa yaitu:

Pertama,”prestasi” bangsa Indonesia dimata dunia. Saat ini dunia mengenal bangsa
Indonesia dengan” Prestasi”yang amat memalukan yaitu korupsi.

1
Staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sunarso plit,polpend 2012/pdf,diakses 27 maret 2015 pukul 06.00

wib.

3
Kedua,penjabat public yang tunamoral,baik dari kalangan eksekutif,legislatif maupun
yudikatif. Dalam ungkapan Buya Syafii Maarif (2005),mereka menganut paham”mumpungisme”.
Jabatan bukan dipandang sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan, melainkan
sebagai kesempatan untuk meraup sebanyak-banyaknya keuntungan pribadi.

Ketiga, penegakkan hokum yang timpang. Keadilan dinegeri ini harus dibayar dengan
harga mahal. Hukum hanya berlaku tegas pada rakyat kecil dan miskin, seperti kasus pencurian
semangka di Kediri, kasus pemungutan sisa kapas di Tegal yang mana mereka melakukan itu
karena masalah perut. Ketika mereka tidak mampu menebus perkaranya mereka mendapat
hukuman yang tak sebanding dengan yang di ambil/dicurinya. Namun ketika ke atas hokum
sangat tumpul,lihatlah para pelaku korupsi dinegeri ini yang telah merugikan Negara milyaran
bahkan triliunan. Mereka ada lolos da nada yang dihukum dengan hukuman yang sangat ringan
dibanding perbuatan mereka yang mencuri uang rakyat dengan jumlah yang fantastis.

Keempat, masyarakat yang kalap. Seperti aksi tawuran antara pelajar,antarwarga,


antara mahasiswa. Ada lagi seorng ibu muda yang membunuh tiga anaknya dirumah
kontrakannya di Bandung2.

Kelima, guru yang tak patut di tiru. Sebuah pepath Jerman mengatakan, “kalau engkau
mu membangun bangsamu, bangunlah lebih dahulu pendidikanmu.” Jika ingin membangun
pendidikan bangsa peran guru tidak boleh diabaikan,sebab merekalah ujung tombaknya. Dalam
ungkapan jawa,guru sosok yang digugu lan ditiru artinya diikuti omongannya dan diteladani
pebuatannya. Faktanya, banyak guru menuntut data Kemdiknas sekarang Kemdikbud tahun 2010
dalam sehari ada 500 ribu guru membolos atau mangkir mengajar tanpa alasan yang jelas.
Hilangnya keteladanan dlam kerja keras,kepecayaan diri,malas membaca dan kejujuran.
Contohnya, kasus pemalsuan dan jual beli sertifikat( untuk keperluan sertifikasi guru), jual beli
ijazah( untuk meraih gelar S-1), hingga bersekongkol dalam mencurangi Ujian Nasional.

Keenam, generasi muda yang sakit. Generasi muda yang memiliki moralitas mencapai
titik nadir. Penganiayaan dan kekerasan di lingkungan sekolah, kehamilan di luar nikah ,narkoba

2
Ibid.hal 79-82.

4
dan minuman keras. Semua itu menunjukkan generasi bangsa penerus bangsa ini telah
mengalami sakit yang harus segera disembuhkan3.

b. Relevansi Pendidikan

Relevasi peendidikan atau efisiensi eksternal suatu sistem pendidikan,dari


keberhasilan sistem itu dalam memasok tenaga-tenaga terampil dalam jumlah yang
memadai bagi kebutuhan sector pembangunan. Namun faktanya, semakin besar
pengangguran lulusan sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Masalah tidak
relevannya pendidikan kita di sebabkan adanya kesenjangan “supply” sistem
pendidikan dengan “demand” tenaga yang dibutuhkan oleh berbagai sector ekonomi.

c. Elitisme

Elitisme dalam pendidikan ialah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh


pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau mampu. Mahal
nya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak mampu melanjutkan
pendidikan. Dalam hal ini pemerintah memberi subsidi pendidikan yang lebih tinggi
disbanding pendidikan dasar.

d. Manajemen Pendidikan

Sebagai suatu industri pengembangan dalam hal ini sumber daya manusia,
pendidikan harus dikelola secara professional. Ketiadaan manajer pendidikan
professional mengharuskan kita mengadakan terobosan untuk membawa pendidikan
sejalan dengan langkah –langkah pendidikan yang semakin cepat.

Problema-problema pendidikan dari masa ke masa menjadi perhatian para ahli.


Pendidikan merupakan usaha manusia meningkatkan kesejahteraan lahir batin suatu bangsa dan
masyarakat.

3
Ibid. hal.83-84.

5
1. Filsafat Dalam Masalah Pendidikan

Masalah pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia itu sendiri. Proses
pendidikan berkembang dan berada bersama proses kehidupan dan perkembangan manusia.
Untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, termasuk didalamnya pendidikan,
maka diperlukan pola kerja filsafat. Sebab filsafat akan mampu menjawab permasalahan-
permasalahan pendidikan baik yang ada pada dataran praktik pelaksanaan maupun yang lebih
luas lagi berkaitan dengan pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang aktual dan tidak
mungkin dijangkau dengan sains pendidikan.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu
mengetahui dan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan. Karena tujuan pendidikan
senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan.

Problem di Indonesia, memiliki beberapa kriteria diantaranya sebagai berikut:

a. Sistem pendidikan yang masih bermasalah

b. Kurangnya pengakuan terhadap mutu lulusan

c. Sarana dan prasarana kurang memadai

d. Kurangnya tanggung jawab oleh semua pihak (pemerintah,orang tua dan


masyarakat)

e. Kurangnya dana yang memadai dan atau memadai tidak lancar.

Mochtar Buchori membagi problem pendidikan di Indonesia menjadi tiga


peringkat:

1. Problem Fundamental yaitu ketidakjelasan pengertian mutu pendidikan, sebab di


indonesia dari pergantian pemimpin satu kepemimpin yang lain selalu berubah
dan bergantinya juga kebijakan tentang pendidikan, tetapi mutunya selalu
dibawah negara tetangga yang sama-sama serumpun.

6
2. Problem Struktural yaitu terjadinya “keketatan” birokrasi menyebabkan
lambatnya pelayanan pelaksana pendidikan.

3. Problem operasional yaitu profesionalisme guru masih rendah, dan berakibat juga
terhadap mutu lulusan4.

2. Pendekatan dan Metode yang Digunakan dalam Mengkaji Filsafat Pendidikan.

Dalam memecahkan problema-problema pendidikan diatas diperlukan adanya


pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan secara spekulatif atau speculative-aprroach (pendekatan reflektif),


yang berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan
menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya.

b. Pendekatan normatif (normative-approach), berarti berusaha untuk memahami


nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia
dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara norma dan nilai
tersebut dengan pendidikan. Dengan konsep semacam ini akan dapat diketahui
kemana pendidikan harus diarahkan.

c. Pendekatan analisa konsep (conseptual analsysis). Konsep artinya pengertian atau


tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Dengan analisa konsep ini
dimaksudkan dalam rangka memahami konsep dari para ahli pendidikan, para
pendidik dan orang-orang yang konsen terhadap pendidikan, mengenai masalah
yang berhubungan dengan pendidikan.

d. Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang aktual (scientific


analysis of current life). Pendekatan ini fokusnya adalah masalah-masalah
pendidikan yang aktual,aktifitas-aktifitas pendidikan yang menjadi problema
masa kini.

4
Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009), hlm. 189-190

7
Sedangkan metode yang digunakan dalam mengkaji masalah filsafat pendidikan adalah
dengan menggunakan cara sebagai berikut:

a. Metode filsafat historis (historico-filosofis), yaitu dengan cara melakukan deteksi


dari pertanyaan-pertanyaan filosofis dalam bidang pendidikan dari berbagai ahli
filsafat dan kemudian dipilih jawaban yang sesuai dan yang dibutuhkan.

b. Metode filsafat kritis, yaitu filsafat yang berusaha menggali hakikat segala
sesuatu dengan cara analisis yang terlepas dari ikatan waktu atau ikatan historis,
serta jawaban dari masalah filosofis dapat dicari melalui berbagai aliran yang
ada,tak terikat oleh paham-paham filsafat yang ada itu sendiri5.

B. Konsepsi Pendidikan Indonesia Masa Depan

Pendidikan nasional kita telah terpisah dai kebudayaan, baik daerah maupun nasional.
Untuk itu perlu dimasukkan kembali sehingga pendidikan benar-benar hidup,dihidupi dan
menghidupi kebudayaan nasional.

Pendidikan nasional yang berakar dari dan untuk pengembangan kebudayaan nasional
harus menumbuh kembangkan berbagai sikap manusia Indonesia masa depan. Salah satunya
dengan konsepsi pendidikan Indonesia masa depan yang memungkinkan lahirnya masyarakat
Indonesia yang dicita-citakan. Konsep itu terwujud kedalam berbagai sikap,yaitu:

a. Sikap demokratis

b. Sikap toleran

c. Saling pengertian

d. Berakhlak tinggi,beriman dan bertaqwa

e. Manusia dan masyarakat yang berwawasan global

Filsafat pendidikan sebagai sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan,


memberi arah dan pedoman sekaligus menjadi tujuan pendidikan di Indonesia.

5
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),h.12-14

8
1. Konsepsi Pendidikan

Salah satu faktor yang diperlukan untuk memajukan bangsa adalah pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan utama dalam kehidupan tiap-tiap bangsa. Pendidikan nasional
adalah suatu pendidikan yang disesuaikan dengan kenyataan yang berlaku dalam masyarakat,
atau dengan perkataan lain berkaitan dengan kodrat alam dan keadaan bangsa6.

Hasrat serta cita-cita nasional harus diproyeksikan dalam alam pendidikan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara-cara serta mata-mata pelajaran yang sesuai dengan pembangunan
dan kebutuhan bangsa.

Mengingat bahwa masalah pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi kemajuan suatu bangsa, maka perlu adanya suatu system yang menyeluruh di
pelosok tanah air. Kemajuan bangsa, juga dapat mencerminkan pendidikan masa depan bangsa
itu sendiri.

Tujuh ciri pendidikan masa depan, yaitu:

a. Berfokus pada pemupukan potensi unggul setiap anak

b. Keseimbangan beragam kecerdasan (Kognitif, Emosi, dan Spiritual)

c. Mengajarkan life skills

d. System penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa

e. Pembelajaran berbasis kehidupan nyata dan praktek di lapangan

f. Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar anak mengembangkan
minatnya masing-masing

g. Pembelajaran didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan


perkembangan psikologi anak masing-masing.

6
Suradi Hp dkk, https://books.google.co.id/books?

9
2. Tujuan Pendidikan

Bagi bangsa Indonesia tujuan pendidikan sudah jelas sebagaimana disebut dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam pasal yang mengenai pendidikan, bahwa
pendidikan kita bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Untuk mencapai tujuan-tujuan yang baik, terdapat beberapa macam ketentuan,


antara lain:

a. Suatu tujuan pendidikan harus ditegakkan di atas aktivitas dan keperluan yang
sesungguhnya (termasuk naluri dan kebiasaan tingkah laku yang asli), dari orang-
orang tertentu, yang harus dididik.

b. Suatu tujuan pendidikan haruslah dapat diterjemahkan menjadi metode untuk


bekerja sama dengan aktivitas anak didik

c. Para pendidik haruslah berhati-hati dan waspada terhadap tujuan yang menurut
perkiraan bersifat umum.7

Pada akhirnya, maju mundurnya masa depan bangsa, sangat ditentukan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter, berakhlak, sesuai dengan filsafah dan
tujuan pendidikan nasional. Karenanya, tujuan filosofis pendidikan nasional, pada prinsipnya,
relevan dengan tujuan pembangunan dan tujuan pendidikan nasional, yakni berupaya dalam
pembinaan karakter anak didik dan generasi muda yang memiliki tugas dan amanah untuk
menjaga dan melestarikan identitas bangsa dan penentuan kemajuan peradaban bangsa kemudian
hari8.

7
Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm 181-185
8
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan:Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet.3, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm 228

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, termasuk didalamnya


pendidikan, maka diperlukan pola kerja filsafat. Tujuan pendidikan senantiasa berhubungan
langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan. Ada beberapa kriteria untuk problem yang dihadapi Indonesia,
dan untuk memecahkan problema-problema pendidikan yang dihadapi, diperlukan adanya
pendekatan-pendekatan serta metode-metode.

Problematika pendidikan dalam era reformasi mengalami empat krisis pokok yaitu:

1. Kualitas pendidikan

2. Relevansi pendidikan

3. Elitisme

4. Manajemen pendidikan

Filsafat pendidikan sebagai sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan,


memberi arah dan pedoman sekaligus menjadi tujuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan di
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan
dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Pada akhirnya, maju mundurnya masa depan bangsa,
sangat ditentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter, berakhlak,
sesuai dengan filsafah dan tujuan pendidikan nasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sunarso plit,polpend 2012/pdf,diakses 27 maret


2015 pukul 06.00 wib.

Ahid, Nur. 2009. Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press

Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Suradi Hp dkk, https://books.google.co.id/books?

Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm 181-185

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan:Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet.3,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 228

12

Anda mungkin juga menyukai