Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah “Filsafat Pendidikan”

Dosen Pengampu:
Ahmad Lutfi, S.Ag., M.Fil.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Hidayati Nur Istiqomah (207180032)
Jihan Maghfiroh Velayati (207180037)
Lailatul Maghfiroh (207180038)
Langgeng Andasna Putra (207180039)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PONOROGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan pendidikan manusia akan mengalami sebuah
perubahan yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Akan tetapi tujuan
pendidikan tersebut tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini dikarenakan banyak
problematika pendidikan yang belum terselesaiakan. Problematika pendidikan
merupakan berbagai realitas pendidikan dalam konteks sistematik (pendidikan
sebagai sistem) yang dirasakan belum maksimal sesuai tujuan yang telah
direncanakan melalui tujuan pendidikan nasional, daerah, maupun satuan
jenjang pendidikan. Dalam istilah kontekstual, problematika pendidikan adalah
kondisi pendidikan yang bellum mencapai sesuai tuntutan standar nasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka merupakan suatu alasan mendasar penulis
membahasan permasallahan tersebut daam makalah yang berjudul
“PROBLEMATIKA PENDIDIKAN”. Dengan adanya makalah ini,
diharapkan dapat menambah khzanah keimuan mengenai problematika
pendidikan dan solusi untuk mengurangi dampak tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adaah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian problematika dan pendidikan?
2. Bagaimana probematika pendidikan?
3. Bagaimana sebab dan akibat dari problematika pendidikan?
4. Bagaimana solusi dari problematika pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adallah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian problematika dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui probematika pendidikan.
3. Untuk mengetahui sebab dan akibat dari problematika pendidikan.
4. Untuk mengetahui solusi dari problematika pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Problematika dan Pendidikan
1. Pengertian Problematika
Problematika pendidikan merupakan berbagai realitas pendidikan
dalam konteks sistemik (pendidikan sebagai sistem) yang dirasakan
belum maksimal sesuai tujuan yang telah direncanakan melalui tujuan
pendidikan naional, daerah maupun satuan jenjang pendidikan. Dalam
istilah kontestual, problematika pendidikan adalah belum tercapainya
kondisi pendidikan sesuai tuntutan standar nasional.1
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan., sampai kapan, dan dimanapun ia berada.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan, manusia
akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian,
pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan memiliki budi pekerti yang luhur dan moral.
B. Problematika Pendidikan
Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dalam kehidupan untuk
memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Jadi pendidikan dapat
diartikan sebagai pengalaman belajar seseorang sepanjang hidupnya. Menurut
Illich (1998), kesehatan, belajar, martabat, kemerdekaan, dan usaha kreatif
diartikan tidak lebih dari hasil kerja lembaga-lembaga yang mengaku
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Lembaga institusi pendidikan pada
hakikatnya menjadi agenperubahan social kultural masyarakat modern.
Pendidikan hendaknya mengambil garda terdepan dalam menyikapi problem
social dalam masyarakat, salah satunya melalui persekolahan. Kenyataan

1
Khirjan Nahdi.Pendidikan dan Modernisasi Peradaban.(Yogyakarta:Cakrawala,2018).hlm.9-10

2
banyak fungsi dan peranan lembaga pendidikan tidak berjalan dengan
semestinya2.
Menurut Illich, sekolah mengelompokkan orang dari segi umur yang
didasarkan pada tiga premis yang diterima begitu saja, anak hadir sekolah, anak
belajar di sekolah, dan anak hanya bisa di ajar di sekolah Kewajiban bersekolah
secara tidak terelakan membagi suatu masyarakat dalam kutub-kutub saling
bertentangan. Sekolah hanya mampu menjajalkan asumsi kepada murid bahwa
pendidikan hanya berharga apabila diperoleh melalui sekolah. Maka, kegagalan
sekolah dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bukti bahwa pendidikan itu
mahal sekali, sangat rumit, hanya untuk segelintir orang, dan sering merupakan
tugas yang hamper mustahil3.
Sekolah dengan pengaturannya yang ketat dalam waktu, tempat, bentuk
kegiatan, dan tujuan belajar bukan merupakan pendidikan yang baik karena
mengekang kebebasan. Di sekolah diajarkan bahwa kegiatan belajar yang
bernilai adalah hasil kehadiran disekolah, nilai belajar meningkat dengan
bersamaan jumlah masukkan, dan akhirnya nilai dapat diukur dan
didokumenntasikan oleh angka rapor dan sertifikat4.
Anggapan orang tua bahwa hanya sekolah yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anaknya kepada guru. Seorang guru yang merangkap tugas menjadi
pengawas, moralis, dan ahlii terapi akan lebih membelenggu si anak daripada
hokum yang menetapkan si anak sebagai bagian darii kelompok minoritas
dalam hal hokum dan ekonomi, atau membatasi haknya untuk bebas bersserikat
dan bertempat tinggal5.

2
M. Arfan Mu’ammar, “Gagasan Pendidikan Ivan Illich” At-Ta’dhib, 3 (2), (Sya’ban, 1428
H), 141–161
3
Baharudin, “Gagasan Ivan Illich dalam Buku Descholling Society”, Terampil, 2 (Januari,
2014), 131–132
4
Ivan Illich,. Deschooling Society, (New York, 1982), 53–54
5
Ibid., 42–44

3
Memaksa anak untuk memanjat tangga pendidikan yang tidak berujung,
tidak akan meningkatkan mutu, melainkan hanya menguntungkan individu
yang telah mengawali ppemanjjatan itu sejak dini6. Selain itu, kurikulum selalu
digunakan untuk menentukan rangking sosial. Kurikulum dapat terdiri dari
kemahiran atau kenaikan pangkat7. Sekolah tidak mengembangkan kegiatan
belajar ataupun mengajarkan keadilan, sebab pendidik lebih menekankan
pengajaran yang sudah dijadikan paket-paket bersama sertifikat8.
C. Sebab dan Akibat Problematika Pendidikan
Terjadinya problem ini dikarenakan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain:
1. Faktor pendekatan pembelajaran
Problematika yang muncul bermula dari gagalnya sistem pendidikan.
Berawal dari pendidikan keluarga, lingkungan sekitar,dan pendidikan
sekolah memiliki kurangnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah
sehingga anak menjadi korban. Asumsi-asumsi yang melandasi program
pendidikan tidak sejajar dengan hakekat belajar, kurangnya paradigma
yang mampu menggambarkan hakekat belajar dan pembelajaran secara
komperehensif. Namun, pembelajaran dan pendidikan selama ini hanya
menekankan pada perilaku keseragaman dengan harapan akan
menghasilan keteraturan, ketertiban, dan kepastian. Paradigma
pembelajaran keseragaman, siswa belajar untuk menghargai kesamaan
dan sulit menghargai perbedaan.
2. Faktor perubahan kurikulum
Kualitas pendidikan disebabkan oleh sering berubahnya kurikulum
pendidikan. Kurikulum merupakan pondasi guru untuk mengarahkan
pembelajaran, tujuan yang harus dicapai, dan adanya perubahan tingkah
laku. Kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah dapat dikatakan harga
mati yang harus dipenuhi, hanya gurulah yang memberi hidup. Karena
6
Ibid., 39–45
7
Ibid.,, 16
8
Ibid., 36

4
guru merupakan tokoh utama dalam mewujudkan kurikulum tersebut agar
terjadi perubahan perilaku siswa menuntut apa yang diharapkan.
3. Faktor kompetensi guru
Profesional guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah
berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum
dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Seorang guru harus
menguasai kemampuan akademik yang berperan sebagai pendukung
profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut berupa
kemampuan menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai.9
4. Faktor equity
Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai
banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan
yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini
identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
5. Faktor akademik
Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu
pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa
inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam
menguasai dan mengembangkan IPTEK.
6. Faktor akhlak dan moral
Menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran
pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi
sangat penting menjadi landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang
luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini.10

9
Nurul Afifah.2015.Problematika Pendidikan di Indonesia.Elementery.1 (1), hlm.41–47
10
https://www.kompasiana.com/nbrsimani/problematika-
pendidikan_54f5e6f1a333113a778b45be. diakses pada tanggal 15 April 2020

5
D. Solusi Problematika Pendidikan
1. Arah baru pembelajaran di Indonesia.
Memperbaiki sistem pendidikan seperti: pengembangan
kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, penyempurnaan
kurikulum, pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tentram untuk belajar, penyempurnaan sarana belajar seperti: buku paket
dan media pembelajaran, kegiatan pengendalian mutu, peningkatan
administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran11.
Hendaknya seorang guru tidak hanya mengutamakan mata
pelajaran, tetapi harus memperhatikan anak itu sendiri sebagai yang harus
dikembangkan pribadinya. Siswa harus diberi kesempatan yang cukup
untuk berkarya tanpa diatur atau diawasi seorang guru. Tetapi juga harus
melakukan kegiatan sesuai petunjuk dan pengawasan guru. Pembelajaran
disekolah bukan hanya diarahkan untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, tetapi juga diarahkan untuk membekali anak didik agar
sukses dalam menghadapi problematika kehidupan yang beraneka ragam.
Dalam konsep pembelajaran antara metode konvensional dan metode
modern hendaknya diterapkan secara seimbang12.
Kurikulum berbasis kejujuran dan anti korupsi dalam pendidikan
tingkat SD-SMU kiranya patut disikapi secara cerdas. Untuk
mengantisipasi rusaknya nilai moral, perlunya memasukkan "pendidikan
nilai/afektif", yang menginternal dalam setiap pelajaran, baik pelajaran
agama maupun pelajaran umum. Salah satu konsep filosofis pendidikan
nilai atau afektif menurut Teodore Bramelt adalah pendidikan nilai harus
mampu menjadi agen atau perantara yang menanamkan nilai-nilai yang
ada dalam jiwa (stake holder)13.

11
Nurul Afifah, opcit., 41–47
12
Efrizal Nasution, “Problematika Pendidikan di Indonnesia”, Jurnal Fakulltas Ushuluddin dan
Dakwah IAIN Ambon, 1 (1), (Ambon, tt), 1–10
13
Mokhammad Ishaq Tholani, “Probematika Pendidikan di Indonesia (Telaah Aspek Budaya)”,
Jurnal Pendidikan, ( Sorong, 2013),1 (2), 64–74

6
2. Tugas dan tanggung jawab guru
Adapun tugas dan tanggung jawab guru adallah sebagai berikut14.
a. Kompetensi profesionalisme guru.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Peningkatan
profesionalisme pendidik yang meliputi kompetensi personal,
kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial. Kompetensi
profesional juga meliputi: konsep, struktur, dan metode keilmuan,
teknologi atau seni yang menaungi atau Koheren dengan materi ajar
yang ada di kurikulum sekolah. Penerapan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional
dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya
nasional.
b. Guru Sebagai suri tauladan.
Definisi yang kita kenal sehari-hari bawa guru adalah orang
yang harus digugu dan ditiru. Guru adalah orang yang mempunyai
wibawa atau kharisma hingga perlu untuk ditiru dan diteladani.
Adakalanya guru harus menunjukkan jalan, menyuruh anak,
mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan bila perlu
melarang mereka apabila melakukan sesuatu yang menyimpang dan
merugikan.

14
Nurul Afifah, opcit., 41–47

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Problematika dan Pendidikan
problematika pendidikan adalah belum tercapainya kondisi
pendidikan sesuai tuntutan standar nasional. pendidikan harus diarahkan
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan memiliki budi pekerti
yang luhur dan moral.
2. Problematika pendidikan, diantaranya sekolah mengelompokkan orang
dari segi umur berdasarkan tiga premis, kewajiban sekolah membagi
masyarakat yang saling bertentangan, kegiatan belajar yang bernilai
hanya dari hasil kehadiran disekolah, nilai belajar meningkat, dan
akhirnya nilai dapat diukur dan didokumentasikan oleh angka rapor.
anggapan orang tua bahwa hanya sekolah yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak, kurikulum selalu digunakan untuk menentukan
rangking sosial.
3. Sebab dan akibat problematika pendidikan, diantaranya faktor pendekatan
pembelajaran, faktor perubahan kurikulum, faktor kompetensi guru,
faktor equity, faktor akademik, dan faktor akhlak dan moral.
4. Solusi problematika pendidikan, yaitu arah baru pembelajaran di
Indonesia dan tugas dan tanggung jawab guru
B. Saran
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sehingga pendidikan harus diperhatikan oleh setiap elemen
masyarakat. Sebagaiman lembaga pendidikan, hendkanya mengkaji mengenai
hakikat dalam komponen pendidikan, bagi pendidik hendaknya lebih
memerjarikat kareakteristik peserta didik, serta bagi masyarakat, hendanya
menghilangkan stigma negatif, bahwa pendidikan hanya terjadi di sekolah saja.

8
DAFTAR PUSTAKA

Illich, Ivan. 1982. Deschooling Society. New York: Harmondsworth.


Nahdi, Khirjan 2018. Pendidikan dan Modernisasi Peradaban.
Yogyakarta:Cakrawala.
Afifah, Nurul. 2015. Problematika Pendidikan di Indonesia. Elementery.1 (1). 41–47
Baharudin. 2014. Gagasan Ivan Illich dalam Buku Descholling Society. Terampil. 2.
131–132
Mu’ammar, M. Arfan. 1428. Gagasan Pendidikan Ivan Illich. At-Ta’dhib. 3 (2).
141–161
Nasution, Efrizal. tt. Problematika Pendidikan di Indonnesia. Jurnal Fakulltas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon. 1 (1).1–10
Tholani,Mokhammad Ishaq. 2013. Probematika Pendidikan di Indonesia (Telaah
Aspek Budaya). Jurnal Pendidikan. 1 (2). 64–74
https://www.kompasiana.com/nbrsimani/problematika-pendidikan
_54f5e6f1a333113a778b45 be. diakses pada tanggal 15 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai