Masa Depan
Disusun oleh
Kelompok 10
Nurafni 210101010133
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Problematikan dalam Reformasi dan Konsepsi Pendidikan Indonesia Masa Depan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dengan referensi dari berbagai buku
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Problematikan dalam Reformasi
dan Konsepsi Pendidikan Indonesia Masa Depan. ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca dan pembuat.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….....1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….………..3
A. Kesimpulan……………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang pendidikan nasional telah muncul berbagai pendapat dan pandangan
mengenai perlunya reformasi dipendidikan nasional. Maraknya tuntutan reformasi total dalam
kehidupan berbangsa termasuk di dalamnya reformasi pendidikan nasional semakin lama
semakin perlu.
Pada masa saat ini problem-problem yang sangat diperhatikan banyak oleh para ahli
adalah problem dalam masalah kependidikan dari masa ke masa. Pendidikan merupakan usaha
semua manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan lahir batin dalam menempuh
pendidikan-pendidikan yang telah ada pada masa modern ini. Karena pendidikan sangat
berpengaruh besar dalam kemajuan masyarakat atau pun suatu bangsa Negara terutamannya di
Indonesia sendiri.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya juga soal kepemimpinan di sekolah turut
berperan mewarnai wajah penyelenggavraan dunia pendidikan serta memperluas kesenjangan
dan konflik internal para pendidik. Ditambah lagi dengan pemberlakuan otonomi daerah, di
mana system pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian
sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keberagaman,
memperhatikan kebutuhan daerah, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem pendidikan era reformasi diatur dalam UU No.20 tahun 2003 diuraikan dalam
indicator akan keberhasilan atau kegagalannya. Maka lahirlah peraturan pemerintahan
no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam
Permendiknas RI. Namun pada akhirnya pelaksanaan pendidikan di era reformasi
mengalami banyak problematika yang beragam. Dunia pendidikan mengalami empat
krisis pokok yaitu: kualitas,relevasi atau eksternal,elitism dan manajemen.
a. Kualitas Pendidikan
Proses pendidikan era reformasi ini telah menghasilkan potret kodisi bangsa juga
generasinya yang mengalami krisis moral. Muhyidin Albarois dalam bukunya,
“Mendidik Generasi Bangsa (2012b),menjelaskan enam kerusakan moral secara
umum yang dialami bangsa yaitu:
Pertama,”prestasi” bangsa Indonesia dimata dunia. Saat ini dunia mengenal bangsa
Indonesia dengan” Prestasi”yang amat memalukan yaitu korupsi.
1
Staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sunarso plit,polpend 2012/pdf,diakses 27 maret 2015 pukul 06.00
wib.
3
Kedua,penjabat public yang tunamoral,baik dari kalangan eksekutif,legislatif maupun
yudikatif. Dalam ungkapan Buya Syafii Maarif (2005),mereka menganut paham”mumpungisme”.
Jabatan bukan dipandang sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan, melainkan
sebagai kesempatan untuk meraup sebanyak-banyaknya keuntungan pribadi.
Ketiga, penegakkan hokum yang timpang. Keadilan dinegeri ini harus dibayar dengan
harga mahal. Hukum hanya berlaku tegas pada rakyat kecil dan miskin, seperti kasus pencurian
semangka di Kediri, kasus pemungutan sisa kapas di Tegal yang mana mereka melakukan itu
karena masalah perut. Ketika mereka tidak mampu menebus perkaranya mereka mendapat
hukuman yang tak sebanding dengan yang di ambil/dicurinya. Namun ketika ke atas hokum
sangat tumpul,lihatlah para pelaku korupsi dinegeri ini yang telah merugikan Negara milyaran
bahkan triliunan. Mereka ada lolos da nada yang dihukum dengan hukuman yang sangat ringan
dibanding perbuatan mereka yang mencuri uang rakyat dengan jumlah yang fantastis.
Kelima, guru yang tak patut di tiru. Sebuah pepath Jerman mengatakan, “kalau engkau
mu membangun bangsamu, bangunlah lebih dahulu pendidikanmu.” Jika ingin membangun
pendidikan bangsa peran guru tidak boleh diabaikan,sebab merekalah ujung tombaknya. Dalam
ungkapan jawa,guru sosok yang digugu lan ditiru artinya diikuti omongannya dan diteladani
pebuatannya. Faktanya, banyak guru menuntut data Kemdiknas sekarang Kemdikbud tahun 2010
dalam sehari ada 500 ribu guru membolos atau mangkir mengajar tanpa alasan yang jelas.
Hilangnya keteladanan dlam kerja keras,kepecayaan diri,malas membaca dan kejujuran.
Contohnya, kasus pemalsuan dan jual beli sertifikat( untuk keperluan sertifikasi guru), jual beli
ijazah( untuk meraih gelar S-1), hingga bersekongkol dalam mencurangi Ujian Nasional.
Keenam, generasi muda yang sakit. Generasi muda yang memiliki moralitas mencapai
titik nadir. Penganiayaan dan kekerasan di lingkungan sekolah, kehamilan di luar nikah ,narkoba
2
Ibid.hal 79-82.
4
dan minuman keras. Semua itu menunjukkan generasi bangsa penerus bangsa ini telah
mengalami sakit yang harus segera disembuhkan3.
b. Relevansi Pendidikan
c. Elitisme
d. Manajemen Pendidikan
Sebagai suatu industri pengembangan dalam hal ini sumber daya manusia,
pendidikan harus dikelola secara professional. Ketiadaan manajer pendidikan
professional mengharuskan kita mengadakan terobosan untuk membawa pendidikan
sejalan dengan langkah –langkah pendidikan yang semakin cepat.
3
Ibid. hal.83-84.
5
1. Filsafat Dalam Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia itu sendiri. Proses
pendidikan berkembang dan berada bersama proses kehidupan dan perkembangan manusia.
Untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, termasuk didalamnya pendidikan,
maka diperlukan pola kerja filsafat. Sebab filsafat akan mampu menjawab permasalahan-
permasalahan pendidikan baik yang ada pada dataran praktik pelaksanaan maupun yang lebih
luas lagi berkaitan dengan pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang aktual dan tidak
mungkin dijangkau dengan sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu
mengetahui dan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan. Karena tujuan pendidikan
senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan.
6
2. Problem Struktural yaitu terjadinya “keketatan” birokrasi menyebabkan
lambatnya pelayanan pelaksana pendidikan.
3. Problem operasional yaitu profesionalisme guru masih rendah, dan berakibat juga
terhadap mutu lulusan4.
4
Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009), hlm. 189-190
7
Sedangkan metode yang digunakan dalam mengkaji masalah filsafat pendidikan adalah
dengan menggunakan cara sebagai berikut:
b. Metode filsafat kritis, yaitu filsafat yang berusaha menggali hakikat segala
sesuatu dengan cara analisis yang terlepas dari ikatan waktu atau ikatan historis,
serta jawaban dari masalah filosofis dapat dicari melalui berbagai aliran yang
ada,tak terikat oleh paham-paham filsafat yang ada itu sendiri5.
Pendidikan nasional kita telah terpisah dai kebudayaan, baik daerah maupun nasional.
Untuk itu perlu dimasukkan kembali sehingga pendidikan benar-benar hidup,dihidupi dan
menghidupi kebudayaan nasional.
Pendidikan nasional yang berakar dari dan untuk pengembangan kebudayaan nasional
harus menumbuh kembangkan berbagai sikap manusia Indonesia masa depan. Salah satunya
dengan konsepsi pendidikan Indonesia masa depan yang memungkinkan lahirnya masyarakat
Indonesia yang dicita-citakan. Konsep itu terwujud kedalam berbagai sikap,yaitu:
a. Sikap demokratis
b. Sikap toleran
c. Saling pengertian
5
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),h.12-14
8
1. Konsepsi Pendidikan
Salah satu faktor yang diperlukan untuk memajukan bangsa adalah pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan utama dalam kehidupan tiap-tiap bangsa. Pendidikan nasional
adalah suatu pendidikan yang disesuaikan dengan kenyataan yang berlaku dalam masyarakat,
atau dengan perkataan lain berkaitan dengan kodrat alam dan keadaan bangsa6.
Hasrat serta cita-cita nasional harus diproyeksikan dalam alam pendidikan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara-cara serta mata-mata pelajaran yang sesuai dengan pembangunan
dan kebutuhan bangsa.
Mengingat bahwa masalah pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi kemajuan suatu bangsa, maka perlu adanya suatu system yang menyeluruh di
pelosok tanah air. Kemajuan bangsa, juga dapat mencerminkan pendidikan masa depan bangsa
itu sendiri.
f. Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar anak mengembangkan
minatnya masing-masing
6
Suradi Hp dkk, https://books.google.co.id/books?
9
2. Tujuan Pendidikan
Bagi bangsa Indonesia tujuan pendidikan sudah jelas sebagaimana disebut dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam pasal yang mengenai pendidikan, bahwa
pendidikan kita bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
a. Suatu tujuan pendidikan harus ditegakkan di atas aktivitas dan keperluan yang
sesungguhnya (termasuk naluri dan kebiasaan tingkah laku yang asli), dari orang-
orang tertentu, yang harus dididik.
c. Para pendidik haruslah berhati-hati dan waspada terhadap tujuan yang menurut
perkiraan bersifat umum.7
Pada akhirnya, maju mundurnya masa depan bangsa, sangat ditentukan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter, berakhlak, sesuai dengan filsafah dan
tujuan pendidikan nasional. Karenanya, tujuan filosofis pendidikan nasional, pada prinsipnya,
relevan dengan tujuan pembangunan dan tujuan pendidikan nasional, yakni berupaya dalam
pembinaan karakter anak didik dan generasi muda yang memiliki tugas dan amanah untuk
menjaga dan melestarikan identitas bangsa dan penentuan kemajuan peradaban bangsa kemudian
hari8.
7
Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm 181-185
8
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan:Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet.3, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm 228
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Problematika pendidikan dalam era reformasi mengalami empat krisis pokok yaitu:
1. Kualitas pendidikan
2. Relevansi pendidikan
3. Elitisme
4. Manajemen pendidikan
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur. 2009. Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press
Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm 181-185
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan:Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet.3,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 228
12