Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dosen Pengampun:

Azharotunnafi M,Pd
Disusun Oleh:
Dhonan Thansyah 210102110112
Miladi Muhammad 210102110102
Syakiratul Fitriah 210102110105

UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


Jl. Gajayana No.50, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144

i
Daftar Isi
Daftar isi...........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.........................................................................................................iii

A. Latar Belakang.....................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah................................................................................................iv
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................iv

BAB II Pembahasan..........................................................................................................

A. Pengertian Problematika Pendidikan....................................................................


B. Persoalan-Persoalan Pendidikan di Indonesia ......................................................
C. Pendidikan di Indonesia Sebelum Merdeka..........................................................

BAB III Penutup................................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Daftar Pustaka.......................................................................................................

ii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sejarah pendidikan sudah berlangsung sangat lama sepanjang sejarah umat manusia
itu sendiri. Pendidikan berusaha membuat seseorang menemukan jati diri,
kemampuan, keterampilan, kecerdasan, dan kepribadian. Oleh karena itu Pendidikan
adalah salah satu hal yang penting kita perhatikan, karena pendidikan adalah
kebutuhan manusia. Pendidikan juga selalu terus mengalami perubahan,
perkembangan, perbaikan mengikuti seiring perkembanganya zaman. Perkembangan
pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana
pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu
pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu
menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran
yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa
kualitas pendidikan Indonesia lebih baik

Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak


pernah terpikirkan sebelumnya.Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah
kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah
pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang
profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk.

Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di


bidang pendidika. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila
moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah,
karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara
dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus
dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

iii
B. Rumusan Masalah
1. Masalah-masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia
2. Masalah- masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia sebelum merdeka
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui problematika pendidikan di Indonesia
2. Mengetahui problemtika pendidikan di Indonesia sebelum merdeka

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Problematika Pendidikan

Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa inggris “problem” artinya, soal, masalah atau
teka-teki. Juga berarti problematic , yaitu ketidak tentuan. Tentang pendidikan banyak definisi
yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa pendidikan adalah
suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup
bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan,
dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. definisi pendidikan
secara lebih khusus sebagaimana di kemukakan oleh ali saifullah,bahwa pendidikan ialah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-daya
kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan disini
bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-dayakemampuan ,
baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif ( daya pengetahuan), affektif ( aspek
sikap) maupun psikomotorik ( aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh seorang individu. Adapun
yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan atau
permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan

B. Persoalan-Persoalan Pendidikan di Indonesia


Banyak permasalahan yang sering menjadi penghambat peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia secara umum. Ada beberapa persoalan- persoalan pendidikan secara garis besar
meliputi hal sebagai berikut:
1. Adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan
Dalam undang-undang nomor 4 tahun l950, telah di sebutkan secara jelas tentang tujuan
pendidikan dan pengajaran yang pada intinya, ialah untuk membentuk manusia susila yang
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air berdasarkan pancasila dan kebudayaan kebangsaan
Indonesia. namun dalam kenyataan yang terjadi terhadap tujuan pendidikan yang begitu
ideal tersebut belum mampu menghasilaknmanusia-manusia sebagaimana yang dimaksud
dalam tumpukan kata-kata dalam rumusan tujuan pendidikanyang ada, bahkan terjadi
sebaliknya , yakni terjadi kemerosotan moral, kehidupan yang kurang demokratis, terjadi
kekacauan akibat konflik di masyarakat dan lain lain, hal ini merupakan suatu indikasi
bahwa tujuan pendidikan selama ini belum dikatakan berhasil, mungkin disebabkan adanya
ketidak jelasan atau kekaburan dalam memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
Dalam menghadapi masalah ketidak jelasan tujuan pendidikan selama ini, perlu segera di
rumuskan secara jelas variabel-variabel yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dalam arti penerapan hasil
secara realistis yang dapat di rasakan dampaknya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat

v
dan bernegara tidak dalam wacana pencapaian tujuan secara idialistis.Untuk mengatasi ketidak
serasian kurikulum , perlu di hilangkan kesan adanya pengindentikan sekolah hanyalah
menanamkan teori-teori ilmu melulu, perlu menghilangkan kesan bahwa pendidikan itu
identik dengan pengajaran, perlu meminimalisir kekeliruan langkah dalam pembuatan
kurikulum yang kurang berorientasi terhadap kondisi riil pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
2. Ketidak serasian kurikulum
Kebanyakan kurikulum yang dipergunakan di sekolah-sekolah masih berisi tentang mata
pelajaran-mata pelajaran yang beraneka ragam , sejumlah jam-jam pelajaran dan nama-nama
buku pegangan untuk setiap mata pelajaran.Sehingga pengajaran yang berlangsung
kebanyakan menanamkan teori-teori pengetahuan melulu, akibatnya para lulusan yang
di hasilkan kurang siap pakai bahkan miskin ketrampilandan tidak mempunyai
kemampuan untuk berproduktifitas di tengah-tengah masyarakatnya, karena muatan
kurikulum yang di terima di sekolah-sekolah memang tidak di persiapkan untuk
menjadikan lulusan dari peserta didik untuk dapat mandiri dimasyarakatnya.

3. Ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap


Masih banyak di jumpai tenaga-tenaga pendidikan yang bukan dari ahlinya. Pada hal
menugaskan dan mendudukkan seseorang sebagai pendidik yang tidak di bina atau
dibekalinya ilmu kependidikan dan yang bukan dalam bidangnya, sangatlah
menimbulkan kerugian yang sangat besar, diantaranya terjadinya pemborosan biaya,
terjadinya pemerosotan mutu hasil pendidikan, lebih jauh lagi akan mempersiapkan
warga masyarakat di masa mendatang dengan pribadi-pribadi yangmemiliki kualitas
rendah sehingga tak mampu bersaing dalam kehidupan yang serba problematis.

mengatasi ketiadaan tenaga pendidik yang berkualitas dan yang profesional, perlu
merekrut sebanyak-banyaknya tenaga –tenaga dari lulusan lembaga pendidikan dengan
keharusan memiliki kecakapan menguasahi ilmu-ilmu yang di perlukan bagi pembuatan
standard kualitas minimal, tenaga yang menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan untuk
melaksanakan menejement pendidikanyang dapat membawa perubahan ke arah yang
lebih maju.Syarat lainnya yang harus ada pada diri pendidik minimal, memiliki
kedewasaan berfikir, kewibawaan, kekuatan kepribadian, memiliki kedudukan sosial-
ekonomi yang cukup, kekompakan sesama pendidik dalam satu team.

4. Adanya pengukuran yang salah ukur


Dalam masalah pengukuran terhadap hasil belajar yang sering di sebut dengan istilah ujian
atau evaluasi, ternyata dalam prakteknya terjadi ketidak serasian antara angka-angka
yang di berikan kepada anak didik sering tidak obyektif , di mana pencantuman
angka-angka nilai yang begitu tinggi sama sekali tidak sepadan dengan mutu riil
pemegang angka-angka nilai itu. Ketika mereka di terjunkan ke masyarakat, tidak mampu
berbuat apa-apa yang setaraf dengan tingkat pendidikannya. Jelasnya tanpa adanya
pengukuran yang obyektif dapat di pastikan tidak akan pernah terwujud tujuan pendidikan
yang sebenarnya.
vi
Pengukuran dalam bidang pendidikan sangat menetukanberkualitasatau tidaknya individu
peserta didik, hal itu tergantung bagaimana alat ukur yang di pergunakan. Dalam
kenyataannya masih banyak alat ukur yang di buat secara sembarangan tanpa melalui
proses standardisasi, sehingga alat ukur tersebut tidak bisa diandalkan , karena tidak valid
dan tidak reliabel.oleh sebab itu perlu membuat alat ukuryang valid dan reliabel ,
disertai dengan pemberian nilai-nilai angka seobyektif mungkin tanpa terpengaruh oleh
subyektifitas dan rekayasa, hanya dengan cara pengukuran seperti inilah yang dapat
menjamin mutu hasil pendidikan yang diharapkan.

5. Pemerataan pendidikan
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal
ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu
masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua masyarakat bangsa
Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka persoalan
pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1) Perbedaan tingkat sosial ekonomi
masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai
masuk sebuah sekolah dengan standart tinggi; (5) Rayonisasi.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan
sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.
Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan
setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini.

6. Efisiensi dan efektifitas pendidikan


Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya
seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan
yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien,
dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang
diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas
pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin
mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah
dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan
tersebut tidak efektif. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.

vii
Selanjutnya terdapat juga faktor yang mendukung permaslahan pendidikan di Indonesia
sebagai berikut:

1. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan serta mutu
dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada jumlah peserta didik.
Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-
sekolah untuk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan
banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah
pemerataan pendidikan. Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan,
maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan
ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik.

2. Permasalahan Pembelajaran
Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana seorang
pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan
kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak
menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan
masalah yang serius dalam dunia pendidikan.

C. Pendidikan di Indonesia Sebelum Merdeka


sejarah pendidikan telah dimulai dari masa sebelum manusia mengenal tulisan. Pendidikan
dalam pengertian paling sederhana merupakan proses transfer budaya, yang didalamnya juga
meliputi sistem pengetahuan, bahasa, religi, mata pencaharian dan lain sebagainya. Akan tetapi
pendidikan pada masa awal memiliki beberapa perbedaan mendasar bila dibandingkan dengan
masa selanjutnya. Perbedaan tersebut antara lain:
1. Bersifat sangat praktis, artinya hanya pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan mempertahankan hidup yang akan diajarkan
2. Bersifat imitatif, artinya pendidikan yang diberikan hanya meniru apa yang dilakukan oleh
generasi sebelumnya dan sangat sedikit sekali mengalami modifikasi
3. Bersifat statis, perubahan yang terjadi pada masa ini biasanya berlangsung sangat lambat.
Pengetahuan yang diturunkan hanya bersumber dari pengetahuan orang tua atau generasi
sebelumnya. Bahkan terdapat kecenderungan untuk takut mengubah kebiasaan yang ada
karena adanya hukum adat
Karena tujuan utama dari pendidikan pada masa ini adalah mempersiapkan anak untuk bertahan
hidup, maka masyarakat pada masa ini juga belum mempunyai konsep sistematis tentang
pendidikan. Sebagian besar pengetahuan yang diajarkan berhubungan dengan bagaimana
menaklukkan tantangan dari alam. Pada masa-masa selanjutnya pendidikan berkembang lebih
kompleks, seiring berkembangnya pengetahuan maka pendidikan yang dilakukan juga semakin

viii
berkembang. Pengaruh kebudayaan luar juga berperan penting dalam perkembangan
pengetahuan dan perkembangan pendidikan. Pada bagian selanjutnya akan diuraikan bagaimana
perkembangan pendidikan dari masa klasik sampai dengan era moderen.
a. Pendidikan pada masa hindu-budha di Indonesia
umunya Indonesia menerima agama, pengetahuan dan kebudayaan dari Negara tetangga seperti
India. Indonesia juga memperkaya dan memberi warna dan corak ke-Indonesiaan pada agama,
pengetahuan sehingga menjadi spesifik Indonesia. Boleh dikatakan sejak dahulu pendidikan di
Indonesia berdasarkan agama. Terdapat beberapa ciri pendidikan pada periode kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain:
1) Bersifat informal karena proses belajar mengajar tidak melalui institusi yang formal.
2) Berpusat pada religi, yaitu ajaran agama Hindu dan Buddha.
3) Aristokratis dimana pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja, yaitu para
raja dan bangsawan. Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-
anaknya di istana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke
guru-guru tertentu.
4) Pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana untuk agama Hindu dan para Biksu untuk
agama Buddha.
Apabila ditinjau pada peninggalan Raja Mulawarman (abad 4 - 5) di Kutai, peninggalan itu
berupa sebuah batu tertulis (yupa) dalam tulisan Pallawa di dalam bahasa Sanskerta. Ini
menunjukkan adanya pengaruh Agama Siwa. Demikian juga peninggalan Purnawarman di Jawa
Barat dalam tulisan Pallawa di dalam bahasa Sanskerta. Dari tulisan-tulisan itu dapat diketahui
bahwa di Jawa Barat pernah berdiri kerajaan Tarumanegara. Prasatiprasasti tersebut didirikan
para pendeta dari golongan Brahmana. Karena pada masa tersebut hanya mereka saja yang dapat
membaca kitab-kitab suci seperti kitab Weda. Mereka pula yang bertugas memberikan korban-
korban dan menyanyikan pujian-pujian kepada dewa-dewa. Golongan inilah yang dapat
menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, sebagai bahasa resmi. Sehingga dapat
dikatakan, pendidikan hanya ditujukan pada golongan yang berkasta tinggi saja, berhubung
dengan kewajibannya sebagai penyuluh rakyat dan penghubung antara dewata dan rakyat.
b. Pendidikan pada masa penyebaran islam di Indonesia
Pada permulaan abad ke-16 dan mungkin di dalam abad ke- 13 banyak masyarakat yang dahulu
memeluk agama Hindu kemudian memeluk agama Islam. Mungkin sekali agama Islam mereka
telah disesuaikan dengan keadaan dan adat istiadat dan mungkin dengan kebudayaan bangsa
Hindu.37 Proses penyebaran Islam dilakukan dengan berbagai jalan, mulai dari perdagangan,
pernikahan, pengobatan, budaya, maupun pendidikan.38 Lembaga pendidikan Islam telah
memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada zamannya. Adapun
lembaga pendidikan di Indonesia pada zaman penyebaran Islam antara lain:
a) Pendidikan Masjid, Langgar, dan Surau, Apa yang diajarkan di langgar merupakan
pelajaran agama dasar, mulai pelajaran dalam huruf Arab, tapi tak jarang pula dilakukan
secara langsung mengikuti guru dengan menirukan apa yang telah dibacakan dari kitab

ix
Al-Qur’an. Tujuan pendidikan dan pengajaran di langgar adalah murid dapat membaca
dan lebih tepat melagukan menurut irama tertentu seluruh isi Al-Qur’an
b) Pendidikan Pesantren, Keberadaan pesantren, khususnya di Jawa tidak bisa dilepaskan
dari peran Walisongo. Dakwah Walisongo berhasil mengislamkan Jawa karena
metodenya mengombinasikan aspek spiritual, islam dan mengakomodasikan tradisi
masyarakat setempat. Mereka mendirikan pesantren sebagai tempat dakwah Islam
sekaligus sebagai proses belajar-mengajar. Pesantren mengambil alih pola pendidikan
padepokan tapi mengubah bahan dan materi yang diajarkan dan melakukan perubahan
secara perlahan-lahan tata nilai dan kepercayaan masyarakat setempat.
c) Pendidikan Madrasah, Kemunculan madrasah erat hubungannya dengan sosok seorang
meenteri dari dunia Arab bernama Nizam el-Mulk abad ke-11 sebagai pendiri lembaga
pendidikan madrasah. Tokoh ini mengadakan pembaruan dengan
memperkenalkan sisitem peendidikan yang bermula bersifat murni teologi (ilmu
ketuhanan) dan menambah ilmu-ilmu yang bersifat keduniawian, seperti astronomi (ilmu
perbintangan) dan ilmu obat-obatan.
c. Pendidikan pada masa penjajahan portugis
Pada permulaan abad ke-16, bangsa Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama datang ke
Indonesia. tujuan utama mereka untuk mendapatkan rempah remaph yang banyak dihasilkan
Maluku. Disamping berdagang, mereka bertujuan menyebarkan agama Katolik dan pendidikan
tetapi pendiidkan dan penyebaran agama katolik di kepulauan Maluku tidak banyak mengalami
kemjuan yang berarti. Hal tersebut disebabkan karena hubungan orang orang portugis dengan
sultan ternate kurang baik dan mereka juga harus bersaing dan berperang melawan spanyol dan
inggris. Akhirnya kedatangan Belanda dengan agama Kristen yang dibawanya dapat menghalau
Portugis sampai ke Timor-Timur, kemudian mengambil alih segala harta benda, termasuk gereja
Katolik beserta harta benda, termasuk gereja Katolik beserta lembaga pendidikannya walaupun
sebagian penduduk masih juga ada yang setia kepada agama Katolik.
d. Pendidikan pada masa penjajahan belanda
Penjajahan Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan bagaimana ia menerapkanj
kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan menghalangi pertumbuhan penduduk lokal sudah
ada. Pada 1882, Belanda membentuk pristerrraden yang mendapat tugas mengawasi pengajaran
agama di pesantren-pesantren.Permulaan sekolah-sekolah didirikan karena bangsa belanda yang
beragama protestan selain bedagang ia juga ingin menyebarkan agamanya. Pada awl abad 20
belanda memerlukan pekerja yang berpendidikan maka dari itu mereka membangun sekolah
sekolah karena pada saat itu pabrik dan modal asing masuk ke hindia belanda. Namun lagi-lagi
diskriminasi terhadap pribumi terjadi. Khusus untuk pribumi, mula-mula didirikan sekolah desa
dengan lama pendidikan tiga tahun. Sekadar bisa baca, nulis, dan berhitung. Kemudian, dibuka
sekolah sambungan (vervolgscholen) dengan lama pendidikan lima tahun dan kemudian
ditingkatkan menjadi enam tahun. Semuanya dengan pengantar bahasa Melayu (kini Indonesia).
Di masa itu, Normaalschool merupakan sekolah pendidikan tertinggi yang dapat dicapai mereka
yang sekolah Melayu. Pemerintah Kolonial lebih mengistimewakan sekolah yang menggunakan
pengantar bahasa Belanda, seperti HIS (Holland Inlandsche School) setingkat SD sekarang. HIS

x
khusus untuk anak pribumi. Namun yang diterima tidak sembarang orang, karena sekolah ini
khusus untuk anak-anak golongan ningrat atau priyayi. Anak dari keluarga melarat atau tidak
mampu jangan harap bisa sekolah tinggi.
Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan
sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat
diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Sistem pendidikan jaman kolonial Belanda
merupakan sistem yang rumit karena penjenisannya cukup banyak sebagai realisasi dari
diskriminasi sistem pendidikannya. Tujuan dan kebijakan politik pendidikan yang dibuat dan
diterapkan oleh Belanda semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda.
Pendidikan kolonial tidak hanya berakibat negatif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga
memberikan dampak positif karena setelah penjajahan Belanda di Indonesia berakhir dan
Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian penduduk di Indonesia khususnya di Jawa sudah
tidak menderita tuna aksara atau buta huruf lagi. Karena penduduk Indonesia telah lama
mengenal pendidikan atau sekolah. Pendidikan kolonial juga melahirkan tokoh-tokoh pergerakan
nasional dan tokoh-tokoh pendidikan yang berjiwa nasionalis dan patriotis untuk
memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.
e. Pendidikan pada masa penjajahan jepang
Pendidikan di masa pendudukan Jepang (1942-1945), jauh leih buruk dari sebelumnya, ketika
Indonesia masih di bawah penjajahan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Masyarakat harus
hidup di bawah kondisi perang yang diterapkan jepang. Akibatnya, para pengajar harus bekerja
untuk Jepang. Anak-anak bahkan turut dikerahkan membantu memenuhi kebutuhan perang
menyebabkan jumlah sekolah dasar turun. Pada tahun ajaran 1940/1941 atau ketika Indonesia
masih dijajah Belanda, jumlah sekolah dasar 17.848. Namun di akhir pendudukan Jepang
(1944/1945), jumlah sekolah dasar menjadi 15.069. menjadikan banyak yang putus sekolah dan
menjadi buta huruf karenanya. Selain itu ada beberapa kebijakan yang sebelumnya berlaku lalu
diubah. Pertama, bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan
bahasa Belanda. Kedua, sistem pendidikan diintegrasikan. Pendidikan berdasarkan kelas sosial
yang sebelumnya berlaku di era Hindia Belanda, dihapuskan. Di masa pendudukan Jepang,
pendidikan tingkat dasar hanya ada satu macam yakni sekolah dasar selama enam tahun. Jepang
menyeragamkan sekolah-sekolah dasar di Indonesia agar mudah diawasi. Kebijakan ini
berdampak positif. Anak-anak pribumi dari keluarga miskin yang sebelumnya tidak berhak untuk
sekolah, jadi mengenyam pendidikan yang sama dengan anak bangsawan dan keturunan belanda.

xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi setiap bangsa, karena dengan
pendidikan akan dapat dilihat maju mundurnya suatu bangsa. Tentu saja bangsa Indonesia tidak
mau hidup terbelakang akibat aspek pendidikan tidak mendapat porsi yang cukup dengan
teriringnya berbagai kemajuan di bidang lain.
Dapat kita ketahui sejak zaman sebelum merdeka sampai sekarang dalam proses pendidikan
banyak sekali tantangan atau masalah masalah dalam pendidikan. Persoalan-persoalan dalam
pendidikan harus bisa diselesaikan agar proses pendidikan bisa berjalan lancar. Persoalan dalam
pendidikan tidak hanya membawa dampak negative tetapi juga bisa membawa dampak positif
yang artinya jika kita bisa melaluinya kita bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Syaharuddin, 2019. SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan


Sejarah.
Tholani, M. I., 2013. Problematika Pendidikan di Indonesia. Telaah Aspek Budaya, p. 11.

xiii

Anda mungkin juga menyukai